Sembilan

350 20 0
                                    

"untung udah selesai..." Ujar Afya girang.

Hari pertama ujian nya sudah selesai. Dia kira bisa mengerjakan sekitar tujuh puluh persen lah dari soal yang ada.

"Afya..." Seru Meisya dan Sesil dengan menghampiri Afya.

"Gimana?" Tanya Meiysa.

Sementara Sesil sudah menekuk wajahnya dari tadi, dia sangat pusing karena ujian hari ini. Dia berharap semoga ujian segera berakhir, dan mereka bisa liburan.

"Ya begitu lah..." Jawab Afya seadanya.

"Lo duduk sama siapa?" Tanya Meisya.

Afya langsung cemberut saat di tanya seperti itu.
"Beni.." ujar Afya sebal.

"SUMPAH LO..." Ujar Meiysa dan Sesil bersamaan.

Semua orang tau, kalau Beni itu sangat nakal.

Afya mengangguk, dia mengangkat jarinya membentuk huruf V.

Meiysa dan Sesil meringis kasihan melihat Afya.

"Sabar ya.." ujar mereka berdua.

"Lihat ni tangan Afya..." Adu Afya dengan memperlihat kan tangannya, yang di coret-coret sama Beni.

Tangan nya sudah seperti buku gambar, penuh dengan garis-garis abstrak.

"Kaki Afya juga sakit..." Ujar Afya.

Bisa-bisa dia babak belur kalau terus begini.

Meisya dan Sesil menatap Afya dengan kasihan.

"Ya udah lo balas aja.." saran Sesil menyuruh Afya membalas perbuatan Beni.

Afya mengangguk setuju.
"Iya besok Afya bakalan balas.." ujar Afya semangat.

Mereka pun berjalan ke arah parkiran.

"Lah tangan lo kenapa? hahahaha.." ujar Damar menertawakan tangan Afya yang penuh coretan.

"Nggak tau " jawab Afya kesal.

"Orang itu nulis di kertas Afya, bukanya di tangan.." ujar Edwin.

Afya tak perduli dia langsung bejalan menghampiri Arghi, yang sudah duduk di motornya.

"Arghi lihat ni tangan Afya, di coret-coret sama Beni.." adu Afya ke Arghi.

"Entar di cuci.." ujar Arghi santai.

"Lah lo duduk sama si Beni.." ujar Gavin menyahuti ucapan Afya.

"Sial banget nasib sepupu gue..." Ujar Damar sok prihatin.

"Ih Afya kesal banget pokoknya.." ujar Afya dengan menghentak-hentak kan kakinya.

"Ya udah ayo cepat pulang, bentar lagi mau hujan.." ujar Arghi saat melihat langit mulai mendung.

Mereka pun segera naik ke motor masing-masing.

Arghi memberikan helm ke pada Afya. Afya tersenyum senang hari ini dia di antar pulang oleh Arghi.

Arghi menyala kan motornya, lalu menjalankan motornya dengan sedikit kencang.

Afya mencari kesempatan dengan memeluk Arghi dari belakang. Lalu dia tersenyum lebar, hanya pas momen begini dia bisa sedekat ini dengan Arghi.

"Yah hujan..." Ujar Afya saat hujan mulai turun membasahi mereka berdua.

Arghi segera menepikan motornya di emperan toko saat hujan semakin deras. Kalau dia sendirian pasti langsung di trobos. Tapi Sekarang dia sedang bersama Afya, takut Afya sakit.

Mereka segera turun dan duduk di emperan toko.

"Semoga hujan nya lama..." Ujar Afya berharap.

"Biar Afya bisa berduaan sama Arghi lebih lama.." ujar Afya dengan menoleh ke arah Arghi.

"Jangan aneh-aneh.." ucap Arghi.

Kalau hujan nya lama, mereka nggak akan bisa pulang.

Afya menggoyang-goyang kan kakinya. Terjadi keheningan beberapa saat di antara mereka berdua.

"Kenapa kaki lo?" Tanya Argi dengan memegang kaki Afya yang sedikit membiru

Afya langsung menekuk bibirnya ke dalam.
"Ini gara-gara Beni, dia nendang-nendang kaki Afya terus pas ujian.." ujar Afya kesal.

"Bisa-bisa Afya babak belur kalau terus kayak gini..." Ujar Afya lagi.

Arghi merasa kasihan dengan Afya.
"Nanti biar gue ngomong sama dia.." ujar Arghi.

Arghi akan bicara sama Beni agar tidak mengganggu Afya lagi, pas ujian.

Afya tersenyum senang saat Arghi peduli dengan dia.

"Tapi nggak usah deh Arghi, nanti Arghi di pukul lagi sama Beni.." ucap Afya khawatir. Tau sendiri kan Beni seberingas apa.

"Nggak papa biarin aja Afya yang sakit, daripada nanti Arghi bonyok gara-gara di pukul Beni.."

Arghi terdiam sebentar menatap Afya, dia tidak menyangka Afya sepeduli itu padanya.

"Gue nggak takut, tinggal gue tonjok balik aja" ujar Arghi remeh.

Dia memang bukan tukang berantem seperti Beni. tapi Begini-begini dia juga punya sabuk hitam taekwondo.

"Ya tapi kan..."

"Gue tetep bakal ngomong.." ujar Arghi tegas memotong ucapan Afya..

Membuat Afya melirik Arghi dengan jahil, dia cengengesan.
"Aduh Arghi peduli banget sama Afya..." Ujar Afya senang.

"Udah mulai nyaman nih kayak nya..." Goda Afya dengan menarik turun kan alisnya.

"Awas Loh..., nanti cinta..." Ujar Afya lagi.

Arghi menghembuskan napasnya, Afya memang tidak pernah serius.

"Serah lo deh..." Ujar Arghi malas.

Afya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Nggak usah malu Arghi, Afya bakal terima Arghi setulusnya.." ujar Afya semakin melantur.

"Nggak usah ke PD an..." Ujar Arghi.

"Nggak, Afya nggak ke PD an.." jawab Afya.

"Cuman GR aja hehehe.." sambungnya lagi.

Arghi menggeleng kan kepalanya, memang tidak akan pernah benar kalau berbicara dengan Afya.

GEBETAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang