• Blue yang malang •

144 21 12
                                    






' Huhuuu suka deh kalo banyak yg komen, Makasih lho yaa '😊



==================================================

"EHHHH, SENPAI TIDAK BISA MELUKIS????"

Suara teriakan menggelegar Eren memenuhi ruangan, bahkan terdengar hingga keluar koridor. Walaupun tidak semenggelegar punya Hanji senpai, tapi tetap saja berhasil membuat tembakan Mikasa yang hampir mengenai papan sasaran malah meleset dan Armin yang reflek mencoret tulisannya karena teriakan yang mengagetkan tersebut.

Sementara itu didalam ruangan klub lukis Isabelle hanya meringis dan tertawa gugup sambil meenggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Bu...bukan be...beg...begitu Eren,  Ha...hanya saja, Ummm Lukisan yang kubuat ti...tidak memenuhi standar estetika, padahal aku sudah mencoba nya dengan keras. Tetapi tetap saja ekspektasi ku tidak sesuai dengan realita dan..dannn Hahhhhhhhh......  Aku tak tau lagi harus berkata apa,"

Isabelle menjambak rambutnya sendiri frustasi, ia menatap Eren memelas.

"Coba kau lihat sendiri, didalam lemari itu"

Katanya sambil menunjuk salah satu lemari yang terletak diujung ruangan.

Eren menurut, lalu berjalan mendekati lemari tersebut. Dia buka pintunya perlahan dan setelah pintu sepenuhnya terbuka nampak penuh dengan tumpukan kanvas yang hampir memenuhi seluruh isi lemari.

"Ini apa Isabelle senpai?"

"Kau lihat saja sendiri, Kata Aniki itu adalah tumpukan sampah, tetapi sebenarnya itu adalah hasil kerja kerasku selama ini. Huhuuhuuuuu"

Eren mengambil salah satu kanvas yang terletak dipaling atas tumpukan, ia membaliknya perlahan. Dan diatas kanvas itu tertoreh sebuah lukis-ahhh bahkan Eren tidak mampu menyebutnya sebagai lukisan. Karena apa?  Ya Ampun, itu bahkan hanya sebuah coretan penuh warna abstrak yang tidak jelas apa bentuknya. Sebenarnya Eren berpikiran mungkin aliran dari lukisan Senpainya ini adalah Abstraksionisme, tapi ketika ia melihat sepasang mata yang  digambar diujung dengan ukuran yang tidak sinkron ditambah dengan efek moe-moe seperti anime. Kalian tahu? mata besar hampir memenuhi separuh wajah dengan efek cahaya yang terlalu berlebihan.

"Senpai, apakah ini seekor burung?" tanyanya skeptis.

Mendengar pertanyaan Eren sebuah cahaya harapan terpancar dari tubuh Isabelle dan ia langsung menjawabnya dengan semangat.

"Bukan sekedar burung Eren! Itu adalah seekor Blue Bird yang terkenal dari pedalaman hutan Amazon. Kau pasti tau Blue difilm Rio itu kan???  Nah aku menggambarnya lengkap dengan istri dan anak-anaknya". Isabelle mendekati Eren dan dengan semangat menunjuk gambar sambil mempresentasikan hasil dari jerih payahnya itu.

"Ini adalah Blue," ia menunjuk gambar yang paling besar.

"Dan disampinnya adalah istrinya," tunjuknya lagi.

"Dan mereka ini adalah anak-anaknya, Bayi Blue Bird yang lucu. Kau tahu?? Ini anak pertama, anak kedua, anak ketiga, dan anak keempat". Jelasnya ceria.

Yang dimata Eren, apa yang Isabelle sebut anak itu adalah sebuah gumpalan bola biru abstrak dengan mata besar yang terlihat kosong.

Dan satu lagi, si anak ketiga atau keempat itu tadi memiliki mata juling. 'Hahhh yaampun'

"Tu...tunggu Isabelle senpai,  Kenapa Si Blue ini warnanya bukan Biru?" tanya Eren sambil menunjuk gambar Blue yang memiliki sayap serupa Grim Raper.

"Ohh ini, aku salah mencelupkan kuasku, Kau tahu?? warna biru tua dan hitam itu kelihatan sama. Tapi sudah terlanjur aku menggunakannya, Ya sudah kulanjutkan saja. Dan lihat bukankah ini terlihat lebih keren?? Ini jadi mengigatkanku pada Shinnigami di Death Note. Jadi aku menambahkan sebutir apel disini". 

Katanya lagi sambil menunjuk bundaran merah diujung yang Eren sebelumnya mengira itu adalah bulan merah di Mugen Tsukuyomi, dan ternyata sebuah apel?

"Hahhhhhh.... " Eren menghela nafas lelah, dan ia yakin bahwa semua tumpukan kanvas itu juga sama isinya dengan kanvas yang ia pegang.







'Pantas saja Levi senpai menyebut ini tumpukan sampah'

batinnya







-0-


Masih diruangan klub lukis, Eren kini sedang duduk sambil menelungkupkan kepala diatas kedua tangannya yang terlipat diatas meja. Dan Isabelle sibuk bermain dengan ponselnya.

" Isabelle senpai..."

" Huum?"  jawab Isabelle tanpa melepaskan pandangan dari game diponselnya.

" Etto... jika Senpai tidak bisa melukis-"

" Stop! bukanya tidak bisa. Hanya saja lukisan ku tidak memenuhi standar estetika, itu saja." Potong Isabelle.

" Yaa... maksutku itu.  Lalu senpai, siapa yang melukis lukisan didinding itu?" Tanya Eren sambil menunjuk lukisan-lukisan yang tertempel rapi mengelilingi dinding ruangan.

" Lihatlah, aku bahkan baru pertama kalinya melihat lukisan seindah ini. Entah kenapa setiap melihatnya hatiku merasa tertarik oleh lukisan itu dan membuatku untuk terus-terusan memperhatikannya."

Jelas Eren sambil menegakkan tubuhnya, mata hijaunya berbinar-binar.

" Aku yakin, siapapun pelukisnya dia pasti adalah orang yang sangat berdedikasi tinggi untuk lukisannya, Dan ahhh kurasa dimasa sekarang sulit menemukan orang seperti itu."

Isabelle hanya mematung mendengar penjelasan jujur Eren, ia bahkan memgabaikan game yang ada ditangannya. Kedua maniknya bergulir menatap salah satu lukisan.

" Yaa... Kau benar Eren, 'dia' memanglah orang yang seperti itu."  nada sedih terdengar dari penjelasan Isabelle

" Ketika aku berpikir, Apa bagusnya melukis yang membuang-buang waktu itu? dia bahkan tidak marah dengan kata-kataku yang menghina apa yang dia sukai, dan bahkan mengajariku memahami setiap torehan yang ia lakukan. Huhhhh dia benar-benar orang yang baik, kurasa."

" Ummm...Senpai, sebenarnya siapa yang senpai maksut? "


" Dia dulunya adalah ketua klub ini Eren. Namanya..."











Siapa hayooo? yg jelas bukan gua:)

tbc

💜







zukünftiges BuchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang