Sebulan berlalu . . .
Hubungan Arga dan Zavena semakin dekat. Namun, Zavena belum menyadari akan cintanya
"Brian tolong panggilkan Vena ke ruanganku!"
"Baik Tuan."
Brian meninggalkan ruangan Bosnya. Kini ia turun ke lantai dimana Zavena berada.
"Nona, Anda disuruh menemui Tuan di ruangannya."
"Baiklah. . Terima kasih Brian . . "jawabnya ceria.
Zavena kini berada dalam lift bersama Brian menuju lantai 14.
Sampai di depan pintu, tok tok tok. . ."Masuk. . " teriak suara dari dalam.
"Silahkan Nona, Saya tunggu di sini saja."
"Baik Brian. Terima kasih." senyumnya merekah memberi ucapan kepada Brian.
Zavena pun masuk untuk menemui Bos sekaligus kekasihnya.
"Ada apa Tuan memanggil Saya?" Zavena menunduk. Selama di kantor, dia menjaga sikap di hadapan Arga layaknya karyawan dan Bos.
"Tidak ada orang di sini. Jadi jangan formal." Arga sudah ada di depan Zavena.
Menarik dagu dan mencium bibir Zavena, melumatnya dengan lembut. Zavena pun membalas ciumannya hingga nafas mereka terengah."Ada apa mem. . Emmp emmmppp" Arga kembali melumat bibir Zavena seakan itu penuntas rasa hausnya.
Arga melepas ciumannya lalu meraih pinggang Zavena posesif. Menyatukan hidungnya dan hidung Zavena. Mereka memejamkan matanya sejenak. Menikmati kedekatan yang begitu hangatnya.
"Aku rindu. Biarkan seperti ini dulu."
Zavena membuka mata dan melihat kekasihnya masih memejamkan mata dan kini dahi mereka yang bertaut."Sudah ya, ini di kantor, kalau ada yang lihat aku malu Arga."
"Sebentar lagi sayang," kemudian memeluk Zavena dan menaruh kepala di bahunya. Zavena hanya pasrah menerima perlakuan kekasihnya.
Selesainya, mereka duduk di sofa dalam ruangan tersebut. Saling berbincang dan menghabiskan waktu berdua. Arga saat ini sedang tidak sibuk. Sedang Zavena masih banyak pekerjaan menumpuk. Tetapi jika ia tak menuruti Arga untuk menemuinya. Bibirnya lah yang menjadi sasarannya hingga bengkak seperti di sengat tawon. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Arga yang dengan kasar mencium bibir Zavena jika Zavena sampai tidak datang. Zavena pun mulai menaruh hati padanya. Mengingat sebulan belakangan ini ia menuruti perintah Arga dan sering memperhatikannya, membawakan bekal, dan sering pergi berdua saja.
****
Arez semakin gusar belakangan ini. Cafe yang dia pegang diambil alih oleh Baim. Bukan menyerahkan, tetapi menjadikan Baim sebagai pemimpinnya. Selama ini Arez mengurung diri di apartemen. Baim lah yang memberinya makan dan minum karena hanya dia yang tau keadaan Arez. Orangtua bahkan Arga pun tidak tahu menau soal putra sulung keluarga tersebut. Karena jika ditanya, Baim akan menjawab, Arez sedang berlibur ke Jerman dan mematikan sambungan telpon agar lebih relaks berduaan dengan pacarnya. Keluarga Arkan pun tidak menaruh curiga dan tetap memanggap Arez berada di LN.
Sementara nyatanya Arez menghabiskan banyak botol minuman di kamarnya.
Baim pun mulai ikut frustasi. Akhirnya ia berniat memanggil seseorang yang bisa membuat Arez bisa kembali seperti dulu lagi."Oke Rez. Kalo cara - cara gue kemaren ga bisa. Sekarang gue kasih apa yang loe mau." ucapnya marah melihat Arez yang menenggak minuman di tangannya seakan tak peduli yang dikatakan Baim.
Baim melesat menuju mobil dan mengendarainya bagaikan pesawat jet. Kini ia tiba di kantor Arkan de Group. Segera ia naik ke lantai 8.
"Zav. Loe ikut gue." menarik Zavena paksa dan dengan langkah lebarnya. Bergegas menuju mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perempuan Cantik Istri CEO Tampan (Zavena dan Arga) #SELESAI
RomanceZavena Magnesia Azkara, terlahir dari keluarga sederhana. Saat SMA kelas 1 Zavena harus hidup sendiri karena ibunya meninggalkannya dalam waktu selang beberapa bulan setelah ayahnya pergi dahulu meninggalkannya selamanya.. Perjalanan hidup yang akan...