tujuh belas.

312 23 0
                                    

Hari ini sudah masuk sekolah, waktu liburan mereka telah selesai.

Afya berjalan lesu, masuk ke dalam gerbang sekolahnya.

Dia sama sekali tidak bersemangat.

Di parkiran, tampak Arghi dan teman-teman nya sudah datang dan berkumpul.

Afya melewati mereka begitu saja, tanpa menyapa mereka seperti biasanya.

Arghi dan teman-teman nya saling Padang, heran melihat Afya.

"Kenapa sepupu lo?" Tanya Gavin ke Damar.

Damar mengangkat bahunya.
"Habis di rukiah kali sama Om gue, makanya jadi kalem." ujar Damar asal.

Dia juga heran ada apa dengan Afya, biasanya pagi-pagi Afya sudah pecicilan. Apalagi di sini ada Arghi, dia pasti akan terus mengintili Arghi.

Arghi juga menatap Afya dengan heran. Tumben banget, batinnya.

"Ya udah, mendingan kita ke kelas aja.." Ajak Arghi.

Mereka semua mengangguk. Mungkin Afya lagi insyaf aja. Makanya nggak gangguin orang.

****

Sementara Afya terus berjalan dengan lesu, dia masih sedih saat mengingat ucapan ibunya.

Apa Afya jauhi Arghi aja, batin nya.

Afya menggelengkan kepalanya kuat.
"Afya nggak sanggup..." Ujarnya heboh, membuat semua orang melihat ke arah Afya sekarang.

Namun Afya tidak peduli, teman sekolahnya pasti sudah biasa melihat kelakuan aneh nya.

Afya berhenti di pinggir lapangan, dia berjalan menghampiri Rian, si ketua OSIS, Yang sedang main basket.

"Rian..." seru Afya.

Membuat Rian menoleh.

"Tolong hukum Afya ..." Ujar Afya.

Membuat Rian tertawa.
"Aneh lo..." Ujar Rian.

Afya berjongkok di tengah lapangan, dia memeluk lututnya.

Membuat Rian semakin heran.
Kenapa lagi nih anak, batin Rian.

"Lo mau kepala lo benjol, kena bola.." ujar Rian memperingati.

Udah tau orang sedang main basket, malah jongkok di tengah lapangan.

"Afya lagi galau..." Ujar Afya.

"Bodo amat..." Ujar Rian tak peduli.

"Mendingan Rian hukum Afya aja, biar Afya punya kesibukan.." pinta Afya, kalau dia sibuk kan, dia nggak punya waktu lagi buat mikirin Arghi.

Rian menggelengkan kepalanya melihat tingkah Afya, memang nggak ada benarnya kalau bicara sama Afya.

"Eh bocil...." Ujar Beni, yang tiba-tiba datang menghampiri Afya.

Afya memutar bola matanya malas. Ganggu aja, batin nya.

"Mana pulpen gue, lo bawa pulang kan..." Ujar Beni.

"Ya ampun Beni, pulpen harga dua ribu aja Di tagih.." ucap Afya heran.

"Enak aja, itu harganya dua ribu lima ratus..." Ucap Beni.

Afya segera mengambil pulpen Beni dari tasnya.
"Nih, Afya balikin..." Ucap Afya dengan memberikan pulpen itu ke Beni.

Dia memang meminjam pulpen Beni pas ujian kemarin, dan lupa mengembalikan nya.

Afya pun segera pergi dari sana, percuma Rian juga nggak mau menghukum nya.

Ternyata di pinggir lapangan sudah ada Arghi dan teman-teman nya. Mereka sedari tadi memperhatikan Afya, yang sedang bicara dengan Beni dan Rian

Afya melirik Arghi sekilas, lalu dia pergi begitu saja.

Arghi melihat Afya dengan heran, perasan dia tidak punya salah dengan Afya.

"Nah, kenapa lagi tu bocah.?.." Ujar Damar.

"Lo ada salah dengan Afya?" Tanya Edwin.

Arghi menggelengkan kepalanya, dia aja bingung kenapa Afya begitu.

