Ji Young berdiri dengan tangan menyilang di depan dadanya. Petugas kepolisian baru saja meninggalkannya dan Seokmin untuk melanjutkan tugas mereka di pabrik. Seokmin menatap kosong mobil di depan mereka. Polisi tidak menemukan apapun di dalam, kecuali secarik kertas itu. Seokmin dan Ji Young kemudian bertatapan.
"Yah.. Aku tetap harus mengembalikan mobil ini."
"Tidak bisakah kita simpan dulu mobilnya, Hyung?" Ujar Seokmin. "Mungkin ada petunjuk."
"Polisi bilang tidak ada apa-apa di dalam." Ji Young menepuk bahu Seokmin. "Seungkwan sudah menulis pesan. Ia sudah selesai dengan mobil ini."
"Tapi di mana dia?"
Ji Young tahu dia tidak bisa memberi jawaban yang bisa memuaskan Seokmin. Ji Young langsung mengeluarkan ponselnya. Tampaknya dia menghubungi seseorang untuk membantunya membawa mobil itu ke pemilik aslinya. Setelah ia menutup panggilan, ia memutar badannya ke arah Seokmin.
"Ayo kita kunjungi Jisoo."
***
Rumah sakit itu terlihat familiar bagi Seokmin. Ia pernah dirawat di sana. Lorong-lorongnya terlihat berbeda di matanya sebagai pengunjung. Terlihat tidak semengerikan kemarin.
Ji Young masuk terlebih dahulu ke kamar Jisoo. Sepertinya untuk memastikan Seokmin boleh masuk atau tidak. Beberapa saat kemudian, Ji Young keluar bersama dua orang lain yang terlihat seperti pengawal. Ji Young membukakan pintu lebar-lebar untuk Seokmin. Tanpa bertanya satu kalimat pun, Seokmin masuk ke dalam.
Jisoo terbaring, dengan sandaran tempat tidur yang sudah dinaikkan sedikit. Ada selang infus yang tertancap di punggung tangan kanannya. Sisi kanan kepala Jisoo terlihat diperban. Tulang pipi kanannya juga sedikit membiru. Jisoo melihat ke arah Seokmin, tanpa berkata apapun. Seokmin juga melangkah ragu ke sisi Jisoo. Mulut Seokmin kemudian terbuka, untuk melontarkan pertanyaan pertamanya.
"Hyung, kau baik-baik saja?" Tanya Seokmin. Jisoo tidak membalas. Ia hanya mengangguk pelan. "Syukurlah."
Seokmin tidak tahu harus memulai dari mana. Ia memikirkan pertanyaan yang tidak akan membuat Jisoo terguncang, stress, dan sebagainya. Tapi ternyata ia tidak bisa memikirkan apapun.
"Kau.."
Seokmin membulatkan matanya. "Ya, Hyung?"
Jisoo mengerucutkan bibirnya sesaat. Tanpa mengalihkan pandangan dari Seokmin, Jisoo melanjutkan kalimatnya.
"..siapa?"
Tidak. Dia hanya bercanda. Dia bercanda.
"Aish.. Apa maksudmu?" Seokmin tertawa kecil. Napasnya terputus-putus. "Kau pandai bercanda di waktu yang tidak tepat, Hyung."
Jisoo masih tidak merubah wajahnya. Ia terlihat ragu. Saat itulah Seokmin merasa, mungkin Jisoo tidak sedang bercanda. Dingin. Ruangan dingin ini membekukan tengkuk Seokmin.
"Kau.. adik kelasku?" Kata Jisoo. "Kau terus memanggilku hyung."
Diam. Seokmin terdiam. Matanya mulai berair. Dahinya sekuat mungkin berkerut, berharap itu bisa membantunya agar air matanya tidak jatuh.
Seokmin tahu. Itulah kehancurannya. Jisoo shock. Ia tidak mengingat dirinya. Bagaimana jika ia juga tidak mengingat kejadian semalam? Apa itu artinya Jeonghan akan dipenjara?
"Jeonghan." Ujar Seokmin. Jisoo mengernyitkan dahinya. "Bagaimana dengan Jeonghan?"
Jisoo tidak menjawab. Ia mengalihkan pandangannya dari Seokmin. Jisoo terlihat sedang mencoba berpikir. Namun tetap tidak ada jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pinwheel
Fanfiction[TAMAT] Kehidupan empat orang sahabat berubah perlahan saat seorang lelaki dari keluarga terpandang pindah ke sekolah mereka. Jeonghan, Jihoon, Seokmin, dan Seungkwan menerima Jisoo ke dalam lingkar pertemanan mereka dengan tangan terbuka. Hingga pe...