5

986 88 7
                                    

Genta meneguk kasar minuman berakohol itu, perkataan Dira tadi siang menguasai pikirannya sampai sekarang.

"BOKAP GUE, GENTA. BOKAP GUE YANG NONJOK GUE!! PUAS?!"

"Akhh, bangsat!" umpat cowok itu melempas gelas kaca di tangannya hingga pecah.

"Kalem bos, kalem." ucap Gara yang duduk di samping Genta.

"Kenapa sih, si bos?" tanya Rian.

"Gak tau tuh, dari tadi uring - uringan gak jelas."

"Berantem kali sama Dira," kata Arial.

"Maybe."

Mereka tengah berada di club malam, mengetahui Genta ke club sendirian membuat mereka menyusul bosnya itu. Menjaga - jaga agar Genta tidak membuat onar, jika membuat pun mereka bisa menahan dan mengurusnya.

Genta kembali menegak kasar minuman di depannya, baru sekali teguk langsung dirampas oleh Arial.

"Balikin." ucap Genta penuh penekanan.

"Lo mabuk berat, Ta!"

Genta mengacak rambutnya frustasi, lalu bersender di sofa memejamkan matanya.

Dira.

Dira.

Dira.

Itulah isi kepalanya saat ini. Perasaan bersalah terus menggentayanginya, melihat sorot mata Dira yang penuh luka membuat Genta menggeram tertahan.

Kalau sudah seperti ini, ia harus apa?

"Gak becus banget gue jadi pacar, anjing!" teriak Genta geram.

Prang!

Seluruh botol - botol kaca yang berada di depannya ia banting ke lantai, menendang - nendang meja hingga meja kaca itu pecah.

"BRENGSEK!!"

Genta mengamuk, namun ketiga temannya hanya diam memantau dan akan memberhentikan jika sudah keterlaluan.

Pegawai club datang, hendak menegur tapi Arial lebih dulu memberi segepok uang, yang bernominal tidak sedikit tentunya.

"Uang ganti. Kalau kurang bisa telfon ke nomer ini," Arial memberikan nomer telfonnya, membuat pegawai itu mengangguk patuh.

Memang ya, kekuatan uang bukan main - main.

Arial menoleh ke arah Genta, cowok itu sekarang tengah ditahan sekuat tenaga oleh Gara.

"Lepas, anjing!" Genta berontak.

"LO UDAH KELEWATAN, TA!"

"Gue gak peduli!"

"Kita peduli sama lo!" Gara mendorong keras Genta hingga cowok itu terduduk di sofa.

AKHH

Lagi - lagi Genta menggeram marah.

"Muka lo jelek banget kalo lagi mabok" sahut Rian sempat - sempatnya.

Gara terkekeh kecil. "Coba ngomong pas tu orang lagi gak mabok, berani gak?"

"Yee.." cibir Rian. "Lo aja sana, gue masih mau hidup"

Gara mencebik tak menjawab.

Arial, cowok itu berdiri di depan Genta. "Lo kenapa sih? Ada masalah apa sampe lo kaya gini?!"

Cowok itu memang jarang mengamuk seperti ini, terakir Genta mengamuk karena melihat Dira jalan bersama cowok lain. Selebihnya jarang.

"Dira." hanya itu yang bisa Genta sebut.

Dira AdisthiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang