16

156 12 5
                                    

"Apa sih, Ta? Brisik!"

Genta terkekeh pelan. "Jangan cemberut mulu, Ra. Gue minta maaf."

Dira menatap sinis Genta dan kembali melanjutkan nulisnya.

Saat ini ia berada di dalam kelas. Sedari tadi, Genta sibuk membujuk Dira dengan jokes - jokes receh yang hanya Genta yang mengerti.

Demi mendapatkan maaf dari Dira, Genta akan terus berusaha walau kadang susah membujuk Dira.

Genta meraih telapak tangan kekasihnya, menautkan jari jemari hingga tergenggam erat.

"Ra.. please.." Genta memohon.

"Ck. Lepas ah. Gue lagi nulis." ucap Dira kesal.

"Maafin gue, oke? Semua itu diluar kendali gue, gue gabisa kontrol emosi gue, Ra. Lo tau itu"

Dira menatap Genta tajam. "Terus gue harus maklumin gitu?"

"Ya gak gitu-"

"Gue gak suka lo kasar, seenggaknya lo berusaha untuk gak kasar sama gue."

"Tapi apa? Lo gak berubah kan?" lanjut Dira.

"Iya, gue minta maaf." Genta memasang wajah puppy eyes.

"Minta maaf aja terus, besok diulangin lagi." dingin gadis itu.

"Gue akan berusaha gak kasar sama lo, gue janji."

"Maafin gue. Gue capek lo dinginin teruss." lanjut Genta memohon.

"Gue juga capek sama sikap lo yang gak pernah berubah. Gue buat kesalahan dikit aja lo udah main tangan, bahkan gue gak salah aja lo juga main tangan. Mau sampe kapan?" tanya Dira serius.

Tatapan Genta berubah menjadi dingin, melepas tautan tangan mereka dan duduk tegak. "Gue minta lo maafin gue bukan ungkit - ungkit kesalahan gue, Ra."

"Gue harus apa sih biar lo maafin gue, hah?! Gue juga gak mau kasar sama lo kalau lo gak bikin gue kasar sama lo!" bentak Genta menarik perhatian orang sekitar.

"See? Gue ngomong gitu aja lo udah bentak gue, Genta!" balas Dira kesal.

"Genta Dira, ada apa?" tanya seorang guru yang tengah mengajar dikelas.

Dira tak menghiraukan pertanyaan guru itu, ia masih setia dengan tatapan tajamnya kepada Genta.

"Gue juga kaya gini gara - gara lo." tekan Genta geram.

"Kalau udah dasarnya kasar, ya kasar aja. Gak usah nyalahin gue!"

"Ra.. udah" ucap Hanum menarik Dira untuk menjauh dari Genta.

Sementara Genta mengepalkan tangannya kuat, ia tak boleh kelewatan lagi kali ini, ia harus bisa mengontrol emosinya.

Dira yang sudah berdiri dan melihat Genta tampak menahan amarahnya. Ia tau, Genta tak mungkin berbuat kasar di tempat umum seperti ini. Apalagi di sini ada guru.

"Apa liat - liat? Ngomong sini biasanya juga pukul kenapa sekarang enggak?"

"Biar semua jadi saksi gimana aslinya lo ke gue. Ayo pukul, PUKUL GUE GENTA!" teriak Dira dengan mata yang sudah memerah menahan tangis.

"Dira.. udah!" Hanum menarik Dira semakin jauh dari Genta, sementara Genta ditarik oleh Arial keluar dari kelas.

"Ada apa Dira?" tanya pak guru menghampiri Dira yang tengah menangis dipelukkan Hanum.

"Enggak, pak. Dira lagi ada masalah kecil aja kok sama Genta, sampe kebawa ke jam pelajaran. Maaf ya, pak." ucap Hanum mewakili Dira.

"Hadehh anak muda ada - ada aja. Ya udah, bawa Dira ke UKS aja, tenangin dia." kata pak guru.

Dira AdisthiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang