Ji Young, Jisoo, Jeonghan, Seungkwan, dan Seokmin berkumpul di lapangan dekat sekolah mereka. Yang juga searah dengan bangunan pabrik gula terbengkalai itu. Mereka duduk di atas rerumputan tebal, dan tak jauh dari mereka, mobil yang dibawa Ji Young terparkir di tepi jalan.
"Kurasa kita harus memberitahu tuan langsung." Wajah Ji Young cemas.
"Hyung! Rencana ini sempurna. Kita hanya perlu mencegat ayah Jeonghan, atau kakak Seungkwan, atau siapapun yang berusaha mendekati ayahku." Ujar Jisoo. Ketiga temannya mengangguk.
"Selama belum terjadi, semua kecurigaan kita hanyalah kecurigaan semata." Jeonghan menarik napas, nyaris tidak percaya apa yang ia katakan berikutnya. "Kita hanya perlu hampir menangkap basah mereka melakukan penyerangan atau ancaman lainnya."
"Meskipun aku tidak ingin kakakku kenapa-kenapa, aku rasa itu perlu. Kita bisa mencegahnya di waktu yang tepat." Seungkwan menimpali, merasakan beban di dadanya seperti yang Jeonghan rasakan.
"Tidak ada CCTV di sepanjang jalan menuju pabrik dan di pabrik itu sendiri. Kalau kita menangkap basah mereka duluan, mereka akan aman ketimbang ditangkap oleh pengawal pak Hong." Perkataan Seokmin sedikit membuat Seungkwan lega. Ia lanjut memainkan ilalang di tangannya.
"Kalaupun kita bisa mengamankan mereka, kita masih butuh rencana kabur dari sana. Tidak mungkin berjalan kaki, jalan utama dari pabrik menuju pemukiman atau jalan raya terdekat hanyalah jalan lurus yang panjang." Ji Young menunjuk salah satu jalan dari persimpangan, yang terbentang lurus tanpa kelokan sepanjang setengah kilometer menuju pabrik.
"Kita akan mudah terlihat jika berlari." Seokmin masih menatap jalan panjang itu. Dan menghela napasnya. Jisoo mengalihkan pandangannya dari jalan itu, tertunduk.
"Masih banyak lubang di rencana kita." Jisoo mulai melihat ketidakmulusan dalam rencana yang mereka cetuskan dalam satu kali duduk itu.
"Bagaimana jika ke arah hutan?" Seungkwan menunjuk deretan pepohonan di sekitar. Semua orang di lingkaran itu meragukan ide Seungkwan.
"Bagaimana jika ternyata ada pagarnya di dalam hutan? Di balik hutan itu kan ada pembangunan juga. Mungkin beberapa area sudah diberi pagar berduri." Tambah Seokmin.
"Ji Young Hyung, tidak bisakah kita memakai cara biasa? Pergi dengan mobilmu." Jisoo bertanya pada supirnya itu. Ji Young mengerucutkan bibirnya.
"Tapi, aku benar-benar berada diantaramu atau tuan Hong." Ji Young tidak berani menatap wajah Jisoo seraya menjawab.
"Benar, kita tidak bisa membahayakan posisi Ji Young hyung. Kau dan dia adalah orang dalam." Jeonghan merespon pertanyaan Jisoo.
"Berarti–" semua mata mengarah pada Seokmin. "Kita bertigalah yang harus melakukannya." Seokmin dengan bergantian menatap Seungkwan dan Jeonghan.
Awan gelap mulai menggulung di atas mereka. Namun tidak sekalipun hal itu membuat mereka bergeming. Seungkwan yang duduk di samping Ji Young, dengan penuh kekuatan menepuk paha Ji Young sambil memanggilnya berulang kali.
"Hyung hyung hyung!" Ji Young yang kaget mengusap pahanya kesakitan.
"Apa?!"
"Biar aku yang melakukannya." Ujar Seungkwan. Tidak hanya Ji Young, tetapi semuanya ikut mengernyitkan dahi. "Aku bisa membawa mobilmu untuk mengamankan kakakku atau ayah Jeonghan."
Ji Young menoleh ke arah Jisoo, lalu kearah dua orang lainnya.
"Tunggu, sebenarnya ini penyelesaian yang masuk akal. Seungkwan bisa menjaga diluar, dan ketika bam!" Ji Young memberi gestur besar dengan tangannya. "Seungkwan bisa membawa mereka pergi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pinwheel
Fanfic[TAMAT] Kehidupan empat orang sahabat berubah perlahan saat seorang lelaki dari keluarga terpandang pindah ke sekolah mereka. Jeonghan, Jihoon, Seokmin, dan Seungkwan menerima Jisoo ke dalam lingkar pertemanan mereka dengan tangan terbuka. Hingga pe...