100ft | 10

20 8 0
                                    

Khaidar

sesuai dengan suruhan Jennie kemarin yang meminta gue untuk bersama Nadine satu hari, sekarang gue sudah berada di rumah Nadine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

sesuai dengan suruhan Jennie kemarin yang meminta gue untuk bersama Nadine satu hari, sekarang gue sudah berada di rumah Nadine. lucu banget ya, gue disuruh satu hari sama Nadine, mungkin untuk hari-hari selanjutnya sama dia gitu ya?

"mau ke Dokter, Nad?" tawar gue, Nadine lagi sakit, gak tega gue lihatnya, hidungnya merah banget gara-gara sering bersin tadi

Nadine menggeleng, "gak usah," katanya "gue udah minum obat kok tadi" jelasnya

"beneran? kok gak kelihatan reaksinya?" tanya gue, biasanya kan habis minum obat, kita selalu mendapatkan reaksinya, seperti mengantuk

"iyaaaaaa," katanya panjang, "sorry, ya, Dar, hari ini kita gak bisa pergi" keluh Nadine lagi sama gue

gue mengganguk, "gak apa-apa, bisa lain kali," jawab gue, "mau beli sesuatu gak?" tawar gue ke Nadine, biasanya, orang sakit suka banyak mau bukan?

Nadine menggeleng lagi, "gak, gak pingin apa-apa, lidah gue hambar untuk merasakan makanan," katanya dan gue hanya mengangguk mengerti

"oh, iya, minggu lalu, saya bertemu Arga di Parkiran FIB. kamu gak bertemu sama dia kan?" tanya gue memastikan

"gak, tapi gue dikasih tahu Aliya, kalau dia lihat Arga waktu itu," jawabnya, "dannnnn, dua hari yang lalu dia chat gue, dia kasih tahu gue kalau dia pingin balikan dengan mantannya" jelas Nadine

yang gue tahu sekarang ini, mantan pacar Arga yang gue ketahui adalah Nadine dan Jennie, semoga bukan Jennie ataupun Nadine yang Arga maksud.

"siapa? yang mana mantannya Arga?" tanya gue yang ingin tahu.

"duh siapa ya? lupa deh gue," gerutu Nadine, dia gak lagi bohong kan, "yang jelas bukan gue ya, Dar" jelasnya

"bukan Jennie juga kan?" tanya gue sekali lagi untuk memastikan

"kalau memang kenyataannya itu Jennie gimana, Dar? itu menganggu buat lo,? kata Nadine yang melihat gue dengan tatapan yang gak suka, "atau lo ternyata suka ya, sama Jennie?" Nadine yang balik tanya sama gue dengan nada yang ketus

"kalau memang kenyataannya seperti itu gimana, Nad?" jujur gue, gue gak bisa bohong, gue sudah mulai tertarik dengan Jennie

Nadine langsung menggeleng, gue melihat matanya berkaca-kaca, jangan nangis dong, Nad.

"gak boleh, lo gak boleh suka sama dia!," jawab Nadine cepat, "gue dengar dari Ibu lo, Gladys pindah lagi ya ke Indonesia? lo kan yang jemput dia di Bandara sama Ravi?," tanya Nadine dengan tatapan yang tajam ke arah gue

gue mengangguk, "iya, saya yang jemput" jawab gue jujur, walaupun sempat menolak untuk menjemput Gladys di Bandara, tetap aja hati gue mengatakan yang berbeda dari apa yang sudah gue ucapkan

"gue, suka sama lo, Dar!," ucap Nadine cepat, gue gak kaget, banyak gerak-gerik Nadine yang mengatakan kalau dia suka dengan gue, "gue gak suka, lo dekat dengan Gladys ataupun Jennie. tapi, perlakuan lo terhadap mereka berdua, seperti mengatakan kalau lo memang suka dengan Gladys ataupun Jennie sebaliknya. gue gak pernah merasakan berada diposisi mereka, lo cuman menganggap gue sebagai teman, bukan seperti mereka yang lo anggap sebagai perempuan." jelas Nadine yang panjang, dia menangis.

Nadine menangis, akibat kelakuan gue yang bego banget, gue paling gak bisa melihat perempuan nangis. kok bisa ya gue melakukan hal seperti ini tanpa sadar? gue langsung memeluk Nadine, walaupun dia mencoba melepasnya

"maaf," kata gue pelan dan masih memeluk Nadine, gue gak bisa mengucapkan sepatah kata apapun selain meminta maaf

"lepas!" kata Nadine yang sudah melepas pelukan kita

"maaf, karena gak pernah anggap kamu sebagai perempuan," jujur gue, Nadine adalah teman perempuan gue, itu yang memang gue anggap dari dulu

"gue ngerti, gue memang beda dari Gladys dan Jennie," jawabnya pelan, tapi dia sudah gak nangis, kok, "tapi, lo gak bisa, Dar, suka dengan dua perempuan sekaligus" tegasnya, tapi gue gak pernah bilang bukan, kalau gue suka dengan Gladys dan Jennie.

"tapi, saya gak pernah bilang, kalau saya suka dengan Gladys dan Jennie" jujur gue

"tapi sikap lo yang bikin gue percaya kalau lo memang suka sama mereka berdua!," kesal Nadine "terserah lo deh, Dar. lo boleh pulang sekarang, gue lagi mau sendiri" suruh Nadine sama gue

"Nadine, saya percaya kok sama kamu" ucap gue yang memegang bahu Nadine lalu pergi

sebenarnya gue gak tega banget meninggalkan Nadine sendiri, malah dia lagi sakit, terus gue bikin nangis, gak tega banget. tapi gimana, gue gak mau membuat keributan dan membuat Nadine menangis lagi. iya, gue memang salah.

-

sesampainya dirumah Jennie, sebisa mungkin gue gak kepikiran soal tadi apa yang sudah gue bicarakan dengan Nadine, tapi semua percuma, gue malah bengong sampai Kopi yang sudah dibuatkan Jennie untuk gue menjadi dingin.

"lo kenapa, Dar?" tanya Jennie sama gue

gue menggeleng dan tersenyum, "gak ada apa-apa" bohong gue, gak mungkin gue menceritakannya dengan Jennie

"tapi lo bengong gitu, Kopi yang gue buatin gak enak ya?" tuduh Jennie sama gue dan sontak gue langsung meminum Kopi yang sudah dibuatkan Jennie untuk gue

"enak kok!" jawab gue cepat

"lo... lagi ada masalah ya, Dar?" tanya Jennie lagi

gue menggeleng, "tetap selalu ada disamping saya ya?" pinta gue sambil memegang kedua tangan Jennie.

Jennie langsung mengerutkan alisnya heran, maaf, tapi gue memang benar-benar gak bisa cerita sekarang. gue gak mau Jennie benci dengan gue.

"ada apa sih, Dar?" tanya Jennie heran

"maaf, tapi saya gak bisa cerita sama kamu sekarang" jujur gue

-

jangan lupa biar makin relate follow twitter @/zaraavenue ya! ditunggu kehadiran semuaaaaaa, kita ngekonten bareng! makasih yang udah bacaaa!❤

not bad lah ya setelah direvisi, gak garing garing banget haha

[1] 100ftTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang