Pertemuan

332 7 0
                                    

"Zav lo gapapa?" tanya Rara memecah keheningan.

"eh iya anu gapapa, terima kasih Tuan sudah bersedia membantu saya."

"Ya. Lain kali hati-hati." ucapnya sambil masuk ke dalam lift meninggalkan Zavena yang membeku di tempat dan Rara yang melambai tepat di depan wajah Vena.

"Zav lo gapapa? Kok bengong?"

"eh iya maaf Ra. Gue ngabaikan lo. Gue cuma mikir tadi."

"mikir apa lo? Hmm pasti lo kecantol kan sama Pak Bos itu, secara dia itu ganteng, cool, gagah. Cocok kok Zav kalo sama lo. Eh duduk sana dulu yuks." sambil menggandeng Vena duduk di kursi depan lift.

"apaan sih Ra. Gue cuma mikir kayaknya gue pernah liat dia deh tapi dimana ya?" sambil menarik alisnya ke atas.

"Masak iya Za, atau mirip aja kali. Tapi ni ya, kalo beneran, berarti kalian itu jodoh."

"Hus apa sih Ra. Kita itu beda, gue karyawan biasa dan dia CEO, ya ga bisa lah Ra. Lagian gue mana ada suka sama dia. Ga bakalan. Dia arrogan banget. Ga mau gue."

"Ehem, bilangnya ga suka, ga mau. Entar lo juga naksir. Ciee.. Ciee.." Goda Rara menyikut siku Vena.

"Udah.. Udah.. Ngaco lo. Palingan lo yang naksir."

"Gue emang udah naksir pada pandangan pertama. Dia ganteng banget, sempurna. " menampilkan wajah cerianya.

"Udah ah, ga usah di bahas. Gimana ini gue ga bawa sepatu cadangan. Masa gue nyeker."

"Pake heels gue aja Za, muat kok, biar gue yang nyeker."

"Ngga Ra makasih, kita balik aja yuk, entar lagi telat, bisa berabe. Kita kan masih baru."

Mereka pun masuk ke dalam lift, menuju lantai 8. Dengan Zavena menenteng heels di tangannya.

Di ruangan..

"Lah Za, kamu kenapa nenteng heels kamu, nyeker kamu?" tanya Beni.

"hihi... Iya Ben, tadi aku jatuh terus copot deh."

"kamu gimana sih Za kok bisa gitu sampe copot gitu. Bunga, kamu bawa sepatu ganti ngga? Heels Zavena copot ni haknya."

"Em engga Ben. Kamu tau sendiri aku ga pernah bawa heels 2. Maaf ya Zav??"

"Engga papa Bunga, nyeker juga sehat kok. Lagian ini kantor ga ada kerikil. Hehe.." Zavena nyengir kuda.

Pekerjaan pun berakhir. Kini sudah pukul 4. Semua karyawan sudah pulang. Kini tinggal Zavena sendiri di dalam kantornya.

'Tetep ga bisa, Gini kalo sepatu murah. Hmm.." Zavena sedari pulang mencoba membenarkan heelsnya. Ia mencari lem untuk merekatkan yang copot itu. Namun tetap tidak bisa. Akhirnya dia pasrah dan pulang nyeker.

Setibanya di gerbang.
Mobil sport hitam berhenti si depannya.
Membuka kaca mobil, menolehkan kepala.
"Kamu. Masuk!"

"Ss Saya Tuan?" tanya Vena gugup.

"Iya. Siapa lagi?"

"Tidak Tuan. Terima kasih, saya masih menunggu ojek."

"Masuk! Atau kau aku gendong."
Zavena bergidik ngeri , seketika ia langsung mengangguk dan masuk ke dalam mobil.

"Kamu pikir saya sopir. Duduk di depan!"

iiishh kalau saja bukan Bos, sudah aku maki kau. Banyak maunya. Niat ga sih nganterin.

"Saya bilang duduk di depan, atau mobil ini tetap diam di tempat."

"Ba .. baik Tuan." menutup pintu mobil dan membuka pintu depan mobil dengan ragu. Menaruh pantat mulusnya untuk singgah di kursi mobil itu.
Mobil pun melaju. Keheningan tercipta.

"ehem, rumah kamu dimana?" Arga membuka suara.

"Sa.. saya Tuan?"

"iish, kamu pikir saya bicara sama mobil. Dasar lambat. Ya kamulah. Cepat jawab. Saya tidak suka basa basi."

Zavena pun mengarahkan ke rumahnya. Awalnya dia ragu tapi karna Bosnya memaksa. Ia pun menunjukkan jalannya.

Baik sih. Tapi galak. Ih amit-amit suka sama dia.

"Jangan lihat saya seperti itu, nanti jatuh cinta." ucapnya datar.

"maaf,," memalingkan wajah ke arah jendela.

GR banget sih dia. Siapa juga yang ngeliat. Gue kan cuma lagi mikir.

Tak lama, mereka tiba di halaman rumah Zavena.

"Terima kasih Tuan. Maaf merepotkan."

"Hmm. Saya hanya bertanggung jawab. Tadi kamu nabrak saya, dan sepatu kamu rusak. Buka pintu belakang dan ambil kotak itu. Itu punya kamu." sebuah kotak biru behias pita di tengahnya.

"Ta.. Tapi tuan, ..." belum sempat Zavena menjawab.

"sudah cepat. Saya masih banyak kerjaan yang penting."

"Baa ba baik Tuan.. "

Setelah mengambil kotak..
"Terima kasih sekali lagi Tuan."

"Hmm.."

Zavena berbalik, tapi ada yang ketinggalan. Dia pun memutar tubuhnya kembali.

"Emm, sebentar Tuan." Arga mengernyitkan alisnya.

"Hati-hati Tuan. " ucapnya tersenyum merona. Lalu berbalik. Dan sedikit berlari masuk ke rumah, menutup pintu. Dan tersenyum senang memeluk bingkisan kotak itu.

Di mobil.

"Gadis yang menarik."

Mobil pun melaju memecah lautan kendaraan yang berlalu lalang.
.
.
.
.
Terima kasih readers.. Maaf kalau typo, masih belajar.. Hehe,, selamat membaca.. Ini hasil karya pertama aku guys
Semoga kalian senang 😍
.
Ttd Ana Putri
.
Instagram : @anggraenianaputri

Perempuan Cantik Istri CEO Tampan (Zavena dan Arga) #SELESAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang