Nanxi

24.8K 1.5K 113
                                    

Tangis Clara tak berhenti, dengan  terburu-buru ia menghubungi seseorang.
•••••••••••••••••••

Tak membutuhkan waktu lama untuk seseorang disebrang telpon mengangkat panggilan dari Clara. "Halo... Ada apa Clara?"

"Ha..halo... Vi...."

"Eh.. Kenapa kok nangis, kamu kenapa? Dimana?" Viona yang mendengar isakan Clara disebrang telpon langsung panik.

"Viona, Stev.. Vi, Stev..." isak Clara.

"Oke... Coba tenang, kamu dimana biar aku susulin." Viona sebisa mungkin meredam kepanikannya, ia sangat takut terjadi apa-apa dengan sahabatnya itu.

Clara berusaha sebisa mungkin menenangkan diri dan menjelaskan secara singkat kejadian barusan. Clara meminta Viona untuk menyusulnya ke RS.  Medical, sebelumnya Clara juga meminta Viona untuk menghubungi Brian agar Brian menjemput Nanxi disekolah baru menyusul kerumah sakit.

Viona tiba lebih dulu ke rumah sakit, dirinya melihat Clara yang terlihat sangat shock segera memeluk dan menenangkan Clara. Tak lama Brian beserta Nanxi sampai. Brian terlihat biasa saja, tangan besarnya menggengam tangan mungil Nanxi. Walau bagaimana pun Nanxi adalah putri kecilnya yang ia jaga sedari bayi. Brian tak mungkin melepas begitu saja tanggung jawabnya.

"Apa yang terjadi?" tanya Brian pada kedua wanita yang saling berpelukan.

Clara yang mendengar suara bas itu langsung mendongakkan wajahnya, bukan Brian fokus utamanya melainkan gadis kecil yang terlihat masih polos dan belum memahami situasi yang sedang terjadi.

Hati Clara sakit melihat gadis mungil yang juga memandangnya dengan ekspresi seperti mengingat sesuatu.

"Bunda Cla?" cicit gadis kecil itu.

Mata Clara makin berkaca-kaca, tangis yang sudah reda tadi kembali tumpah dipipinya. Brian yang mendengar Nanxi memanggil Clara dengan sebutan Bunda terkejut bukan main tapi, dengan cepat ia mengontrol ekspresinya.

"Hiks.. Iya sayang, ini Bunda Cla.." sambil terisak Clara menarik Nanxi kedalam pelukannya.

Viona yang melihat kejadian barusan tak kalah terkejut, sepertinya ia sudah ketinggalan cerita.

Brian berniat meminta penjelasan kembali dan saat bersamaan pintu ruang ICU terbuka. Seorang dokter yang sudah cukup berumur keluar dari ruangan tersebut.

"Bisa bicara dengan salah satu keluarganya?" tanya dokter tersebut.

Dengan sigap, Brian menghampiri dokter tersebut. "Saya suaminya dok," Ah.. Benar bukan? Seingat Brian ketok palu terakhir belum ia dengar. Setidaknya ia meninggalkan kesan baik pada mantan istrinya yang sebentar lagi benar-benar mantan.

"Mari ikut saya keruangan," dengan ramah dokter tersebut mengarahkan Brian untuk mengikutinya.

"Aku titip Nanxi," ucap Brian sebelum benar-benar mengikuti jejak sang dokter.

"Bunda kenapa menangis?" suara Nanxi membuat Clara melepaskan pelukannya dan menatap dalam pada Nanxi.

"Nanxi, apa Mama pernah bilang sesuatu pada Nanxi, kalau Nanxi harus selalu menjadi wanita kuat?"

Mendengar pertanyaan dari Clara, Nanxi mengangguk dengan cepat. "Ya Bunda, Mama bilang Nanxi harus menjadi gadis kecil yang kuat apapun yang terjadi dan terus tumbuh menjadi wanita dewasa yang tangguh." Mengingat pesan mamanya Nanxi tersenyum lebar, ia ingat mamanya itu dengan semangat sambil berkacak pinggang memberikan petuah itu pada Nanxi.

Clara mengangguk, tangisannya sudah reda kembali. "Bagus, apapun yang terjadi Nanxi harus kuat ya sayang, ada Bunda Cla dan Aunty Vi. Ya sayang..."

My Ex-Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang