part 3

436 56 1
                                    

Vote nya jangan lupa(◍•ᴗ•◍)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote nya jangan lupa
(•ᴗ•)

_

.
.



"Jangan salahkan rasa itu,
Salahkan kita yang tak bisa saling melupa!-"

.

Bahkan seribu kali kau menolaknya, ia tak akan jera. Bak pena tercelup tinta, kau tenggelam dalam egois-nya hati, tak nampak namun di rasa, ingin lari, tapi tak tau arah, luka yang belum sembuh terpercik air jeruk, perih di hati membuahkan tangis yang tak henti, relungnya hati kini berselimutkan pedih, adapun raga lemah tak mampu berbuat lebih, pada akhirnya jiwa berada di ambang lelap.-

Katakan saja kau cemburu, itu wajar, bukan?.

Kau menginjakkan kaki ke kediaman orangtua mu, bukan sebagai tamu, melainkan sebagai anak kandung dari keduanya. Namun, bagai tak di anggap, sedari tadi kau diam mematung di kursi sofa, menyaksikan interaksi keduanya dengan Seulgi yang tengah merajuk karena tak mendapat izin keluar rumah.

" Baiklah kau boleh pergi, tapi jangan jauh-jauh dari Jimin!" Ucap ibumu yang sudah lelah membujuknya.

Senang bukan kepalang, Seulgi langsung memeluk ibumu-ibunya juga, di iringi dengan untaian kata sayang dan bahagia.

"Chagia, kajja!" Sembari menggandeng lengan Jimin, tak lupa dengan senyum menawan nya. Katakan saja jika Jimin terlihat pasrah. Mata yang sempat terkunci segera kau palingkan

"Dengarkan perkataan appa, itu yang terbaik untukmu!" Ucapnya pada mu sebelum menghilang di sebalik pintu.
Nampaknya kau sudah tau tujuan ayahmu memanggil mu.

"Kenapa kau mengizinkannya pergi?"

"Biarkan saja, putri kita bukan anak kecil lagi, lagi pula dia akan baik-baik saja jika bersama calon suami nya!"

Calon suami...?, Tertampar kenyataan, kau mencintai calon suami kakak mu.

"Aku pulang sekarang!" Ucapmu bangun dari duduk

"Duduk kembali, tak bisakah kau menghargai orangtua mu, appa memanggil mu kemari baik-baik, lalu apa balasan mu!"

"Jika hanya untuk menyuruh ku memegang perusahaan, jawaban nya tetap sama, aku tidak mau!" Ketusmu. Ucapan mu sugguh menyulut emosi ayahmu, hingga satu tamparan mendarat tepat di pipi kanan mu, kau sudah terbiasa dengan itu.

"Appa tak pernah meminta apapun dari mu, jika saja Seulgi bisa, appa tak akan memaksamu melakukannya".
Tersenyum remeh, itu sebab kau tak mau, ayah mu tak pernah menyerahkan sepenuhnya untukmu, ada Seulgi yang selalu terdepan dalam segalanya.

Tak pernah meminta pada ku, tapi selalu merebut segalanya dari ku!.

"Tak ada salahnya mencoba, jika tak mau melakukannya unttuk eomma dan appa, maka lakukanlah untuk kakakmu!" Ibumu berucap lirih sembari mengelus pelan pipi kananmu yang memerah.

"Eomma dengar, kau kehilangan pekerjaanmu?" Kau mengangguk pelan sebagai jawaban pertanyaannya itu.

"Ikuti kemauan appa mu, jika nanti kau tidak nyaman, maka berhentilah, ini demi kakak mu!" Tuturnya lembut. Sekali lagi kau luluh oleh ibumu, tak pernah menolak jika tentang Seulgi yang lemah. Kau menyayangi nya_sangat!

• • •

Melirik jam yang bertengger di pergelangan mu, ini sudah 20 menit kau duduk di halte menunggu bus, kini jam menunjukkan pukul 21:49, seharusnya bus terakhir sudah lewat sejak tadi.

Cuaca dingin mulai merasuk hingga ke tulang-tulang, gerimis yang kian besar butirannya pun mulai mengguyur malamnya kota Seoul. Sedikit mengutuk diri karena tak menggunakan mobil sendiri. takut hujan bertambah deras, kau memutuskan berteduh di supermarket yang ada di seberang jalan.

Kau di kagetkan dengan lelaki yang tiba-tiba menyampirkan jasnya di bahu mu.

"Mian, pakaianmu basah, buatnya sedikit menerawang!" Gumamnya hampir tak terdengar, kau meremas jas itu sembari menunduk malu

"Kamsahamnida!"

"Mau ku antar pulang?" Kau menggeleng pelan "aniya, aku menunggu bus saja"

"Kurasa hujan tak akan reda untuk beberapa jam kedepan, bus terakhir juga sudah lewat setengah jam yang lalu, tapi terserah padamu jika ingin menunggu bus awal" ucapnya buatmu tak berkutip.

"Aku bukan orang jahat, percayalah!" Cukup ragu, namun kau iyakan, tak ada pilihan lain selain ikut dengannya.

Ia berlari kecil menerobos hujan menuju sebuah mobil berwarna hitam-itu mobilnya, melajukannya ke arahmu, sepertinya dia tak mau jika kau kehujanan lagi.

"Terimakasih untuk tumpangannya, dan maaf merepotkan!" Ucapmu

"Tidak masalah, kau tinggal di mana?" Tanyanya

"Apartment xxxxx" ia mengangguk dengan jawaban mu. Setelah nya tak ada lagi percakapan, buat suasana menjadi canggung, kau maupun dia nampak enggan membuka suara, biarlah..!

Kau menyandarkan kepalamu ke jok mobil, mungkin kau terlalu lelah untuk hari ini, hingga dengan cepat kau hanyut ke alam mimpi.

"Hei bangunlah, kita sudah sampai" kau terkejut saat seseorang menepuk-nepuk pipimu pelan. Perlahan membuka mata, bisa kau lihat seorang lelaki yang tampak familiar, Ah..dia lelaki yang tadi.

"Bangunlah, kita sudah sampai!" Ucapnya sekali lagi, buatmu tersadar sepenuhnya.

"Ah. Kita sudah sampai, terimakasih dan maaf merepotkan mu!"
Kau berlalu keluar dari mobilnya. Berbalik sembari menundukkan badan menampakkan senyum manis mu di sana, yang di balas senyuman tak kalah manis pula olehnya, sebelum ia bergerak turun juga dari mobilnya, lalu berjalan ke arah mu.

"Kita belum berkenalan!" Ucapnya sedikit canggung namun ia buat senormal mungkin, mengulurkan tangannya pada mu untuk bersalaman, kau berpikir sejenak lalu menerima uluran tangan nya

"Lee Chaeyoung!"

"Koo Junhoe!"...

• • •


Aku nulisnya sampe sini aja dulu, mungkin bakal lama baru update lagi, sekalian nunggu vote dari kalian juga sih sebenarnya😅✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku nulisnya sampe sini aja dulu, mungkin bakal lama baru update lagi, sekalian nunggu vote dari kalian juga sih sebenarnya😅✨

Jangan lupa tinggalin jejak setelah baca chapter ini yah cmiiw🥰

I'm Yours [Jirosé END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang