100ft | 02

56 9 0
                                    

Khaidar

ketiduran di Perpusat menjadi hal yang biasa untuk gue, kali ini ketiduran karena ngerjain tugas dari Mata Kuliah, Proses Manufaktur Kapal yang akan dikumpulkan besok pagi, anjir! ternyata besok Matkul pagi! bisa bergadang lagi gue, karena tadi di...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ketiduran di Perpusat menjadi hal yang biasa untuk gue, kali ini ketiduran karena ngerjain tugas dari Mata Kuliah, Proses Manufaktur Kapal yang akan dikumpulkan besok pagi, anjir! ternyata besok Matkul pagi! bisa bergadang lagi gue, karena tadi di Perpusat gue tidur, capek banget semalam habis rapat BEM Kampus, buat acara PSAF atau Pengenalan Sistem Akademik Kampus, itu ospek kampus. gue aja gak pulang kerumah, tidur di Tamel, apartment bersama untuk ngerjain tugas besar, gue juga masih pakai baju yang kemarin, masih wangi kok, tenang aja. tapi kemarin gue pakai jaket jurusan sih, jadi gak kelihatan kalau gue pakai baju yang kemaren. sudah menjadi hal yang biasa kok bagi gue, selaku penghuni Teknik yang jarang buat pulang kerumah, jarang ganti bajuuu!
 
ngomongin soal Tamel apartment bersama dengan teman-teman Prodi gue, kita belum bayar sewa seingat gue, lagian, segala banget sewa apartment, kenapa gak cari kontrakan gede aja di Margonda, pasti banyak, tapi di kontrakan, gak ada kolam renang, sih.
 
dari pada gue ketiduran lagi di Perpusat, akhirnya gue memutuskan untuk balik lagi ke FT, rumah gue tercinta, gak ada Matkul sih memang, paling gue mau mampir bentar ke Kelembagaan dan pulang kerumah, gak mungkin juga kayaknya. setelah gue sampai diluar Perpusat, gue melihat perempuan yang menghampiri, pemilik leather jaket— Jennie, ini temannya, belum tahu gue namanya siapa, gue mau balikin nih leather jaketnya.
 
"cewek baju kuning!," panggil gue, tapi dia gak respon, salah juga sih gue, yang pakai baju kuning bukan dia aja "CEWEK BAJU KUNING, ANAK FIB" teriak gue, kali ini benar, dia udah nengkok kok ke arah gue
 
"gue?," tanyanya dengan raut wajah yang aneh dan gue mengganguk lalu tersenyum "ada apa nih?," tanyanya dia lagi
 
"teman Jennie kan?" gue yang ingin memastikan, takutnya dia punya kembaran di Kampus kan gak lucu juga
 
dia mengganguk "kok tahu? kenapa nih?" tanyanya, nadanya itu jutek banget
 
"leather jaketnya yang kemarin ketinggalan di Kansas, ada sama saya" jawab gue
 
"oh, bagus deh! orangnya nyariin banget, bawa gak lo jaketnya?" katanya jelas banget.
 
gue menggeleng, karena jaketnya ada di Mares, "gak bawa," jawab gue "Khaidar" gue yang mengulurkan tangan kanan gue ke arahnya, sudah ngomong panjang, tapi gak tahu nama kan gak enak
 
perempuan itu memutarkan bola matanya malas, "kalau lo gak bawa, terus gimana?," tanyanya lagi ke gue "Jisoo" katanya, tapi gak menjabat tangan gue
 
"boleh minta kontak Jennie?" minta gue, hanya itu cara yang mudah untuk mengembalikan leather jaketnya
 
"gue gak bisa dengan mudah gitu ngasih kontak teman gue sama lo" katanya, kalau udah kayak gini gue harus gimana?
 
gue langsung menaikan alis sebelah kanan gue, "hah?," kata gue.
 
tanpa menjawab pertanyaan gue, perempuan itu melihat arlojinya, "sorry nih, gue ada kelas, next time aja deh ya," katanya yang meninggalkan gue sendiri disini, lupa gue, nanya dia dari Prodi mana, seenggaknya itu mempermudahkan gue juga, tanpa mempunyai kontak dari pemilik leather jaket tersebut.
 
-
 
"RAVIII" teriak gue diparkiran FIB, demi menemukan pemilik leather jaket itu, gue udah kayak orang gila mondar-mandir di FIB
 
"DIMAS RAVI!!!" teriak gue sekali lagi dan menghampiri cowok yang hampir masuk mobil honda brio silver, tumben ini orang bawa mobil
 
"berisik lo, anjirrr!" pekiknya
 
"ya kalau lo dipanggil noleh ke gue, gue gak berisik" jawab gue sedikit kesal.
 
Dimas Ravi Sinaga, sahabat gue dari jaman SMA, les di BTA, itu sih ajakan Nadine, sampai gue kuliah di Depok.
 
"iye iyeeee, kenapa nih?" tanya Ravi
 
"mau nanya gue, Vi"
 
"nanya apa nih?" tanya Ravi sambil angkat sebelah alisnya
 
"lo kenal gak sama anak FIB, namanya Jennie? tapi gue gak tahu deh dari Prodi mana", keluh gue
 
"lagi cari cewek ya, lo?" tanyanya sambil ketawa
 
gue menggeleng, "gila, ya gak lah" jawab gue apa adanya
 
Ravi masih tertawa, apa yang lucu sih, "gue pernah dengar namanya," katanya sambil ngaca dikaca mobil, narsis banget ini orang.
 
"berarti kenal dong, lo?!" jelas gue
 
"kalau dia cantik, pasti ada di Instagram UI Cantik, Dar," kata dia "kalau dia tukang ngantuk, pasti ada di Instagram UI Ngantuk" sumpah, gak mutu banget nanya sama manusia kayak gini
 
"gak jelas lo, anjir!" kesal gue
 
"nanti deh, gue bantu cari" tawarnya dia ke gue
 
"gue mau tanya Nadine, tapi gak enak, ngomongin perempuan lain di depannya" gerutu gue
 
"berarti, kalau sama Nadine, lo harus ngomongin cowok doang gitu?! gak normal dong lo?!" tuduh Ravi ke gue, mana berisik banget.
 
"ya gak gitu juga, anjrit! lo kayak gak tahu aja Nadine kalau sama gue gimana" keluh gue
 
"pantesan, lo jomblo, Dar. ini adalah salah satu penyebabnya" kata Ravi ke gue, udah kayak pakar cinta aja ini orang
 
"kok lo gak bareng Nadine?" tanya gue, gue gak mengalihkan pembicaraan ya, males jawab aja gue, atau sama aja?
 
Ravi mengangkat bahunya "tadi sih, nyuruh gue duluan aja—"
 
"KHAIDARRRR!!!"
 
"kan orangnya datang! lanjut chat gue aja nanti, Dar, tapi sebelumnya lo harus berusaha scrooling Instagram UI Cantik sama UI Ngantuk!" pekik Ravi yang langsung masuk mobilnya dan meninggalkan area parkiran Kampus, sampai gue lupa, tujuan gue cari Jennie, karena mau balikin leather jaketnya, bukan gue lagi nyari cewek.
 
"loh Nadine, kamu kok gak bareng sama Ravi?" tanya gue
 
"tadi gue habis dari Lab, makanya gue suruh Ravi duluan aja," kata Nadine sambil tertawa lepas "cari makan yuk, Dar? laper nih," gerutu Nadine sama gue, kebetulan juga sih gue belum makan siang, jadi gue setuju "kemana nih? Kansas, Kantek, atau Kantin FEB? tawarnya dia ke gue
 
"bebas," jawab gue, dimana aja deh gue mah selalu ikut kalau sama Nadine
 
sesampainya gue dan Nadine di AH RestoCafe di FEB UI, katanya hari ini dia pingin makan cake aja, memang kenyang ya, makan siang pakai cake? bukannya itu dessert?
 
"Nad, kamu kenal Jennie?" tanya gue yang memberanikan diri.
 
"Jennie?" Nadine yang balik tanya sama gue, sampai dia berhenti dari kegiatannya makan Opera cake miliknya, kan kata gue juga apa, gak suka banget Nadine kalau gue ngomongin perempuan lain di depannya
 
"yang suka makan Soto" jawab gue yang aneh, karena bingung akan ciri-ciri Jennie, gimana cara gue mendeskripsikannya, karena pas ketemu sama gue dia lagi makan Soto
 
"aneh deh lo, yang makan Soto memang cuman dia aja," gerutu Nadine sama gue, bener sih "mungkin Jennie, mantannya Arga?" tanya Nadine lagi "kenapa sih sama Jennie?" tanya Nadine banyak banget sama gue
 
"Arga?" tanya gue
 
Nadine hanya mengganguk "maksud lo, Jennie anak Sastra Jerman bukan nih? kenapa sih? lo suka ya sama Jennie?," tuduh Nadine sama gue dengan raut wajah yang gak suka banget dengan gue.
 
"gak," jawab gue cepat
 
"terus kenapa lo nanya gitu?" tanyanya dia lagi sama gue
 
gue nanyanya memang kayak gimana sih? sampai Nadine sewot banget sama gue, intonasi gue apa yang salah?
 
"ya, gak apa-apa, cuman nanya" jawab gue, malas juga ceritain kalau leather jaket punya Jennie ada sama gue, yang ada Nadine malah nuduh, yang bukan-bukan nanti sama gue ataupun sama pemilik jaket tersebut
 
"suka ya lo sama Jennie?" tanyanya dia sekali lagi
 
gue lupa, kalau Nadine kayak gini, karena dia suka sama gue.
 
-
 
*Tamel = Taman Melati
 
-
 
hai! jangan lupa follow twitter @/zaraavenue ya! don't forget tooo vomentsss and enjoyyyyyy!!!❤

[1] 100ftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang