Dira berlari mengejar Genta yang tengah berjalan menuju kelasnya bersama ketiga kawannya itu.
"Gentaaa!" seru Dira berhambur peluk di lengan cowok itu. "Tumben gak jemput."
"Iya, gue abis dari rumah mamah." kata Genta, berbohong tentunya. Genta tak bisa jemput Dira karena pagi tadi ia masih berada diclub bersama Riska, dan kalau menjemput Dira ia akan terlambat.
Sebenernya tak masalah jika terlambat, namun jika ia terlambat tentu Dira juga ikut terlambat.
"Tumben, lo'kan biasanya gak mau ketemu nyokap lo." kata Dira.
"Si Gilang maksa, males gue." Genta mengenggam telapak tangan Dira, memasukkan jari - jarinya hingga saling tergenggam erat. "Ceria banget hari ini, kenapa?"
Dira tersenyum sipu. "Gue baikkan sama bokap."
Genta yang mengetahui kabar itu pun ikut senang, dugaan semalamnya sudah terjawab hari ini.
"Baguss dong."
"Iya. Gue seneng banget, kaya.. gue dapet kebahagiaan gue kembali gituu" kata Dira tak lepas dari senyumnya.
"Hm. Besok - besok kalau mau nginep kabarin bokap, pasti dia khawatir sama lo."
"Iyaa" jawab Dira seadanya. Kalau saja Genta tau gimana asli ceritanya, pasti cowok itu akan lebih memilih dirinya dibanding Erik.
"Gila, muka lo ceria banget, Ra. Tumben banget" sahut Gara yang berada di samping Genta.
"He' eh. Kaya bidadari turun sari surga" kata Rian.
Dira menatapnya sinis. "Terus kemarin gue bidadari turun dari mana?"
"Neraka- eh."
"Sialan." umpat Dira.
"Yah, gak jadi bidadari lagi kalau udah ngomong kasar." Gara mencebikkan bibirnya.
"Biarin."
••
Dira menangkup kedua pipinya, menatap lesu papan tulis yang bertulisan angka - angkat matematika.
Baru saja ia mengambil pulpen yang jatuh ke bawah meja, pas ia lihat papan tulis lagi angka - angka itu beranak - pinak menjadi banyak.
Mana bu Tuti suara kecil banget, Dira yang duduk menengah ke belakang mana bisa dengar? Hal itu membuat dirinya bosan, hingga terkantuk - kantuk.
"Aelah, tu guru ngomong apa sih? Gue gak denger."
"Sama" balas Dira kepada Genta.
Genta menghela nafasnya, lalu menepuk bahu teman di depannya. "Gar."
Gara menoleh. "Napa?"
"Cabut kuy"
"Kuylah."
Genta hendak berdiri, namun tangannya ditahan oleh Dira hingga cowok itu kembali duduk. Begitupun dengan Gara yang tak jadi berdirim
"Diem di sini, gak ada cabut - cabut" kata Dira dingin.
"Elah, gurunya gak jelas, Ra."
"Ya udah, biarin. Yang penting nilai sikap lo gak C di rapot!"
"Ck. Bodo ah, gue mau cabut." Genta kembali berdiri, namun Dira menahannya lagi.
"Diem di sini, Genta!" tekan Dira pelan.
"Gue mau cabut, Ra. Bosen di sini"
"Tunggu aja sih, bentar lagi juga istirahat."
Genta menghela nafas kasar. Ia menelungkupkan kepalanya di tasnya yang berada di meja, ia memutuskan untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dira Adisthi
Teen Fiction"Hidup gue keras, yakin mau masuk ke hidup gue?" ucap seorang gadis. Dira Adishti, seorang gadis dengan segudang masalah di hidupnya, tangis menjadi saksi bisu kehidupannya, juga raganya yang entah sampai kapan bertahan di dunia ini. "Kangen Tuhan i...