Tiga belas.

338 19 0
                                    

Ujian telah selesai, dan hari ini waktunya pembagian raport.

"Ayah..." Seru Afya, saat melihat ayah nya datang ke sekolah untuk mengambil raport nya.

"Sayang,..." Ujar Hari dengan mengelus rambut Afya.

"Ayah masuk dulu ya, soalnya habis ini ayah mau ngambil raport nya Afwan juga..." Ujar Hari.

Afya mengangguk kan kepalanya, jantung nya berdegup kencang, dia sangat penasaran dengan nilainya.

Walaupun jantung nya lebih berdetak kencang, kalau bertemu dengan Arghi.

"Afya ngapain malah senyum-senyum sendiri sih..." Ujar Meiysa.

"Hehehe nggak papa.." ucap Afya cengengesan.

"Gimana ya nilai kita?" Ujar Sesil cemas.

Tak lama para orang tua pun keluar dari dalam kelas. Semua anak langsung menghampiri orang tua mereka masing-masing.

"Gimana Yah?" Tanya Afya penasaran.

"Kamu peringkat sepuluh..." Ujar Hari bangga.

"Yes.." ujar Afya senang.

"Nggak papa ya Yah, nggak nambah, yang penting kan nggak turun.." ujar Afya.

Karena selama ini dia memang selalu peringkat sepuluh.

Hari mengangguk kan kepalanya.
"Ya udah, ayah mau ngambil raport Afwan dulu ya..." Pamit Hari.

"Kamu mau pulang sama ayah atau nggak?" Tanya Hari.

Afya menggelengkan kepalanya.
"Afya masih mau kumpul sama teman-teman dulu, nanti Afya pulang sama Arghi aja.." ujar Afya.

"Ya udah kalau gitu..." Ujar Hari.

Hari pun segera pergi dari sana.

Afya menghampiri teman-temanya.

"Gue juara dua..." Ujar Meiysa sangat senang.

"Wah .. selamat ya Meiysa..." Ujar Afya ikut senang.

Mereka pun berpelukan.
"Kalau Sesil gimana?" Tanya Afya.

"Peringkat lima belas..." Ujar Sesil sedih, kenapa nggak pernah masuk sepuluh besar sih.

Namun beberapa saat kemudian wajah Sesil kembali ceria.
"Tapi nggak papa deh, yang pentingkan gue nggak bodoh-bodoh banget..." Ujarnya.

Yang penting nggak peringkat terakhir kan.

Afya dan Meiysa mengangguk.
"Iya.." uja mereka.

"Ya udah, sekarang kita ke kelas Gavin yok, gue mau lihat nilainya dia...".

"Iya ayok..." Afya pun bersemangat, karena dia juga ingin ketemu Arghi.

Mereka pun berjalan ke kelas Arghi dan kawan-kawan.

"Arghi..." Seru Afya.

Membuat Arghi menoleh.
"Gimana nilainya Arghi?" Tanya Afya penasaran.

Arghi langsung memberikan raportnya ke Afya.

"Arghi peringkat dua puluh dua..." Ujar Afya saat melihat peringkat Arghi.

Afya menatap ke arah Arghi.
"Nggak papa Arghi, Allah maha adil. Nggak ada manusia yang sempurna.
Walaupun Arghi ganteng, tapi nggak pinter..." Ujar Afya menyemangati.

Namun Arghi mengartikan nya lain.
"Lo ngatain gue bodoh..." Ucap Arghi kesal.

"Enggak, orang Afya cuma bilang manusia itu nggak ada yang sempurna..." Ujar Afya membela diri.

Arghi memutar bola matanya jengah, terserah deh.

"Tante..." Seru Afya saat melihat Sekar mamahnya Damar.

"Afya, raport kamu udah di ambil..?" Tanya Sekar.

"Udah Tante, ayah yang ngambil.." saut Afya.

"Gimana nilai Damar?" Tanya Afya.

"Dapat juara dia..." Ujar Sekar.

Membuat Afya melebarkan matanya tidak percaya.
"Serius Tante..." Ujar Afya memastikan.

"Iya, juara tiga dari belakang..." Ujar Sekar dengan melirik Damar sinis.

Semua orang tertawa di buatnya.

Sementara Damar sudah tersenyum masam.

"Ya udah, Tante pulang dulu ya..." Pamit Laras.

Afya pun mengangguk kan kepalanya.

"Makasih Tante..." Kini Arghi yang berbicara.

Dia berterimakasih dengan mamahnya Damar, karena sudah mau mengambilkan raportnya.

"Iya, sama-sama Arghi..." Ujar Sekar.

Afya melihat ke arah Arghi. Kenapa setiap pengambilan raport, orang tua Arghi tidak pernah hadir. Tapi dia juga sungkan untuk menanyakan nya langsung. Takut menyinggung Arghi nanti.

"Kak, kak lihat deh..." Teriak Afwan heboh, dengan berlari menghampiri Afya.

membuat Afya menoleh ke arah nya.

" peringkat gue naik..." Ujar Afwan bangga.

"Berapa emang?" Ujar Damar ikut menyahut.

"Tiga puluh tiga...." Ujar Afwan girang.

Plak.

Afya memukul kepala Afwan dengan raport nya.

"Mana ada bagus-bagusnya..." Ujar Afya gemas.

Damar menggelengkan kepalanya, kelakuan Afwan tidak beda jauh dengan dia. Memang pantes kalau mereka bersaudara.

"Bagus dong, semester kemarin kan gue peringkat terakhir tiga puluh lima. Dan sekarang tiga puluh tiga. Jadi, masih ada dua orang yang lebih bodoh dari gue..." Ujar Afwan bangga.

"Terserah deh..." Ujar Afya malas.

Yang lain pun juga hanya diam malas menyahuti Afwan.

"Habis ini kan kita libur, gimana kalau kita liburan bareng.." usul Sesil.

Semuanya pun mengangguk setuju.

"Mau kemana emang?" Tanya Edwin.

"Pantai aja gimana.." ujar Afya. Dia sudah lama tidak ke pantai.

"Boleh, kita sekalian aja buat tenda di pinggir pantai terus nginep." ujar Gavin.

"Oke, kalau gitu besok langsung kumpul di rumah gue, kita pakai mobil aja.." ujar Damar.

"Gavin, Lo bawa mobil ya Arghi juga..." Ujar Damar lagi.

Mereka semua pun menyetujuinya.

Arghi tidak berbicara sedari tadi, dia mengikuti teman-temanya saja.

"Lo ikut nggak Wan?" Tanya Damar ke Afwan.

"Enggak, gue mau touring sama teman-teman gue pakai motor..." Ujar Afwan yang sudah punya rencana sendiri.

Setelah itu mereka langsung pulang ke rumah masing-masing.

GEBETAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang