Part 23

51.1K 2.9K 126
                                    

Si Ondet masih cari rute buat jalan cerita ini biar gak bingung buat kedepannya jadi maaf kalo lama 😆.

👇👇👇👇

Tidak butuh waktu lama untuk sang Papa mengetahui keadaan anak sematawayangnya itu. Kini Vero tengah berdiri didepan rumah besar milik Aldi, dengan perasaan kecewa dan marah yang teramat Vero menggedor pintu rumah besannya itu.

"Vero.. Ada apa malam-malam begini mari masuk?". Kata Liliana yang sudah membuka pintu. Liliana cukup kaget melihat besannya itu datang tengah malam dengan raut yang tak terbaca.

"Panggil suamimu Liana". Kata Vero setelah berada didalam rumah.

Selang beberapa menit Aldi turun dari kamarnya. "Vero kau sudah kembali ke Indonesia?, wah kenapa tak bilang aku bisa menjemputmu besan". Kata Aldi dan memeluk Vero tapi di tepis kasar oleh Vero.

Tanpa basa basi Vero segera melempar amplop yang dia bawa. "Buka dan jelaskan!".

Aldi dan Liliana segera melihat isi amplop yang Vero lempar dan betapa kagetnya mereka. "Vero dari mana kau dapar foto-foto ini?". Tanya Aldi yang juga syok setelah melihat foto itu.

"Jangan pura-pura tak tahu kalau anakmu itu bermain dibelakang anakku dengan selingkuhannya itu! Jadi ini kenapa kalian tak mau pernikahan anakku dan anakmu terekspos HAH!". Bentak Vero dengan amarah yang luar biasa.

"Ver.. Kami bisa jelaskan, kami juga tidak tahu jika hubungan anak bangsatku ternyata belum berakhir dengan wanita itu. Dan soal tidak mengekspos berita pernikahan anak kita memang salahku. Aku yang bodoh mengikuti permainan anak sialan itu. Aku pikir dengan aku mengikuti permintaan itu, dia akan meninggalkan wanita jalang itu". Kata Aldi yang berusaha menjelaskan pada Vero sedangkan Liliana sudah menangis tersedu-sedu.

"Jika kalian memberitahuku soal hubungan anak sialanmu itu dengan jalangnya. Aku tak akan pernah menikahkan anakku dengan anakmu". Geram Vero sarat dengan kekecewaan yang teramat besar.

"Kalian tau, betapa berharganya Clara bagi kami, betapa kami menjaganya dengan hati-hati dan apa ini anak kalian menyakitinya dengan kejamnya". Perasaan Vero kepada anak sematawayangnya itu begitu kuat ketika dia merasa ada yang tidak beres dengan pernikahan anaknya itu, Vero segera mencari tahu dan disinilah Vero setelah mendapatkan apa yang dia cari, malam itupun dia terbang dari Paris ke Indonesia untuk menanyakan langsung kepada besannya.

"Maafkan kami Vero, kami gagal mendidik Brian". Ucap Liliana disela-sela tangisnya.

"Minta anakmu yang bajingan itu segera menandatangani surat cerai yang Clara berikan padanya". Ucap Vero tegas. "Aku dan Elin sangat kecewa akan hal ini". Setelahnya Vero meninggalkan kediaman Aldi dan Liliana.

Dengan amarah yang memuncak Aldi segera menuju ke kediaman anaknya dan Liliana mengikutinya. Rumah Brian tampak sepi karena memang sudah jam 2 pagi. Dengan kasarnya Aldi menggedor pintu dan Titi lah yang membuka pintunya. Melihat orang tua majikannya yang datang dengan wajah menyeramkan membuat Titi ketakutan.

"Dimana Brian?". Tanya Aldi dingin.

"Tuan Brian ada dikamarnya Tuan". Jawab Titi takut-takut.

Dengan langkah lebar Aldi menuju kamar Brian di ikuti Liliana.

Brak..Brak..

Dengan kasar Aldi menggedor pintu kamar Brian, membangunkan orang yang sedang tertidur dikamar Brian.

Klek..

Pintu terbuka dan seorang wanita menampakkan wajah kusutnya akibat tidurnya terganggu. "Gak tau sopan.." ucapan wanita itu terhenti ketika melihat siapa yang menggedor pintu tadi.

Plaaaak....

Suara tamparan terdengar menggema diruangan itu. "Jalang...." desis Liliana yang kini terlihat begitu murka.

"Kenapa ada dikamar anakku. Dimana laki-laki brengseeeek itu hah". Teriak Liliana yang membuat Stevani sangat takut.

Tak lama terdengar langkah kaki yang berlari. "Papa mama". Kata Brian dengan suara pelan. Brian yang tengah tertidur di ruang kerjanya terbangun akibat suara gaduh dari luar.

BUK.. BUK.. BUK..

Dengan sekali terjang Aldi memukul wajah tampan anaknya yang sayangnya bajingan itu. Dan Liliana hanya melihat kedua laki-laki yang di sayangi sedang bertengkar. Sedangkan Stevani terdiam ditempat.

"Puas kau melihat dua laki-laki yang aku cintai saling baku hantam". Kini Liliana melihat kearah Stevani dengan sorot mata kecewa. Dan Stevani hanya bisa melihat dengan air mata yang terus mengalir.

"Jangan buang-buang air mata buayamu itu, inikan yang kau inginkan kehancuran keluargaku". Lanjut Liliana dan segera menghampiri suaminya untuk menghentikan aksi memukulnya pada Brian jika tidak anak laki-lakinya itu pasti mati.

"Aldi sudah, Dia bisa mati. Biarkan dia hidup lebih lama untuk menerima dan menikmati karmanya kelak". Ucap Liliana dingin sedingin es. Bahkan Brian terpaku mendengar ucapan mamanya yang begitu dingin. Tak pernah dia mendengar ucapan mamanya yang dingin dan sarat akan kekecewaan.

Dengan nafas yang ter engah-engah Aldi mengepalkan tangannya agar tidak membunuh anaknya sendiri. "Kau tanda tangani surat cerai dari Clara sekarang juga". Ucap Aldi dingin.

"Oh dia udah bilang ke papa rupanya". Kata Brian susah payah karena luka dibibirnya.

"Kau pikir menantuku itu selicik dia". Tujuk Aldi pada Stevani yang masih mematung dengan air mata.

Aldi melempar foto yang dia dapat dari Vero dihadapan Brian. "Vero tadi datang kerumah jauh-jauh dari Paris hanya untuk memberikan foto menjijikkan itu dan meminta anakknya dikembalikan. Kau tidak lupa kan siapa papa Clara. Vero akan melakukan apapun untuk anak sematawayangnya". Ucap Aldi sinis.

Titi yang melihat dari jauh segera menghampiri dimana para majikannya sedang bertengkar. "Maaf Tuan, Nyonya ini ada titipan dari mba Clara". Titi memberikan sebuah amplop yang di titipkan Clara.  Sebelum pergi ntah firasat dari mana kalau Clara yakin surat cerainya akan di sobek oleh Brian jadilah dia menitipkan cadangannya pada  mba Titi dan memintanya memberikan surat itu jika papa Aldi atau mama Liliana berkunjung.

Aldi tersenyum miring, "Tanda tangani surat ini". Kata Aldi yang mendapat gelengan dari Brian.

"Tidak akan, biar Brian yang menyelesaikan urusan rumah tangga Brian pa". Kata Brian tegas dan berusaha berdiri.

Aldi melihat kearah Stevani dan menghampirinya. "Tanda tangani atau anak dalam perut wanita ini akan lenyap". Kata Aldi dingin. Hal itu membuat Brian gelagapan sedangkan Liliana yang tau sifat suaminya itu hanya diam.

"Papa gak akan bunuh cucu papa sendiri". Teriak Brian.

"Hahaha cucuku? Aku tak sudi mengakuinya". Balas Aldi. "Tanda tangani atau? Kau tau kan kalau aku bisa berbuat semauku?". Lanjut Aldi yang sudah menghilangkan status ayah dan anak saat ini.

Stevani terlihat ketakutan dan hal itu membuat Brian tak tega dengan berat hati Brian menandatangin surat verai itu.

"Bagus... Jangan lagi kau temui Clara dan kami. Silahkan jika kau akan menikah dengan wanitamu itu. Saya malu melahirkan anak sepertimu". Kali ini Liliana yang berbicara dan menarik kertas yang sudah ditanda tangani Brian. "Sampai kapanpun hanya Clara yang pernah menjadi menantu saya dan kau Brian, aku berharap kau tak menyesal nantinya". Lanjut Liliana dan segera menarik tangan suaminya tapi ditahan oleh Aldi.

"Dulu aku memang bajingan, tapi prinsipku jika sudah mengatakan janji didepan Tuhan, maka aku akan mencintai wanita yang sudah aku ikat didepan Tuhan". Kata Aldi, "Dan dulu aku hampir tertipu wanita seperti dia, untung aku tak sebodoh dirimu". lanjut Aldi sambil menunjuk kearah Stevani dan melanjutkan langkahnya meninggalkan rumah itu.

Ucapan papa dan mamanya sangat menohok hati Brian. Brian bisa melihat betapa kecewa orangtuanya. Tapi ntahlah Brian bingung dengan situasi ini. Dengan langkah sempoyongan Brian pergi begitu saja meninggalkan Stevani yang masih terdiam dengan air mata yang berjatuhan.

My Ex-Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang