Tiga puluh empat.

305 22 2
                                    

Hari ini, hari Senin. Banyak yang malas memulai hari Senin.

Apalagi anak sekolah, karena lama banget kalau harus nunggu hari Minggu lagi.

Tapi tidak dengan Afya, Afya berjalan masuk ke dalam gerbang sekolahnya dengan semangat.

Energi Afya hari ini, seratus persen penuh. Karena kemarin habis malam mingguan dengan Arghi.

"Pagi bulan....." Sapa Afya semangat ke Rian, saat berpapasan dengan sang ketua OSIS.

"Pagi ini Afya nggak telat loh...." Ujar Afya.

"Serah lo..." Jawab Rian, tanpa menoleh ke Arah Afya. Rian masih sibuk membenarkan dasinya.

Setelah menyapa Rian, Afya lanjut berjalan lagi menuju kelas nya Arghi dulu, seperti biasa.

Setelah tiba, Afya langsung masuk ke kelasnya Arghi.

Afya mengerutkan keningnya, saat melihat tidak ada Arghi di dalam kelas.

"Eh bocah...." Seru Damar.

"Damar, Arghi mana?" Tanya Afya.

"Dia nemenin Edwin di bengkel, motornya bocor. Mungkin mereka telat datang...." Ucap Damar.

"Lo ngapain bawa boneka bocil..." Ucap Damar, saat melihat Afya membawa boneka ke sekolah. Udah kayak anak TK.

Senyum Afya perlahan mengembang.
"Ini boneka dari Arghi..." Ucap Afya bangga.

Damar menggelengkan kepalanya.
"Serah lo deh...." Ucap Damar malas.

"Damar tau nggak..." Ucap Afya dengan duduk di sebelah Damar.

Damar lagi duduk di pojokan kelas, dengan main game.

Damar tetap fokus main game di hp nya, tidak memperdulikan omongan Afya. Paling juga Afya ngomongin yang nggak penting, kayak biasanya.

"Kayak nya Arghi udah suka deh sama Afya..." Ucap Afya degan tersenyum lebar.

"Buktinya nih ya, malam Minggu kemarin Arghi ngajak Afya ke pasar malam, terus Arghi juga rela main lempar kaleng, biar dapat boneka ini. Pokoknya sekarang tu ya, Arghi nggak cuek lagi kayak dulu. Afya seneng banget deh Damar rasanya..." Ucap Afya sangat senang.

Semoga secepatnya Arghi suka juga dengan Afya.

Damar langsung berhenti main game. Dia langsung menoleh ke arah Afya.

Damar tersenyum tipis, dia juga ikut bahagia.

"Yah... Gue senang denger nya..." Ujar Damar.

"Tapi, gue cuma mau ngingetin lo. Jangan terlalu berharap. Nanti takutnya lo sedih..." Ucap Damar mengingatkan.

Arghi itu susah di tebak. Damar nggak mau Afya terlalu berharap, dan nantinya sakit hati. Kalau ternyata Arghi nggak punya rasa yang sama.

Afya melirik Damar dengan kesal.
"Afya nggak mau denger itu ah..." Ucap Afya malas.

Afya langsung berdiri dari duduknya. Lalu Afya menoleh ke arah Damar.

"Afya tau Damar. Apa pun resikonya Afya bakal terima..."

"Emang begitu kan resikonya kalau mencintai seseorang, harus berani tersakiti. Karena rasa cinta dan sakit hati itu jaraknya tipis..." Ucap Afya.

Jadi Afya bakal terima semua resikonya.

Damar mengangguk kan kepalanya.
"Bagus kalau lo tau,  gue sayang sama lo. Makanya gue ngingetin lo..." Ucap Damar.

Bagaimana pun Afya itu saudaranya, Damar ikut sedih kalau Afya sedih.

"Udah ah, Afya mau ke kelas aja. Mau pamer boneka baru sama Meiysa sama Sesil..." Ucap Afya.

*******

Kringggggg.

Bel tanda keluar main pun berbunyi.

Mereka semua berteriak senang.

"Akhirnya...." Ucap Afya lega.

Pagi tadi mereka upacara, panas-panasan.

Dan setelah itu malah pelajaran matematika, membuat otak Afya ke bakar rasanya.

"Ayo langsung ke kantin..." Ajak Sesil.

"Kalian duluan aja, Afya mau ke toilet dulu. Nanti Afya nyusul." Ucap Afya.

Afya langsung pergi dan tidak lupa membawa bonekanya.

"Udah kayak anak nya, tu boneka..." Ucap Sesil, saat melihat cara Afya menggendong boneka beruang nya.

Meiysa juga tertawa melihat Afya menggendong bonekanya.

Afya berjalan menuju toilet. Namun saat masuk ke toilet, toilet nya penuh.

"Orang-orang pada beser semua..." Ucap Afya.Saat melihat toiletnya penuh.

Karena udah tidak tahan mau pipis, Afya memilih pergi ke toilet satunya. Walaupun sedikit takut, karena toilet satunya ada di belakang.

Afya berjalan cepat ke toilet itu.

"Benarkan di sini sepi..." Ucap Afya, saat masuk ke toilet itu, terus tidak ada siapa-siapa di sana.

Afya masuk ke salah satu bilik toilet.
"Ah lega..." Ucap Afya.

Bonekanya masih di pegang, walau repot.

Setelah selesai menuntaskan hajatnya. Afya langsung ke luar dengan buru-buru. Takut kalau lama-lama di dalam.

"lah Beni ngapain di sini?" Tanya Afya.

Saat melihat Beni, kakak kelasnya yang nakal itu, udah berdiri di sebelah pintu toilet.

"Ngintip ya..." Tuduh Afya.

"Enak aja, ngintip kok di luar, mana kelihatan..." Ucap Beni tak terima, siapa juga yang ngintip.

"Ngintip ya di luar lah, kalau di dalam namanya kencing bareng." Ucap Afya.

Beni terkekeh lucu mendengarnya.

"Ih..... Lucu banget sih lo..." Ucap Beni, dengan menarik pipi Afya gemas.

Afya langsung melototkan matanya.

Buk.

Afya langsung memukul Beni dengan bonekanya.
"Ih nggak boleh pegang-pegang Afya..." Ucap Afya kesal.

"Aduh..." Ucap Beni dengan memegang bahunya.

Afya terus memukuli Beni tanpa ampun. Enak aja Beni megang-megang pipi Afya.

Beni menahan tangan Afya dengan cepat.

"Lepasin Beni..." Berontak Afya.

"Makanya jangan mukuli gue...." Ucap Beni, dengan menahan tangan Afya di atas kepalanya.

Kalau orang lihat bisa salah paham, Beni berdiri di depan Afya, jarak tubuh mereka sangat dekat.

Belum lagi kedua tangan Afya yang di angkat ke atas oleh Beni.

"AFYA...." Ujar seseorang kuat.

Membuat Afya dan Beni langsung menoleh ke arah orang itu.

Mata Afya langsung melebar saat melihat siapa orang itu.

"Arghi... " Ucap Afya lirih.

GEBETAN (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang