Gak berharap ada yg inget cerita ini (karena saya pun lupa*hiksrot), tapi mumpung ada ide saya kembali!
Enjoy Wkwkwk~
•••
Tanggal 12, hari dimana Eren harus menyerahkan lukisannya kepada ketua OSIS a.k.a Levi senpai. Dan disinilah dia sekarang, berdiri didepan pintu dengan plang nama 'Ruang OSIS' menggantung diatasnya. Sebuah kanvas dengan ukuran 3×4 digenggam erat dengan si empunya yang masih ragu mau masuk atau tidak. Entah kenapa adegan ini terasa dejavu, pikir Eren.
Bel pulang sekolah sudah berbunyi 10 menit yang lalu dan koridor ruang OSIS sudah lumayan sepi. Hanya ada beberapa siswa yang berlalu lalang hendak pulang kerumahnya masing-masing. Tadi ketika bel istirahat kedua berbunyi Isabelle sempat mendatangi ruang kelas Eren untuk mengigatkan bahwa Eren harus menemui Levi untuk menyerahkan lukisannya sepulang sekolah.
5 menit berlalu dan Eren masih setia berdiri didepan pintu. Ia lalu menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan seraya mengetuk pintu ruang OSIS.
"Per Permisi"
"Masuklah bocah"
Mendengar suara berat Levi dari dalam ruangan membuat Eren tambah gugup. Ia lalu membuka pintu dan masuk kedalam ruangan pelan. Disana ada Levi yang sedang duduk dikursi kebesarannya. Kursi Ketua OSIS yang berada tepat ditengah ruangan menghadap pintu. Ia nampak sibuk membolak-balikkan tumpukan berkas didepannya.
Eren mengangkat kepalanya dan memindai seluruh ruangan.
'Sepertinya hanya ada Levi senpai saja disini' batinnya.
Lalu ia menatap wajah senpainya yang masih setia pada tumpukan berkas. Tidak memperdulikan kehadiran Eren sama sekali. Mata Eren bergulir pada benda asing yang dipakai senpainya. Yaitu sebuah kacamata baca dengan frame tipis dibagian bawah berwarna hitam. Apalagi ditambah dengan posisi senpainya yang masih setia menunduk, membuat beberapa anak rambutnya jatuh menimpa bingkai kacamatanya. Satu kata yang terlintas dibenak Eren,
'Seksi sekali'
Eren masih berdiri diam memperhatikan senpainya dengan pikiran berkeliaran
'Ya Kamisama, kenapa Levi senpai tampan sekali sihhh?? sebagai sesama pria tampan aku merasa tampannya itu terlalu uhhhh keterlaluan! bagaimana bisa ada orang setampan itu?! Huftt ini benar-benar tidak adil'
Levi melirik Eren yang masih berdiri dihadapannya dengan tampang bengong yang dan tidak berhenti menatapnya. Pelipisnya berkedut samar melihat tingkah absurd bocah didepannya ini. Sudah hampir 5 menit bocah itu berdiri, tanpa suara menatapnya sambil memeluk sebuah kanvas dan kadang merematnya pelan. Entah apa yang sedang dipikirkannya saat ini.
'Dan lihat kacamata itu! Kenapa hanya dengan memakai kacamata saja tampannya bisa berlipat ganda! Hufftt coba kalau aku punya wajah setampan itu, aku pasti akan-'
"Mau sampai kapan kau menatapku seperti orang dungu, bocah?"
Belum selesai Eren dengan pikirannya, suara berat Levi membuatnya tersentak kaget. Eren akhirnya sadar dari acara 'Mari mengagumi wajah Levi senpai' nya. Akhirnya Ia hanya bisa menjawab gelagapan.
"Anoo...Etto...." 'Tidak mungkin kan aku mengatakan kalau aku baru saja terpesona oleh ketampanan Levi senpai!' Rasanya Eren ingin merutuki kebodohannya sendiri.
Eren lalu teringat tujuannya datang kesini, ia ambil kanvas yang masih dipeluknya dan dengan ragu menyerahkannya kepada Levi.
"Ano senpai... Ini....Lukis..lukisan yang senpai minta ke..marin" Jawab Eren dengan wajah menunduk melirik Levu takut-takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
zukünftiges Buch
FanfictionTentang Eren, teman - teman segenknya, ZuBu si buku aneh nan sakti mandraguna, dan (tidak lupa) Si doi tentu saja.