*****

Sekarang seperti biasa, mereka semua kumpul di kantin.

Afya hanya diam, dia terus mengaduk-aduk makanan nya.
Biasanya dia yang paling semangat.

"Lama-lama tu nasi goreng jadi bubur..." Sindir Damar.

Arghi yang duduk di depan Afya, terus memperhatikan tingkah Afya. sedari tadi dia ingin sekali menanyakan ada apa dengan Afya.

"Kenapa sih Damar..." Ujar Afya kesal, saat Damar terus mengganggunya.

"Lo yang kenapa?" Ucap Damar.

Sesil dan Meiysa, sebenarnya tau Afya kenapa. Pasti masih ke pikiran soal perkataan ibunya.

Afya berdiri dari duduknya.
"Afya mau ke kelas aja..." Ujar Afya.

"Lah, makanan lo belum habis..." Ucap Damar.

"Udah kenyang .." ucap Afya dia segera pergi dari sana.

Mereka semakin heran dengan tingkah Afya.

"Kenapa dah?" Tanya Gavin.

"Demam kali.." ujar Damar.

Damar menarik nasi goreng punya Afya, yang sama sekali belum di makan.
"Rejeki anak soleh..." Ujarnya girang, dia langsung memakan nasi goreng itu.

"Sepupu lo tu, tanyain kenapa dia?" Ujar Edwin heran, bukanya mikirin Afya. Damar malah sibuk makan.

"Udah biar gue yang susul.." ujar Arghi dengan berdiri.

Dia segera pergi mengejar Afya.

Arghi melihat Afya masuk ke kelasnya.

Arghi ikut masuk ke dalam, di dalam kelas hanya ada beberapa orang saja. Sedangkan yang lain masih di kantin

Afya duduk di bangkunya, dia menelungkup kan wajah nya.

Arghi ikut duduk, di bangku yang ada di hadapan Afya. Dia duduk menghadap ke Afya.

"Kenapa?" Tanya nya.

Afya mendongak, dia terkejut melihat Arghi ada di depan nya.

"Gue punya salah sama lo?" Tanya Arghi.

Afya mengigit bibir bawahnya, dia bingung harus menjawab apa.

Afya menggelengkan kepalanya,Arghi kan memang nggak punya salah.

"Terus?" Tanya Arghi.

Tumben banget Afya kalem begini.

Afya diam dia menatap wajah Arghi lama.

"Arghi suka sama siapa sih.?" Tanya Afya akhirnya.

"Maksudnya?" Tanya Arghi tak mengerti.

"Arghi itu lagi suka sama orang atau enggak? Soalnya Afya takut kalau Arghi suka sama orang lain. Ibu bilang ke Afya, jangan terlalu berharap sama Arghi. Takutnya Arghi suka sama orang lain, nanti Afya sedih.." ujar Afya mengungkap kan semua isi hatinya.

Jadi ini masalahnya, batin Arghi.

"Nggak tau kenapa? semakin Afya ngejar Arghi. Rasanya Arghi semakin jauh.." ujar Afya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Gue aja nggak mikirin, gue suka sama siapa?, kenapa lo yang jadi sedih dan kepikiran.." ucap Arghi.

Dari dulu Arghi tidak pernah mikirin tentang itu.

"Makanya, kalau Arghi suka sama orang lain bilang ke Afya secepatnya. Biar Afya nggak semakin berharap..." Ujar Afya lagi.

"Lo bakal terima kalau gue suka sama yang lain?"

Afya menggeleng kan kepalanya dengan cepat.
"Tapi Afya nggak bisa ngelarang, Afya kan bukan siapa-siapa nya Arghi.." ujar Afya tau diri.

Arghi mengelus rambut Afya.
"Nggak usah pikirin hal yang belum tentu terjadi.." ujarnya.

Sifat Arghi yang begini, yang membuat Afya bingung. Harus bertahan atau berhenti suka sama Arghi.

Arghi seolah memberi kan harapan ke Afya.

GEBETAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang