chp 23

396 60 1
                                    

Monika sekarang lagi dilanda kebingungan, keraguan, kecemasan, ketakutan dll.

"Nanti kalo beneran iya, ya bagus sih tapi kan gue masih sembilanbelas taon... mas Jay juga..."

Bulan depan baru 20 thn, dan mas suami udah jalan 20 thn karena lima bulan yang lalu ultah.

Bimbang. Padahal tangannya udah pegang benda pipih panjang, testpack. Dikasih sama kanjeng mama tercintah.

"Huh, gimana ya?" sekali lagi Monday gigit bibir bawahnya dan ngambil napas dalam dalam.

"Coba aja deh, bismillah."

Di dalam kamar mandi lama buanget. Ada satu jam lebih. Dan ternyata beneran, udah mau mewek tapi untungnya bisa ditahan.

"Oke, gue telfon mama sama ibu dulu, mas Jay akhiran aja."

Pertama dia vidio call Nindi, yang langsung diangkat dan menampilkan muka bantal sang mama.

"Waalaikumsalam, tumben telfon subuh gini?"

Monday masih aja diam. Nindi jadi khawatir plus bingung. "Heh, mama tanya juga, lagi kenapa neh?"

"Ma.." dia mengangkat benda panjang tadi dan diarahkan ke kamera agar bisa dilihat langsung oleh Nindi.

Dari sana Nindi langsung terduduk. "HEH ITU BENERAN????? YAALLAH ALHAMDULILLAH!!!"

"Ya beneran---hiks..."

"Eit eit eit, lagi bahagia jangan mewek! kamu ini jangan cengeng dulu!"

Monday dengan cepat mengelak. "Lah ini aku lagi bahagia!"

Emang anak ibu disini gak ada yang bener, candaa anjing.

"Ya itu lah pokoknya, ibu udah dikasih tau belom? si Jaya juga, udah belom?"

"Belom, abis ini aku mau kasih tau ibu dulu, mas Jay terakhiran."

Selesai ngobrol sama Nindi, sekarang giliran vidio call Susan. Sebenernya agak gak enak telfon pagi gini.

"Ibu, liat deh.." Monday kasih tau kaya tadi ke Susan, dan reaksinya itu ibu sosialita langsung jingkrak jingkrak, padahal baru bangun.

"AKHIRNYA YAALLAH ALHAMDULILLAH, GAK SIA SIA IBU TAHAJUD SELAMA INI!!"

Sama, dia ngobrol lama banget sampai gak nyadar udah jam enam kurang aja. Saatnya menjadi istri.

"....... abis nangis?"

Monday pura pura ngeraba mata sama pipinya. "Enggak, orang aku abis cuci muka."

Jay gak percaya dong. "Merah gitu matanya." kata dia sambil ngusap bagian bawah mata nyonya.

"Ish, kubilang enggak ya enggak. Udah sanaan, mandi!"

Sebelum ketauan lebih baik kabur, si nyonya ngacir keluar kamar, ya mau bikin sarapan juga sih sebenernya.

"ini mata emang gak bisa diajak kerja sama, huh!"

Still Going OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang