BAGIAN SEBELUM SATU : PERTEMUAN

12 1 0
                                    

Lagi-lagi, pada hari itu pelajaran olahraga ditiadakan. Pak Cho yang seharusnya mengajar tidak bisa hadir. Semua murid yang sudah mengganti baju olahraga, harus menggantinya ke seragam kembali. Beberapa orang mengeluh kesal, karena pelajaran olahraga adalah satu-satunya mata pelajaran yang mereka tunggu.

"Ada apa dengan Pak Cho? Dia pasti sudah mulai mencari pekerjaan sebagai guru di sekolah campuran."

"Apa maksudmu?"

"Pak Cho tidak tahan dengan laki-laki. Ia lebih suka dengan perempuan. Kau harus tahu ketika melihat perempuan sedang berolahraga."

"Percaya padaku, aku bisa membayangkannya." Kedua orang itu berbicara dengan suara besar. Seorang murid yang duduk di bangku tepat di sebelah salah satu orang itu hanya bisa menggelengkan kepala. Lelaki itu tidak sibuk mengganti baju, karena ia bahkan tidak mengganti seragamnya ke baju olahraga. Ia masih memegang buku pelajaran sebelumnya.

"Pak Cho seorang pedofil. Aku tau itu."

"Ya! Jangan memulai rumor yang tidak bagus."

"Aku melihatnya makan malam bersama anak seumuran kita di Gangnam. Apa yang ia lakukan disana? Pasti mencari anak perempuan kaya, bukan?"

Murid berseragam rapi itu sudah mulai terganggu. Ia menutup bukunya dan menyandarkan punggungnya yang sedari tadi tegang. Ia menghela napas kuat, cukup kuat untuk terdengar oleh kedua orang itu sampai mereka menoleh.

"Kau tidak senang dengan percakapan kita, Jeonghan-ah?" tanya salah satunya.

"Semua yang keluar dari mulut kalian hanyalah omong kosong. Bahkan seisi sekolah mengetahuinya. Tidak ada gunanya untuk kesal." Lelaki itu berkata dengan santai sambil setengah memejamkan mata, mencoba untuk rileks.

"Yoon Jeonghan, aku suka melihat sikapmu seperti ini. Membuatku—" orang itu tidak melanjutkan perkataannya. Tapi terlihat jelas emosinya tersulut disana.

"Apa? Membuatmu jatuh cinta padaku?" Ujar lelaki bernama Jeonghan itu. murid yang berbicara dengannya itu berdiri dari kursinya dan mendekat. Ia memukul keras meja Jeonghan dan duduk di atasnya. Buku Jeonghan yang baru saja ditutup, kini diduduki oleh lelaki itu.

"Kau tahu betul caranya memulai perkelahian, Jeonghan?"

"Aku tidak memulai apapun. Kau yang berbicara buruk tentang pak Cho. Seisi kelas ini bisa mendengarmu." Dan benar. Pada saat itu juga, perhatian seisi kelas tertuju pada mereka bertiga. Teman dari lelaki yang sudah terpancing amarahnya itu menahannya.

"Kyun-ah. Sudahlah, jangan lagi." Bisiknya pelan.

"Bu Choi datang!" seorang murid lain yang baru datang dari luar kelas langsung membuat satu kelas panik dan mempercepat gerakan mereka untuk mengganti baju. Jeonghan tersenyum kecil kearah lelaki yang duduk di mejanya. Dengan gerakan terancam, lelaki itu turun dari meja Jeonghan dan kembali ke kursinya.

Murid yang tadi memperingatkan kelas akan kedatangan bu Choi, segera duduk di sebelah Jeonghan.

"Jeonghan-ah. Apa yang Sangkyun lakukan padamu? Kau berkelahi lagi dengannya?"

"Kau tahu ia tidak akan berani kan?" jawab Jeonghan. Teman sebangkunya itu mengelus perutnya sambil menyandarkan punggung. "Bagaimana perutmu?"

"Aku tidak akan memakan Sundae dekat tempat Jihoon lagi. Penjualnya pasti tidak higienis."

"Seungkwan-ah. Kurasa hanya kau yang sakit setelah memakannya. Jihoon dan Seokmin baik-baik saja."

"Oh iya? Kau tahu dari mana?" Jeonghan mengeluarkan ponselnya. Ia menunjukkan rentetan percakapan di ponselnya.

PinwheelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang