• Klub Melukis (Mungkin) •

182 26 11
                                    

Bel pulang sekolah berbunyi, Siswa dan siswi serentak menghela nafas lega setelah seharian disibukkan dengan materi pelajaran yang tidak ada habisnya, tapi akhirnya usai juga. Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya Armin akan menemani Eren menuju ruangan klub lukis.

Yaa walaupun bocah pirang itu sebenarnya agak sibuk, tapi tak apalah dia dengan sukarela menemani Eren, si murid baru yang sudah resmi menjabat sebagai temannya.

Sebenarnya Armin juga sedikit takut, kan Eren ini murid baru kan ya, takutnya nanti dia kesasar atau kenapa napa. Bukannya pamer, tapi memang sekolahannya ini cukup luas. Kan kasihan kalo si Eren nantinya kebingungan muter-muter sekolahan seperti orang hilang. Sama seperti pertemuan pertama mereka dulu. Jadi ingat kan.

Back to story, Ruangan klub  lukis berada digedung satu lantai tiga. Jadi karena kelas Eren berada digedung yang sama, mereka hanya perlu naik kelantai tiga. Naik tangga btw bukan lift, jadi mau tidak mau Eren harus mengeluarkan kekuatan ekstra dan yaa capek tentunya. 

Lantai tiga ini memang merupakam tempat dimana ruangan- ruangan klub berada. Di lantai itu juga banyak ruangan dari klub lain. Seperti klub teater, klub memasak, klub jurnalisnya Armin, klub musik, klub menyanyi dan masih banyak lagi.Tapi jika kalian mencari ruangan klubnya Reiner jawabannya tidak ada, Karena khusus ruangan klub olahraga memiliki gedung sendiri yang letaknya dekat dengan lapangan.

Akhirnya setelah 5 menit naik tangga yang melelahkan mereka sampai didepan ruangan klub. Ruangan itu terletak diujung koridor sehingga jarang dilewati. Bahkan mungkin tidak pernah dilewati orang lain. Karena letaknya yang diujung, otomatis yang lewat cuma orang yang mau masuk klub itu saja.Karenanya dilihat sekali pun ruangan itu nampak sepi, mencerminkan isi didalamnya yang tak kalah sepi. Sama seperti hati Eren yang juga tak kalah sepi*pour Eren

Eren mengetuk pintu dua kali diikuti oleh ucapan permisi. Jangan salah, Walaupun tampang Eren itu gahar - gahar ganteng gimana gitu*katanya Eren sendiri dan suka cari mati*katanya Jean, tapi dia nggak lupa sama sopan santun yang selalu diajarkan Mama Carla sedari orok kok. Tata krama tetep harus dijunjung tinggi lahh katanya*Good boy

"Permisi,"

Tiba-tiba

"HEI-MPHHHFFF-"

GEDUBRAK!

BRUKK!

"MPPHHHHFFFHH-"

Suara - suara gaje terdengar dari dalam ruangan. Eren dan Armin berpandangan heran.

Mata Armin berbinar ketakutan plus penasaran,

'Kok aneh sih Ren, kita balik aja yuk'

'Udah nanggung Min, udah capek-capek naik tangga juga, masa ngga jadi masuk'

'Tapi Reenn, kayaknya didalam lagi ada aksi penganiayaan deh'

'Gapapa tenang, kan ada aku'

Kira - kira begitu isi telepati mereka kalau diterjemahkan kedalam bahasa manusia. Bagaimana tidak kalau dua bocah itu malah saling berpandangan gajelas, dengan muka Armin yang mengkerut dan menampilkan ekspresi takut, Sedangkan Eren yang melotot melotot tidak jelas. Untung ngga ada orang yang lihat, coba kalau ada, bisa dikira kesurupan kan mereka.

Lalu semenit berlalu tanpa jawaban, ruangan kembali hening seperti tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

"Kau yakin ini ruangannya Armin?"

"Tentu saja, memangnya sejak kapan klub lukis pindah tempat, aku tak pernah mendengar beritannya"

" Kita tidak salah masuk keruangan eksekusi mati kan" tanya Eren sangsi.

Eren kembali mengetuk pintu, kali ini ia teriak satu oktaf lebih tinggi.

TOK TOK TOK

"Permisiii..."

masih tak ada jawaban,

"Sepeda-Eh Sepadaaa maksudnya..."

tetap tak ada jawaban

"Good Morningg!!!"

tak ada jawaban lagi

TOK TOK TOK

"Apa ada orang didalam?!"

'Ini yang didalam pada budeq ato gimana sih, tadi berisik kok tiba-tiba pada diem'

tetap hening, dan Eren mulai triggered

TOK!! TOK!! TOK!!

"SAMLEKOMM!! ASTAGA GA DIBUKAIN, DAH LAH MIN, MLZ AKU. KITA PULANG SA-"

"Berisik Bocah, Cepetan masuk."

Dan tiba-tiba pintu terbuka dari dalam. Lebih tepatnya sengaja dibuka oleh sesosok makhluk,

Pasti kalian tahu siapa dia...



Tbc

Halo!

zukünftiges BuchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang