Sebelum di mulai, aku mau nanya
Gimana hari ini? ada cerita? udah sampai titik ini kamu kuat, dan kamu hebat!
Bubu dengan senang hati nerima keluh kesah kaliaann, bisa di ceritain di kolom paragraf ini dan insyaAllah bubu akan baless <3
•••
Brak!
Pintu kamar Dira terbuka kasar, sontak pemilik kamar itu terjengkit kaget ketika sedang fokus belajar.
"Puas lo? Puas bikin nyokap gue nampar gue, hah?!" bentak Riska.
"Apaan sih? Bikin gue kaget aja," balas Dira kesal.
Brak
Riska memukul meja belajar Dira. "Tingkah lo bikin gue muak tau gak?"
Dira berdiri. "Oh ya? Muntahin dong, katanya muak."
Kedua tangan Riska sudah terkepal kuat, gadis itu menggeram marah.
"Bajingan!"
Plak!
Dira menoleh akibat tamparan Riska, pipinya terasa panas seketika. Kedua matanya beralih menatap cewek itu tajam.
"Berani lo nampar gue?!" Dira membentak marah.
"Kenapa gue harus takut? Lo bukan siapa - siapa gue!" Riska maju selangkah mendekati Dira. "Lo itu cuman cewek yang gak akan pernah dapetin kebahagiaan dari sisi manapun!"
"Toh kebahagiaan yang saat ini lo dapetin juga gak akan bertahan lama, Ra." lanjut gadis itu smirk.
Dira tertawa.
"Berhenti ngerebut kebahagiaan orang, Ka! Kalau haus minum, bukan caper sama bokap."
Geram dengan ucapan kakak Tirinya, Riska pun mendorong kuat Dira hingga gadis itu terbentur tembok.
bugh
Dira meringis kecil, sebelum dirinya membalas jambakan pada gadis itu.
"Udah mulai kurang ajar lo sama gue, hm?" desis Dira geram. "Lo sama nyokap lo cuman numpang di rumah gue, jadi gak usah belagu!"
Dira melempar kencang Riska kearah pintu, namun seketika tubuhnya menegang melihat Dewa menahan tubuh Riska yang hendak jatuh ke lantai.
"Dira! Apa yang kamu lakukan?!" bentak Dewa marah, tangannya beralih memampa Riska untuk berdiri tegak. "Kamu gapapa, Riska?"
Riska menggelengkan kepalanya dengan mata yang berkaca - kaca. "Sa - sakit, yah.."
Dewa menatap Dira tajam. "Ayah gak pernah ngajarin kamu menghardik orang! Bisa - bisanya kamu ngelakuin ini ke sodara kamu sendiri!"
"Dia duluan, Ayah!" bela Dira.
"Kamu pikir ayah gak liat, hah?! Kamu yang jambak Riska dan bicara yang enggak - enggak ke dia!" Erik berjalan mendekati Dira.
"Kenapa? Kamu kalah saing sama Riska karena dia lebih pinter dari pada kamu, iya?"
Dira mendengus geli. "Dia duluan yang nampar Dira dan dorong Dira ke tembok, ya aku bales lah."
"Selain pinter menghardik Riska kamu juga pinter berbohong ya?"
"Riska enggak mungkin ngelakuin itu ke kamu, dia anak yang baik!" Dewa membela Riska.
"Terus Dira bukan anak yang baik gitu? Ayah tuh selalu ngebela dia dan percaya sama dia, padahal dia cuman anak tiri yang bahkan gak berguna di kehidupan ayah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dira Adisthi
Teen Fiction"Hidup gue keras, yakin mau masuk ke hidup gue?" ucap seorang gadis. Dira Adishti, seorang gadis dengan segudang masalah di hidupnya, tangis menjadi saksi bisu kehidupannya, juga raganya yang entah sampai kapan bertahan di dunia ini. "Kangen Tuhan i...