Delapan

364 20 0
                                    

Hari ini, hari pertama ujian semester satu.

"Aduh Afya duduk dengan siapa ya nanti?" Batin Afya cemas, dia sibuk dengan pikirannya sendiri.

Pasalnya mereka akan duduk dengan kakak kelas, membuat Afya jadi takut. Semoga kakak kelas yang duduk dengan Afya, orangnya baik dan pintar.

"Aduh botak rambut gue belajar terus.." keluh Sesil mulai pusing.

Meisya menggelengkan kepalanya.
"Salah lo belajar kebut semalam.." sindir Meiysa.

"Ujian ini sangat menyiksa..." Ujar Sesil dramatis.

"Afya kenapa lo bengong aja..?" ujar Meisya.

"Afya lagi mikirin, nanti Afya duduk sama siapa ya..?" Ucap Afya penasaran.

Sesil mengangguk kan kepalanya.
"Semoga gue nggak duduk dengan kakak kelas yang kecentilan, kayak gengnya Bella.." ujar Sesil malas.

Sesil sampai mengetok kan tangan ke kening dan meja bergantian.

Amit-amit, batin nya.

"Sayang ku...." Teriak Gavin, langsung duduk dan merangkul Sesil dari samping.

"Tau nggak sayang aku punya kabar bahagia..." Ujar Gavin semangat.

"Apa,apa..?" Tanya Sesil tak kalah antusias.

"Kita udah punya cucu sekarang..." Ucap Gavin bahagia.

"Wah..... Si Leha udah lahiran.." ujar Sesil ikut bahagia.

"Iya, nanti kamu tengokin ya.." ucap Gavin.

Mereka semua geleng-geleng kepala, mendengar obrolan Gavin dan Sesil.

Leha alias Soleha, itu kucing yang dirawat Gavin dan Sesil. mereka menemukan kucing itu di pinggir jalan dulu. Dan mereka pun merawatnya bersama. Dan Menyebut kalau Soleha itu anak mereka.

Dan sekarang kucing itu lahiran, jadi mereka menyebutnya cucu.

"Arghi...." Seru Afya senang.

Mereka semua sedang berkumpul di kantin sekarang, sebelum jam ujian pertama di mulai.

"Hmmm" jawab Arghi singkat.

"Udah..."

"Belum.." jawab Arghi memotong ucapan Afya.

Dia sangat tau apa yang akan Afya tanya kan.
"Udah sayang sama Afya belum?" pasti begitu.

"Astaga...." Ujar Afya tak menyangka.

Membuat Arghi mengerutkan keningnya. Ada apa lagi dengan Afya.

"Arghi belum belajar, kita kan mau ujian.." ucap Afya.

"Cieee Arghi ke GR an, Arghi pasti ngira Afya mau nanya udah sayang sama Afya belum?, iya kan..." Ujar Afya menggoda Arghi. Dia menusuk-nusuk lengan Argi dengan kukunya.

Kebetulan Arghi duduk di sebelahnya. karena memang hanya tempat itu yang kosong.

"Orang Afya cuma mau nanya, udah belajar apa belum?" Ucap Afya dengan cengengesan.

Padahal dia memang mau menanyakan soal Arghi udah sayang sama dia apa belum, seperti biasa.

Tapi karena Arghi sudah menjawab duluan, akhirnya Afya kerjain deh.

"Terserah deh..." Ujar Arghi santai.

Tak lama bel pun berbunyi mereka masuk. Keruangan masing-masing.

Afya berjalan menuju bangkunya sendirian, dia tidak sekelas dengan Sesil dan Meisya.

Afya melebarkan mulutnya kaget.
"Nggak mungkin..." Jawabnya tak percaya, saat tau dia bakal duduk dengan siapa.

"Heh, lo yang duduk sama gue?" Tanya orang itu.

Afya tidak menjawab dia langsung duduk, tanpa memperdulikan orang itu.

"Pinter nggak lo?" Tanya orang itu.

"Kalau pinter, nanti lo yang kerjain punya gue.." ujar orang itu seenaknya.

Afya melotot kan matanya, apa dia nggak salah dengar. Bukanya kebalik, atur nya dia yang minta bantuan.

"Enggak, bodoh.." jawab Afya sinis.

"Keliatan kok dari muka lo.." ujar orang itu dengan tertawa meledek.

Afya menghembuskan napasnya kesal.
Sabar, sabar batin nya.

Kenapa juga dia harus duduk dengan Beni.

Beni itu orang paling nakal di sekolah ini, kerjaan nya mukulin orang udah kayak preman. Sering bikin keributan di sekolahan. Pokoknya kakak kelas paling nakal.

Nggak pernah masuk kelas, kerjaan nya bolos terus. Orang belajar dia malah patroli ngelilingin sekolahan. Bahkan Beni udah nggak lulus dua kali. Dia itu kakeknya sekolahan ini.

Afya benar-benar kena sial hari ini, mimpi apa dia semalam.

Ujian pun di mulai, semuanya mengerjakan soal dengan tenang. Tapi tidak dengan orang yang ada di sebelah Afya.

Beni sedari tadi terus mengganggu Afya. menendang-nendang kaki Afya lah, nyoret-nyoret  tangan Afya dengan pulpen.

"Bisa diam nggak sih kak.." ujar Afya sebal.

"Gue diem dari tadi." Ujar Beni santai.

"Kaki sama tangannya..." Sewot Afya.

Mulut Beni memang diam, tapi tangan sama kakinya nggak mau diam.

"Yang di pojok harap tenang.." ujar guru yang mengawas di ruangan mereka.

Membuat semua murid yang ada di dalam kelas menoleh ke arah mereka.

"Beni kamu jangan buat masalah lagi ya.." peringat guru itu.

"Ya Allah buk.. orang saya dari tadi diam.."  ujar Beni.

"Iya diam, sampai kertas ujian kamu masih kosong.." ujar guru itu menyindir.

Beni sedari tadi tidak mengisi soal ujian nya, bahkan membacanya saja tidak.

"Nanti juga ke isi Bu..." Jawab nya.

"Bawa kesini headset kamu..." Ujar guru itu.

Beni sedari tadi terus memakai headset nya, dan mendengar kan musik.

"Ya buk, saya baru aja mau nelpon kakek saya. Terus nanya jawaban ke dia" ujar Beni.

Membuat semua orang di sana tertawa. Ada-ada saja batin mereka.

"Kakek kok nyari kakek.. " sindir guru itu.

Membuat semua orang semakin tertawa, begitu juga Afya.

Namun Beni santai saja, sama sekali tidak merasa tersindir.

"Beni, kasih ke ibu cepat.." ujar Guru itu lagi.

Beni berdiri lalu berjalan ke arah meja guru, dia memberikan headset nya.

"Cepat selesai kan ujian kamu, sebentar lagi waktunya habis.."

"Aman buk..., Tenang aja.." ujar Beni santai.

Dia segera kembali ke bangkunya.
Lalu mengisi semua jawaban dengan asal. Dia memilih A, di semua jawabannya.

Karena pasti nanti ada yang benar. Dan di ujian berikutnya, dia akan mengisi lembar jawaban dengan B semua.Dan begitu seterusnya.

Afya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Beni. Ternyata masih ada yang lebih parah daripada Afwan, dan Damar.

GEBETAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang