Khaidar
"wah, cabut mabim ya,?" tanya gue, ke siapa lagi kalau bukan sama maba perempuan yang lagi duduk sendirian dihalte FT nunggu bikun lewat
maba itu terlihat kikuk, pas gue celetuk kaya gitu, kenapa sih? emang lagi evaluasi.
"oh... gak kok, bang, udah izin tadi sama mentor..." jawabnya yang masih terlihat bingung dan masih berusaha untuk tersenyum, masih ingat ternyata 5S
gue tertawa, karna bohongnya kelihatan banget, "sama ketua udah?, terus sama panitia acara udah iziin? yang kayak gini nih," kata gue yang sambil melihat notif handphone gue yang bergetar disaku celana "lain kali jangan kayak gini"
"maaf ya, bang" jawabnya lirih, buset, gue ngasih tau aja ya ini, gak ngegalakin dia.
"kenapa?," tanya gue
"hah?," balik nanya dia ke gue, bingung pasti mau jawab apa, udah tahu mungkin dia, apapun jawaban maba, selalu salah dimata katingnya "boleh minta tanda tangannya gak, bang?" tanyanya dia ke gue, mengalihkan pertanyaan gue kenapa dia gak mau ikut mabim yang panitia adakan setelah matkul
"sini" jawab gue cepat, dan dia langsung membuka tasnya dan memberikan buku bersampul biru, yang warnanya harus sama satu angkatan, lalu memberikan buku itu ke gue
"bang, saya boleh nanya gak?" katanya dan gue mengganguk sambil membuka buku biru itu sambil membacanya perhalaman.
jadi kangen mabim deh gue, ya walaupun gue gak mau mengulanginya, males banget jadi bulan-bulanan kating.
"belum dapat banyak ttd ya?" tanya gue sambil mengembalikan buku biru miliknya, maba ini dari prodi Teknik Kimia, kalau dari prodi yang sama dengan gue, langsung gue kumpulin teman-teman di Teknik Perkapalan untuk mengisi ttd di buku maba ini. jadi ingat Kinar deh gue, anak itu udah mengikuti kepanitiaan apa aja ya?!
dia langsung menggeleng "sorry nih bang, yang ini belum diisi" katanya sambil menunjukkan kolom bagian jabatan diteknik dan prodi
"cari sendiri," jawab gue santai sambil tertawa, "dapet mentor siapa?" tanya gue
"Kak Vinny" jawabnya
"nah, dia tahu tuh, satu departemen sama saya," jawab gue, beruntung banget ini maba, satu divisi pula lagi gue di BEM FT sama mentornya "oh iya, tadi mau tanya apa?"
"oh, dari Teknik Mesin juga, bang?," tanyanya lagi tapi sedikit heboh "gak jadi deh" sambil tertawa
gue menggeleng, "tetangganya Mesin, apa tuh?"
maba itu terlihat bingung, jangan-jangan dia gak tahu kalau di DTM ada dua prodi, PSAF tidur kali ini bocah.
"hah? emang ada?" jawabnya aneh, kan benar dia gak tahu, kalau ini cowok udah gue galakin abis nih
"pas PSAF sama MADK, ngapain aja? sampai-sampai gak tahu? ini beneran gak tahu banget?" tanya gue banyak, aneh banget lagian ini maba
"sorry ya, bang, nanti saya cari tahu lagi deh" jawabnya sambil cengar-cengir
gue langsung menggeleng dan menganti topik pembahasan, "apa yang kamu rasain setelah melewati MADK?" tanya gue lagi, tapi sekarang gue udah gak nunggu bikun kaya maba ini, orangnya mau kesini aja katanya, udah tahu lah lo semua siapa yang mau nyamperin gue.
"banyak" jawabnya cepat
"salah satunya?," tanya gue yang masih penasaran.
masa sih, gak punya hal yang berkesan selama MADK. gue aja ada, tapi gak mungkin gue kasih tahu ke maba perempuan ini, yang ada kaget, kacau kalau sampai cabut berkas.
"dimarahin komdis," jawabnya "sama tugas-tugasnya sih, bang, banyak banget" jawabnya lagi
komdis emang paling berkesan selama PSAF dan MADK, galak mereka juga cuman profesional aja kok, itu semua buat melatih mental lo semua buat dilapangan kalau memang berhadapan dalam situasi yang genting dan lo harus kasih solusi yang benar-benar konkrit, masa sih nantinya lo cuman diam-diam aja, gue juga ngerasain kok.
ngomongin soal tugas, itu penting kok buat lo makin mengenal departemen lo dan jurusan lo, bukan semata-mata panitia pingin ngerjain kalian semua. gue yakin pasti masih suka takut yang namanya dibalas dendam sama kating, udah gak ada, di angkatan mengajarkan berbagai macam dan seluk beluk tentang prodi kalian, rasa tanggung jawab, etika, satu rasa, dan open minded benar-benar harus kalian tanamkan.
"memangnya pernah dimarahin komdis? kenapa?" tanya gue sambil tertawa
"gak hafal nama lengkap sama NPMnya teman angkatan, sebenarnya udah hafal, cuman gara-gara panik jadi lupa gitu loh, bang" jawabnya, gue cuman ketawa aja
"jangan panik kalau kayak gitu tuh," kata gue
"ya habis gimana, panik banget disuruh jawab, sedangkan mereka teriak-teriak terus," jawabnya lagi, curhat ini orang sama gue
"kan harus berpikir dibawah tekanan, biar nantinya terbiasa dengan keadaan kayak gitu," jawab gue lagi, ya memang itu kok tujuannya "tuh, bikunnya mau sampai sini" kata gue lagi, yang berarti obrolan kita berhenti sampai sini aja, lebay banget deh gue.
maba itu langsung berdiri dari duduknya, gak sabar banget kayaknya buat pulang kerumah, dan gak sabar banget buat ninggalin gue karena gue nanya terus
"eh, bentar-bentar," kata gue sebelum dia pergi, bikunnya belum sampai halte juga "nyanyi Mars Teknik dong sama Yel-Yel Teknik juga"
"disini, bang?" tanyanya, ya masa iya gue suruh nyanyi di MUI, pakai toa masjid
"cepet! dari pada saya suruh ke Lapangan Voli buat ikut mabim," kata gue
bikun sudah sampai di halte FT, yang berarti maba ini beruntung lagi.
"duluan ya, bang, makasih juga tanda tangannya" katanya yang langsung memasuki bikun, kalau ketemu lagi, gue tetap tagih dia nyanyi Mars Teknik dan Yel-Yel Teknik di depan gue.
mulai sekarang, jangan pernah asing ya berada ditempat lo sendiri, itu karna cuman lo belum bisa nemu titik nyaman aja.
-
Jennie
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] 100ft
Teen Fictionfrom FT to Kansas + kim jongin ft kim jennie. + lowercase toastyjuney, 2018 [ akun toastyjune lupa pass, jadi pindah kesini ya. ]