Far Future

63 3 0
                                    

Part 1. Lee Jihoon

Gedung itu serasa semakin tinggi setiap harinya. Apartemen murah yang cocok untuk satu kepala itu mengurung semua orang di dalamnya. Tidak ada cerita bahagia yang pernah terdengar didalamnya. Hanya problematika seseorang dalam hidup yang tidak kunjung berakhir. Tempat yang membosankan dan hampa. Namun orang di dalamnya tidak pernah pindah. Mereka tetap disana. Sampai hidupnya membaik. Sampai menyadari bahwa terdapat sisi yang lebih indah dari kawasan padat di Kota Seoul itu.

Seorang pria keluar dari apartemennya. Rambutnya merah dan lebat dengan gaya Undercut. Warna itu menyiratkan ia sedang berusaha melanjutkan kehidupannya yang baru. Sama seperti penghuni lain, ia berpikir hidupnya mungkin tidak terlalu baik, namun suatu hari pasti akan ada yang membawanya keluar dari sana.

Kenopsia. Tidak banyak yang mengetahui istilah itu. sebuah istilah yang menggambarkan suatu tempat yang biasanya hiruk pikuk dengan kerumunan manusia, namun sampai di suatu waktu dimana terasa sangat sunyi. Seperti lorong sekolah di malam hari. Tempat itu penuh dengan canda para remaja tanggung yang menertawakan hal yang tidak lucu di siang harinya. Namun tidak ada suara di malam hari.

Apartemen pria itu adalah contoh kenopsia. Hanya orang-orang yang ada di beberapa pintu darinya yang mengerti. Tempat itu dulunya diramaikan oleh tawa-tawa lelaki. Membicarakan hal yang mereka suka dan tidak suka. Melontarkan kalimat cercaan yang tidak menyakiti siapapun diantara mereka. Namun semuanya berubah. Dan tempat itu menjadi sepi. Pria berambut merah itu tidak bisa meninggalkan kenangan di tempat itu. belum ada kenangan yang lebih baik.

Ia memakai sepatu converse nya dan pergi menuju ke tempat biasanya ia pergi. Ada sebuah lembaga yang mengajari remaja-remaja yang ingin berkuliah di sekolah hukum secara gratis. Lembaga non profit itu menarik perhatian masyarakat. Banyak yang mencerca tempat itu hanyalah sebagai perbaikan citra dari pemiliknya yang pernah terjerat kasus hukum. Tapi pria itu tidak peduli. Ia sudah mengikuti pelatihan selama satu bulan. Masih tersisa beberapa bulan lagi sampai akhirnya pendaftaran sekolah hukum dibuka. Sekolah hukum yang ia inginkan adalah sekolah hukum terkenal di Seoul. Lulusannya akan mudah diterima di firma hukum dan terkenal sering mengambil kasus-kasus besar di Korea, terlepas berujung kontroversial atau tidak.

Ia menggenggam erat tali tas ranselnya. Ponsel nya sedari tadi bergetar, namun itu bukan hal yang penting. Hanya celotehan beberapa orang di grup obrolan. Kakinya yang cepat melangkah membawanya tiba di Halte untuk mengejar bus paling pagi. Jalanan masih lengang. Udara masih terasa bersih. Ia memejamkan matanya untuk merasakan angin yang melewatinya. Pria itu menghirup napasnya dalam.

Ia kemudian tersenyum. Angin membawa kenangan lucu baginya. Tentang bagaimana hembusan sepelan itu bisa memutar kincir angin kertas yang dulu sering ia buat. Putarannya sering tersendat, karena keterampilan tangannya tidak terlalu bagus untuk membuat kincir angin itu berputar sempurna. Ia kemudian teringat. Teman-temannya bisa membuat kincir angin yang lebih baik dari miliknya.

Pria itu merindukan teman-temannya. Sejak lulus sekolah menengah, ia tidak pernah mendengar kabar mereka lagi. Temannya tidak banyak. Ia bukan pria yang pandai berteman. Tapi orang yang ia ingat itu sudah cukup baginya.

Ponselnya terus bergetar. Kali ini getarannya terasa berbeda, membuatnya merogoh saku dan membuka ponselnya. Ada sebuah nomor tidak dikenal menghubunginya. Ia mengerucutkan bibir dan memiringkan kepalanya. Ini bukan hal yang biasa. Seketika angin berhembus lebih kencang.

"Ah aku seharusnya membawa jaket." Gumam pria itu sendiri sambil melempar pandangan pada kursi halte yang masih kosong. Ia tidak mengangkat telepon itu. pikirnya, jika itu penting, orang itu akan mengiriminya pesan atau meneleponnya kembali.

Tidak berselang beberapa detik, ponselnya bergetar lagi. Nomor yang sama. Pria itu menghela napas panjang. Matanya masih sedikit berat karena ia harus belajar untuk kuis hari ini semalam suntuk. Menginginkan kejelasan, pria itu mengangkat teleponnya.

PinwheelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang