Bukan mamang garox, mamang golok, apalagi mamang garong. Tapi dia adalah
"Ket..Ketua OSIS"
Yaa mamang Levi, yang kini menatap datar kehadiran dua makhluk ucul yang berdiri mematung diambang pintu. Yang satu rambutnya bob menyerupai jamur pirang, dan satu lagi bocah kelewat tinggi dengan rambut serupa brownis coklat terang. Dan yaa keduanya dengan ekspresi speechless minta disleding.
"Cepat masuk atau kutendang bokong kalian pergi bocah"
Dan Levi, orang yang terkenal akan urat kesabaran yang sependek tubuhnya.
'Jangan masuk Eren, Jangan masuk Eren, Jangan masuk Eren, atau kau akan berada dalam bahaya...'
Yahhh walaupun dalam hati Eren terus menolak masuk, mau bagaimana lagi. Sudah kepalang tanggung, dan dia juga ngga bakal mau kalau bokongnya berakhir disleding oleh Senpai berdada batu a.k.a Ketua OSIS nya ini.
Akhirnya dengan langkah yang diseret ragu, mereka berdua memasuki ruangan klub melukis.
-0-
Ekspektasi Eren terpatahkan sepenuhnya. Karena kejadian tadi, ia mengira kalau ruangan ini akan sebelas dua belas dengan ruang penyekapan, yang membuatnya ragu untuk memasukinya. Dan ditambah fakta dari Armin yang mengatakan kalau klub lukis ini hampir bubar karena kekurangan anggota. Jadi Eren membayangkan ruangan kecil dengan suasana yang suram, banyak lukisan tergeletak tak terawat, dan debu yang menumpuk disetiap sudut. Bahkan karena pemikiran seperti itu Eren sudah merencanakan untuk melakukan bersih-bersih total pada ruangan yang kelak akan ia gunakan untuk menghabiskan waktu sepulang sekolah dan melukis dengan santai nya.
Tapi semua itu salah, kenyataanya adalah ruangan yang Eren dan Armin masuki itu benar-benar menyerupai gallery seorang seniman terkenal. Lampu gantung ditata dengan kecerahan sedemikian rupa agar nyaman untuk melukis, lalu kanvas-kanvas dengan lukisan yang menyegarkan mata dipasang didinding secara simetris, disetiap sudut ruangan terdapat vas bunga yang menambah kesan segar, lalu tidak lupa dua lemari besar yang Eren tebak sebagai tempat untuk menyimpan kanvas kosong dan alat lukis lainnya, dan disampingnya meja panjang tempat dimana patung-patung unik yang menjadi objek lukisan tertata rapi.
Dan poin paling penting, tidak ada debu yang menempel sedikitpun seperti bayangan Eren sebelumnya. Jujur dia sedikit lega karena memikirkan rencana bersih-bersihnya tidak perlu terlaksana.
Eren berdecak kagum, ditambah dengan mata yang berbinar terpesona. Manik Emeraldnya menyapu seluruh sudut ruangan tanpa terkecuali. Dan menatap setiap lukisan yang dipanjang dengan intens. Saking intensnya ia bahkan tidak sadar kalau diperhatikan oleh manik jelaga yang menatapnya setajam elang sedari tadi. Bahkan saking seriusnya Eren juga tidak memperhatikan Temannya, Armin yang duduk dengan gugup disebelahnya.
"Ya aku juga tau kalau ruangan ini bagus, jadi berhentilah menatap seperti bocah dungu dan katakan apa tujuanmu kesini bocah."
Eren tersentak dari kegiatan terkagum-kagumnya itu lalu menoleh kesumber suara yang telah menginterupsinya. Disana duduk senpai berdada batu yang menatapnya datar dan membuat jantungnya doki-doki gelagapan.
"Ah, Ehmm Anoo..."
Eren menunduk menghadapi tatapan yang terlihat mengintimidasi.
"Ahhh Aniki ini bagaimana, bukan begitu cara memperlakukan seseorang, dan yak berhentilah menatapnya Aniki. Itu membuat bocah ini takut."
Kata seorang gadis dengan rambut merah bata diikat dua dan manik yang sekilas menyerupai miliknya.
Eren menatapnya penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
zukünftiges Buch
FanfictionTentang Eren, teman - teman segenknya, ZuBu si buku aneh nan sakti mandraguna, dan (tidak lupa) Si doi tentu saja.