Bagian Empat : Kebohongan Lagi

10 1 0
                                    

Seokmin terlihat serius dengan catatannya. Jihoon yang mendapatinya menjadi lebih berminat belajar merasa terketuk untuk bertanya.

“Ya! Otakmu tidak dicuci oleh guru lesmu kan? “ Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari mulut Jihoon ketika melihat Seokmin semangat belajar.

“Hyung, ternyata soal-soal ini mudah sekali, jika kau tahu trik cepatnya.”

“Aku tidak tertarik dengan trik cepat. Aku tertarik dengan konsep.” Sanggah Jihoon dengan nada menyebalkan. Seokmin mengangkat kepalanya dan menoleh. Ia memasang wajah mengejek. “Hei, apa gunanya trik cepat jika konsepnya tidak bagus?” Seokmin tidak menjawab lagi.

“Oh iya, Hyung. Kalian bermain sampai jam berapa semalam? Apa Jisoo Hyung baik baik saja? Aku menelponnya sepulang les, dia tidak mengangkat telponku.” Kata Seokmin, masih berbisik.

“Jeonghan dan Jisoo sudah pulang sebelum tengah malam. Seungkwan tidur di tempatku. Kurasa aku melihat mereka semua saat tadi ke toilet.” Seokmin mengangguk mendengar penjelasan Jihoon. “Kenapa kau meneleponnya?”

“Tidak, aku hanya ingin berterima kasih. Dan—“

“Dan apa?”

“Tidak apa, aku hanya ingin menanyakan beberapa hal. Tentang supir Jisoo Hyung.” Jihoon hanya mengangguk.

“Kau les lagi nanti?” tanya Jihoon. Seokmin mengangguk. Jihoon lalu menepuk punggung Seokmin. “Semangatlah, Seokmin. Ujian hanya tinggal menghitung bulan.”

Hari itu terik. Jihoon dan Seokmin beruntung tidak ada pelajaran olahraga hari itu. namun pada hari itu, kelas Jeonghan yang berolahraga. Jihoon dan Seokmin biasa mengintip dari jendela dan ketika ketiga sahabatnya haus, mereka akan memberi minum lewat jendela. Mereka tahu Jihoon biasanya membawa satu liter air mineral. 

Setelah pelajaran pertama hari itu selesai, Jihoon dan Seokmin merenggangkan kaki mereka dengan berdiri di sisi meja mereka dan melakukan peregangan. Murid-murid kelas Jeonghan sudah mulai berhamburan keluar untuk pelajaran olahraga. Seokmin terus menatap keluar jendela. Ia berharap melihat Jisoo dan berbicara sebentar dengannya. Setelah mengamati, ia melihat Seungkwan pertama kali. Tanpa dipanggil, Seungkwan sendiri yang berlari ke arah jendela kelas Jihoon dan Seokmin. Seokmin memanggil Jihoon dan mengajaknya untuk mendekat ke jendela.

“Hey, kalian ada kelas matematika hari ini? Boleh kupinjam buku yang tebal itu?” Sungguh bisa ditebak.

“Um, baiklah. Sekarang?” tanya Jihoon.

“Nanti saja, setelah kelas olahragaku berakhir.” Ujar Seungkwan.

“Hyung, dimana Jisoo Hyung?” tanya Seokmin. Seungkwan menoleh ke belakang, matanya mencoba mencari Jisoo di kerumunan.

“Entahlah, tadi aku kemari duluan. Dia bersama Jeonghan. Augh.. Jeonghan yang aneh.” Kata Seungkwan.

“Aneh bagaimana?” tanya Jihoon.

“Tadi sebelum Jisoo datang, dia ingin memberitahuku sesuatu. Katanya ada yang aneh dengan Jisoo, tapi ia belum bisa memastikan.” Kata Seungkwan setengah berbisik. Seokmin dan Jihoon melihat satu sama lain.

“Apa ini tentang telepon juga?” tanya Seokmin.

“Aigoo, Jeonghan tidak pernah mempermasalahkan hal seperti itu. ia pernah menelponku sepuluh kali saat aku sedang sembelit. Dia tidak pernah menanyakan kenapa aku tidak mengangkat.” Kata Jihoon. Seungkwan yang sudah melihat pembicaraan ini akan berujung entah kemana, memutuskan untuk kembali ke lapangan, bertepatan dengan guru mata pelajaran berikutnya di kelas Jihoon dan Seokmin sudah tiba.

***

Ditengah pelajaran setelah istirahat, Jihoon permisi untuk ke toilet. Ia berjalan dengan cepat karena sudah tidak tahan. Ia meminum banyak air tadi, ditambah pelajaran sudah mulai membosankan, ia juga ingin membasuh wajahnya. Ia kemudian membuka pintu toilet, sebelum masuk ke salah satu bilik, ia melihat Jeonghan berdiri terdiam menatap cermin. Jeonghan sedikit tersentak melihat seseorang masuk.

PinwheelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang