chp 4

506 81 1
                                    

"Ya cari siapa-- yaallah ganteng banget." kata Monday yang berujung gumaman kecil, terpana akan wajah mas tamu.

Dia menerjab sambil terus menatap wajah cowok itu. Padahal wajahnya datar banget, sama kaya majikannya. Ho oh si Jaya Lakeswara.

"Jaya." balas cowok itu singkat padat jelas.

"O oh, mas Jaya ada di dalem, mari masuk."

Monday membuka lebar pintu rumah dan diikuti oleh si tamu. Kearah ruang tengah dimana tuan rumah tengah main game.

"Siapa yang dat--lo bang."

Jay meletakan stik ps nya di meja. "Gue kira besok sampenya, balik sama sapa lo?"

"Taksi."

"Kenapa gak telfon anjir?"

Si cowok yang bernama Ben mengangkat bahu acuh lalu mendudukan diri di sana.

"Mikir aja sih, jam segini lo pasti lagi ngegame. Gak mungkin bawa hape."

"Ho oh, bener juga."

Monday masih berdiri di belakang sofa. Menatap dua cowok itu bergantian. "Ini kalo si tamu nginep, nambah lagi dong dinding datar di rumah."

Ben menyikut lengan Jay sekilas. Dagunya menunjuk arah belakang. "sape dia?"

"Hm," Jay ikut melirik belakang. "Monika Dahyu."

"Asisten rumah?"

Dibalas gelengan samar oleh Jay. "Bukan." cetusnya tapi mendadak bingung juga.

"Terus?"

Mana Ben tanya terus, walaupun mukanya datar tapi mulutnya kaya ibu ibu lagi nawar barang di pasar.

"---anak temen mama."

Monday juga bingung. Ini kenapa dirinya gak diperkenalkan sebagai asisten, kenapa malah anak temen ibu Susan.

"Oh diti--"

"Diem bang elah nanya terus lo kaya ibu ibu depan komplek gue."

Ben melotot tapi gak keliatan soalnya mata dia sipit banget. "Sembarangan anjing."

Setelahnya Monday pamit mau jemurin baju di belakang rumah. Tenang cuma jemur aja, nyucinya pakai mesin.

"Gue masih umur tujuhbelas udah mau retak aja ni punggung." keluh Monday setelah meletakan keranjang isi baju yang baru aja dicuci.

Tapi mikir lagi, "tapi gapapa, daripada umur segini udah jadi istri duda, apa kata dunia nanti? haduh."

"Umur berapa dia?" tanya Ben disela sela makan salad buah, ngambil di kulkas. Monday yang bikin.

Jay mengerling malas, "Monika bang, seumuran sama gue."

"Lo umur bera-- ah tujuhbelas?"

"Iye."

Itu orang berdua duduk di kursi makan, sambil makanin salad buah, serta menonton Monday jemurin baju.

"Eh?" beo Monday saat sudah di depan pintu.

Kaget aja dilihatin dua cowok mana tatapannya datar semua.

"Lo abis ini mau ngapain?" tanya Jay yang gak sadar ditatap Ben dari samping.

Monday menerjab pelan sambil mengeratkan pegangan di keranjang tadi. "Setrika baju, mas. Kenapa, ada yang mas perluin?"

"Ah enggak. Gak ada."

Tanpa bertanya lagi Monday beranjak kearah ruangan isi baju baju yang belum dilipat atau disetrika.

"Bang."

Ben berdeham pelan, "Hm."

"Lo ntar beresin baju sendiri ye."

"Apaan?? kok gitu sih anjing? bantuin lah!!?"

Jay mendecih, "males, mau tidur gue." katanya lalu beranjak ke kamar.

Meninggalkan Ben yang menggerutu sambil lanjut makanin salad dengan kasar.

"Babi emang Jaya bin Abdullah, tau gitu gue gak jadi ke sin-UHUK UHUK!!"

Ben langsung mengambil minum. Keselek weh, itu buah nyangkut di tenggorokan.

"Apes banget gue, allahu."

---











bena abiyasa

bena abiyasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Still Going OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang