Delapan belas

300 24 0
                                    

Afya sudah kembali bersemangat, seperti biasanya.

Semalam dia telah memikirkan semuanya, benar kata Arghi jangan pikirkan apa yang belum tentu terjadi.

Dan benar juga kata Meiysa, nggak papa Afya berharap pada Arghi, tapi Afya juga harus nyiapin mental, kalau misal nanti Arghi suka sama perempuan lain.

Serahkan saja, semua sama tuhan. Itu kesimpulan nya.

Afya berjalan masuk ke dalam kelas Arghi.

"Hallo, Afya cantik di sini.." ujar Afya menyapa semua orang yang ada di dalam kelas Arghi.

"Kumat lagi..." Ujar Damar. Ternyata Afya sadar nya cuma sehari doang.

"Pagi Arghi..." Sapa Afya dengan duduk di kursi yang ada di depan Arghi.

"GIMANA, UDAH SAYANG SAMA AFYA BELUM?" Teriak Damar, Edwin, dan Gavin bersamaan.

Mereka sudah hafal apa yang akan Afya tanyakan.

Afya melirik mereka bertiga dengan sinis.

"Belum, Sampai anak gue udah lahir pun. Arghi pasti belum sayang sama lo.." ucap Damar ceplas-ceplos.

Deg.

Jantung Afya berdebar, dia takut kalau apa yang di ucapkan Damar beneran terjadi.

Afya langsung cemberut, semangat nya hilang lagi.

Arghi meletakan buku yang dia baca sedari tadi, dia melirik Damar dengan kesal.

Damar hanya cengengesan, dia memukul mulutnya pelan. Maksudnya kan dia cuma bercanda.

"Masuk kelas sana.." suruh Arghi ke Afya.

Afya tersenyum, lalu dia mengangguk.

"Semangat belajarnya..." Ujar Afya, dia segera berdiri.

Buk..

Afya menendang kaki Damar cukup keras.

"Aduh...." Damar merintih kesakitan, dia memegang kakinya yang di tendang Afya.

"Su-ku-rin..." Ucap Afya puas, dia pun segera pergi dari sana.

Sementara Edwin dan Gavin, sudah tertawa melihat Damar yang kesakitan.

****

Jam pelajaran pertama pun di mulai.

"Aduh, Afya kebelet pipis..." Ucap Afya.

"Sesil temenin yuk..." Ajak Afya ke Sesil.

"Gue malas..." Ujar Sesil, dia merasa sangat mengantuk, gara-gara bergadang semalam.

Terpaksa Afya harus ke kamar mandi sendirian, kalau ngajak Meiysa, pasti dia tidak mau. Meiysa nggak akan mau kalau lagi belajar di ganggu.

Setelah mendapat izin dari gurunya, Afya pun segera pergi ke kamar mandi, dia sedikit berlari karena sudah tidak tahan.

"Lega..." Ucap Afya setelah selesai pipis.

Afya keluar dari kamar mandi.
"Afya lewat depan kelas Arghi aja ah..." Ujar Afya.

Dia memilih memutar jalan, demi lewat depan kelas Arghi.

Afya sengaja memelankan langkahnya, saat melewati depan kelas Arghi, dia mengintip ke dalam.

"Ngapain lo?" Ujar seseorang, mengagetkan Afya.

"Ih Bulan..." Ujar Afya kesal.

"Nama gue Rian.." ujar Rian kesal.

"Lagi jam pelajaran, ngapain lo di luar? mau patroli ngelilingin kelas..." Ujar Rian.

"Orang Afya, dari kamar mandi.." ujar Afya.

"Tapi kelas lo udah kelewatan..." Ucap Rian.

"Emang sengaja ,Afya kan mau lihat pujaan hatinya Afya..." Ujar Afya dengan cengengesan.

Rian menggelengkan kepalanya, kenapa ada orang seaneh Afya, batin nya.

"Cepat balik ke kelas.." ujar Rian.

Afya pun mengangguk, dia segera balik ke kelasnya.

***

Waktunya jam pulang sekolah, semua murid berhamburan keluar kelas.

"Loh Arghi mana?" Tanya Afya ke Edwin dan Gavin.

Saat tidak melihat Arghi di parkiran.

"Masih di kelas sama Damar.." ujar Edwin.

Afya langsung berbalik menuju kelas Arghi.

"Arghi, pulang yuk..." Ucap Afya dengan masuk ke dalam kelas Arghi.

Damar dan Arghi yang sedang bicara pun menoleh, entah apa yang mereka bicarakan.

Afya duduk di sebelah Arghi, dia mengelap dahinya yang berkeringat, siang ini terasa sangat panas.

"Arghi ayo pulang..." Ajak Afya lagi.

Drttttttt....

Handphone Arghi berbunyi, Afya melihat layar handphone Arghi.

Tertera nama "MAMAH" di sana, jadi mamahnya Arghi yang telpon. Batin Afya.

Arghi pun segera mengangkat nya.
"Iya, Arghi pulang sebentar lagi.." ucap Arghi.

Afya dan Damar hanya menyimak saja.

"Oh iya Arghi, siapa sih nama mamah sama papahnya Arghi?" Tanya Afya, setelah Arghi mematikan telpon nya.

Selama ini dia nggak tau siapa nama orang tua Arghi.

"Masa Afya, nggak tau nama mertua sendiri..." Ujar Afya dengan cengengesan.

Wajah Arghi langsung kesal, dia segera berdiri dari duduknya.
"Pulang sama Damar..." Ujarnya ketus.

Afya terdiam, apa dia salah bicara.

Damar menahan tangan Afya yang hendak mengejar Arghi.

"Biarin aja.." ujar Damar.

"Lagian lo, udah tau Arghi itu sensitif kalau bahas tentang keluarganya.." ujar Damar.

Dari dulu Arghi nggak akan suka, kalau bahas tentang orang tuanya.

"Afya kan cuma nanya..." Ujar Afya merasa bersalah.

Tapi, dia juga jadi semakin penasaran, ada apa sebenarnya dengan Arghi dan keluarga nya.

"Lain kali, nanya yang lain aja..." Ujar Damar menasehati.

Afya hanya diam, dia akan cari tau tentang Arghi dan keluarganya sendiri nanti.

"Jangan berbuat terlalu jauh, kita hargai aja keputusan Arghi, kalau dia memang nggak mau kita tau tentang keluarganya..." Ucap Damar.

Damar takut Afya malah ikut campur nanti, soal keluar Arghi.

GEBETAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang