Ravi kayaknya dikit lagi kita kedatangan anggota baru deh, Nadddd
Ravi NADINEEEEEE
Ravi CICI NADINEEEEEE
Ravi HELLOOOOWWWWW
Nadine sejak kapan kita bertiga rekrut anggota baru
Nadine berasa jkt48 dong
Nadine siapa siiii? kepo gue
Nadine sini sini, isi soal psikotes dulu sama gue
Ravi WKWKWKWK
Ravi tai lah, pikir lo simak ui
Ravi tanya Khaidar dong, Nad
Ravi HEHEHEHE
Nadine hilih, gak jelas lo, Vi
Nadine bye, gue mau tidur
Ravi ah lo mah
Ravi besok jangan lupa kerumah gue, guyssss
Ravi bye, gue bukan anak jaksel lagi
Ravi otw anak bekasi dong gilaaaaaa can't relate lo berdua
Ravi tai, gak ada yang baca
-
Jennie
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dar, tapi disitu ada tulisan dilarang parkir" celetuk gue yang menunjukan papan tulisan yang ada di depan
perkara dari Khaidar yang bilang gak apa-apa soal mobilnya yang udah ngadat banget yang minta pingin jajan dibengkel, jadinya gue sama Khaidar lagi panas-panasan dipinggir jalan sambil nunggu keajaiban mobilnya hidup lagi cuman karna di starter aja. gak apa-apa deh, selagi itu sama Khaidar.
kesalnya lagi, Khaidar juga gak bawa kunci-kunci yang biasa buat benerin mobilnya hari ini, ya kayak kunci ring, kunci pas, kunci kombinasi, kunci nipel, engkol bar, ya selebihnya gitu deh. dia yang menjelaskan tadi, jadi beneran jajan dibengkel kan.
"yaudah, kita pura-pura gak tahu" jawab Khaidar yang masih pusing sama mobilnya yang mogok tiba-tiba.
"ih, Khaidar! kenapa lo mesti pusing-pusing sih! kita jalan tiga menit, udah ada bengkel." kata gue yang dari tadi membuka gps
"sambil, dorong mobil?" tanya Khaidar lagi
"kan lo bisa ke bengkelnya dulu, terus suruh montirnya nanti bawa mobil.... lo gimana sih, Dar?" tanya balik gue, kadang suka pura-pura gitu deh, harus gue yang menjelaskan dulu
"iya juga, ya" jawab Khaidar yang menggaruk tengkuknya yang kelihatannya gak gatal
"yaudah, lo tunggu apa lagi?" tanya gue lagi, ya kalau dilihat Khaidar sih gue lagi kepanasan, makanya minta buru-buru.
"nih," Khaidar memberi payung yang ada di mobilnya ke gue.
"makasih!" jawab gue yang tersenyum "ayok, Dar! lo tunggu apa lagi sih?! sengaja banget ya lo, biar gak bantu-bantu di rumahnya Ravi?" tunjuk gue yang udah memakai payung untuk melindungi kepalanya dari sinar matahari yang terik banget, ini aja rasanya gue yang udah pakai payung panasnya masih menembus
"tuh kan! orangnya telfon!" kata Khaidar ke gue yang sedang mengangkat bahunya sembari tersenyum
"Vi?"
"lo dimana, setannnn? bawa kabur Jennie lo ya?!"
"mobil gue, mogok"
"lo sekarang dimana?"
"baru di Bintara,"
"yaudah cepet kesini!" "ya abis gue ke bengkel, baru kerumah lo"
"lama banget kampret! naik taksi online aja sih!"
"berisik banget sih lo! gimana gue mau ke bengkel, kalau lo ngomong terus?"
"yayayaya, kalau mau naik taksi online alamatnya harapan indah cluster taman sari, nah kalau-"
"iya, Raviiiiiiiii"
-
"wah gila nih, Pangeran dari kaki Gunung Gede, akhirnya sampai juga!" sambut Ravi ke Khaidar yang baru sampai di depan pagar rumahnya
"Jen, gimana sama Khaidar? makin lama, makin ketahuan kan orangnya kayak apa? RIBET!" kata Ravi ke gue, sedangkan gue hanya tertawa. belum bisa menilai Khaidar sebagai cowok ribet, karena temannya yang namanya Dimas Ravi Sinaga juga gak kalah ribetnya.
Khaidar langsung mendengus kesal, sambil membuka sepatunya "lo mau gue lempar pakai sepatu gue yang belum di cuci dari gue jadi Maba?" tawar Khaidar, sedangkan Ravi hanya bergidik ngeri
"Vi! rumah lo, keren banget nih!" tanya Jennie melihat sekeliling rumah Ravi
"karya Ibu gue dong! keren kan!" jawab Ravi bangga, lalu memeluk tembok rumahnya yang berwarna putih, kan mulai lebaynya
"kayaknya gue ketinggalan banyak nih!" gerutu Khaidar yang sudah duduk di ruang keluarga rumah Ravi
"BANYAK BANGET DEH, DAR!" jawab Nadine keras "telat banget sih lo, tadi ada Akbar, Alif, Theo, sama Nayla!" kata Nadine lagi dan diiringi anggukan kepala Ravi
"tadi Nayla nanyain lo, Dar." kata Ravi ke Khaidar, sedangkan Nadine dan gue sudah beralih ke dapur rumah Ravi.
"terus, teman lo ini jawabnya, lo udah mati, Dar," celetuk Bayu yang lagi main handphone "kan yang ada, Nayla makin penasaran sama lo, Dar" katanya lagi
"yahhh! lo kok ngomong gitu sih, Vi?" kaget Khaidar "bego banget lo ah, males gue berurusan sama Nayla lagi" katanya
Bayu langsung tertawa keras "males-males gimana maksud lo, Dar? kan gitu-gitu juga lo pernah nyimpen hati sama Nayla, yang kata lo buang-buang waktu banget" katanya
"iya iya, Bay! masih ingat aja lo, yang paling gue ingat sih yang mau ke Dufan itu, timingnya gak pas banget, lagi on the way, malah krl yang lagi di naikin anjlok, Naylanya juga udah keburu boring, akhirnya naik taksi dari Stasiun Duri sampai rumahnya, terus-"
"ANJIR! kudanil satu ini masih ingat aja" gerutu Bayu ke Ravi.
"by the way, Bay, boleh gue ceritain gak nih yang lo ditolak sama Andin pas jaman Maba?" tanya Khaidar ke Bayu
"kenapa jadi balik strike gini sih? mendingan kita mikirin tahun baru kemana!" lerai Ravi ke mereka berdua
"GUE ADA IDE!!!!!!!!!" antusias Nadine yang menghampiri mereka bertiga, diikuti gue dibelakangnya
"siang-siang gini minum kopi, udah kayak bokap gue yang sambil nonton Highlight Motogp" gerutu Bayu yang melihat lima cangkir yang berisikan kopi hangat
"ya, lo kan anaknya, Bay! harus relate dong ah!" sambar Ravi sambil mengambil satu cangkir kopi yang sudah disediakan Nadine dan Jennie "gila ya lo, Nad! pahit banget anjir! ini kopi atau air rebusan daun binahong sih!" seru Ravi.
"ya menurut lo, dirumah lo gak ada gula keleussss" jawab Nadine disertai anggukan kepala Jennie
"kreatif dong, Vi. kan masih banyak tuh sisa semen dirumah lo, bisa kali jadi pengganti gula" sambar Bayu santai
"garing lo, Bay!" kesal Ravi
"sebelas duabelas sih, Vi. sama americanonya Starbucks" Khaidar yang mengangkat cangkir ditanganya
"menurut gue sih, kalau lo gak suka, ya gak usah diminum kopinya" jawab Jennie santai
"yaudah deh, gue minum kopinya sambil ngelihatin Jennie, kan jadi manisnya natural" ledek Ravi yang membuat Khaidar tersedak
Bayu langsung tertawa "natural-natural, lo pikir beauty vlogger lagi make up challenge," katanya "teman lo tuh, sampai keselek dengarnya" kata Bayu lagi.
"yaelah, Dar, bercanda gue, santai dong!" kata Ravi ke Khaidar
"udah dong! ini kita tahun baru mau kemana nih?" sambar Nadine "lo ada ide gak, Jen?" tanya Nadine ke Jennie
gue langsung menggeleng "duh, gak tahu gue, Nad. can't relate sih gue, tahun baru paling-paling cuman dirumah aja" kata gue, gak pernah gue pergi kalau tahun baru gitu, paling pergi juga dengan keluarga gue, bukan sama teman-teman
"YAH SERIUS?!," kaget Ravi "gimana sih lo, Dar, jadi cowok?! Jennie bukannya di ajak jalan-jalan biar jauh, ini malah di ajakin naik krl terus, muak gue lama-lama juga kalau jadi gebetan lo!" kesal Ravi lagi.
"loh kok jadi sewot banget sih, Vi. dari tadi sama gue?" tanya Khaidar dengan nada suara yang lebih tinggi dari biasanya, jiwa sebagai koordiator acara kalau lagi marahnya keluar nih, wajahnya juga kencang
"yaaaahhh berantem deh" celetuk Bayu pelan
"kan, gue bercanda loh, Darrrr. kalem dong ah," jawab Ravi yang cenggegesan
"apaan sih lo berdua, basi tahu gak!" kesal Nadine "Dar, lo punya ide gak nih?" tanya Nadine ke Khaidar
Khaidar langsung menggeleng "gak ada," jawabnya santai
"apaan sih lo, Dar. lemes banget anjir! malu tuh sama yang di depan lo" kata Bayu yang menunjuk gue sambil tertawa, kenapa gue jadi korban terus sih disini.
"Dar, maafin gue dong, gue gak bisa dengar suara lo yang mendadak singkat gitu. serius deh, tadi gue cuman bercanda" gerutu Ravi yang udah tarik-tarik tangan Khaidar
Nadine langsung memutar bola matanya malas "mau muntah gak lo, Jen, lihat mereka berdua?" katanya dan membuat Jennie hanya menggeleng tertawa
"kalau mau gue maafin...." kata Khaidar "cuci sepatu gue sekarang, harus bersih kayak baru," katanya lagi
Ravi langsung heboh "jadi gue harus cuci sepatu buluk lo yang baunya kayak comberan Kalimalang?" tanyanya "yaelahhhh, Dar, yang lain dong, suruh gue buat sambel terasi, apa tumis oncom-"
"ya, berarti gak gue maafin" potong Khaidar cepat.
"eh bentar deh! sejak kapan Kalimalang punya comberan?" selidik Bayu
"BARU TADI SIANG! SEMALEM GUE BUAT GORONG-GORONGNYA, LO MAU APA?!" kesal Ravi yang membuat mereka semua tertawa
"gak jadi cuci sepatu gue?" tanya Khaidar
Ravi langsung berdiri dari duduknya "iya ganteng! nih gue cuci!" kesalnya.
-
bukan Ravi, kalau gak suka misuh-misuh sama orang, bukan Ravi juga, kalau lagi ngerjain sesuatu gak berisik, nyuci sepatu Khaidar aja pakai masker, sarung tangan lateks.
maaf ya, soalnya Ravi orangnya bersih banget, gak kayak Khaidar bersihnya udah keberatan sama malasnya.
"untung gue gak pingsan, selama proses cuci dan menjemur sepatunya Khaidar" lebay Ravi yang sudah duduk di antara mereka berempat
"aman gak tuh, jemur disitu? nanti sepatu gue dibawa maling lagi" gerutu Khaidar ke Ravi
"siapa sih, Dar. yang mau ambil sepatu lo yang udah robek-robek gitu? maling juga punya otak kali!" kesal Ravi
Bayu langsung menggeleng "kesal banget lo kayaknya, Vi" katanya sambil tertawa
"itu tuh namanya seni! lo aja gak tahu," tambah Khaidar
"gak penting tahu gak, omongan lo bertiga," ucap Nadine "dari tadi gue tanya juga, tahun baru mau kemana?" tanya Nadine.
"kemah aja, kemah seru pasti" celetuk Bayu
"ih iya tuh! boleh juga ide lo, Bay" Ravi yang heboh "Dar, gimana lo setuju gak nih?" tanya Ravi ke Khaidar
"ikut aja sih, Jen. ada gue kok," ajak Nadine "kemah di Kampoeng Awan aja! lo semua tinggal tidur, gak perlu deh ribet-ribet pasang tenda!" seru Nadine
"gue sebagai mantan anak Mapala, gak setuju!" jawab Ravi cepat
"kalau di Bumi Perkemahan Mandalawangi, gimana?" kata Khaidar.