CHAPTER LANDO: Simfoni Birahi

20K 433 29
                                    


LANDO masih menikmati tuna sashimi roll di piringnya-dengan lamban. Bahkan tempura udang nyaris tak bergerak sama sekali. Lando memang tipe seorang penikmat tinggi, dia tak suka terburu-buru dalam melakukan sesuatu. Dia memilih menikmati setiap momen dengan keteraturan dan tanpa sedikit pun melewati tahapannya. Tentu saja termasuk dalam hal memacu birahi. Dia tak ingin kehilangan seni dalam bercinta hanya karena didesak nafsu belaka. Baginya bercinta itu adalah simfoni birahi yang membutuhkan kombinasi regangan dan tegangan, agar bisa menghasilkan kenikmatan yang indah dan tak akan terlupakan. Sifat inilah yang membuatnya sangat ahli dalam mempermainkan perasaan lawan bercintanya. Termasuk terhadap lelaki yang saat ini duduk di sampingnya. Lingga masih mengenakan handuk putih yang melilit di pinggangnya. Meski penisnya tak setegang tadi, tetap saja gundukan di selakangannya tak dapat ditutupi begitu saja oleh handuk yang tebal sekalipun.

Saat ini mereka menikmati makanan di mini bar di sudut kamar tempat mereka sempat memacu syahwat tadi. Sesekali Lando melirik ke arah Lingga. Makanan di hadapannya sudah ludes tak bersisa, termasuk berbagai jenis seafood yang sengaja disuguhkan Lando untuk semakin membangkitkan gairah mangsanya itu. Hanya segelas chardonnay yang tersisa setengahnya. Nampaknya lelaki ini mulai terbiasa dengan minuman beralkohol.

Lando menangkap kegelisahan pada gestur Lingga, dia mengira itu semata-mata karena ketidaksabaran dan rasa penasaran yang belum dituntaskan. Bukan lagi ketakutan atau kegugupan seperti yang sempat dihadirkan Lingga saat pertama kali memasuki kamar ini.

"Kamu masih lapar?" Lando bertanya di sela-sela kunyahannya. Dia sama sekali tak menyentuh sriracha sauce. Tak lucu rasanya jika rasa pedas akan tertinggal di lidahnya sementara dia masih ingin menikmati seluruh tubuh lelaki hot di sampingnya ini dengan lidahnya itu.

"Tidak. Aku sudah kenyang," jawab Lingga sambil mengusap peluh di dadanya.

Aksi kuli seksi itu membuat Lando sedikit kesal, harusnya lidahnya lah yang mengusap peluh itu. Tubuh Lingga yang bermandikan peluh setelah mengkonsumsi makanan berprotein tinggi memang lebih menggugah selera dibanding hidangan yang disantapnya sekarang. Keindahan tubuh Lingga semakin nyata terlihat dengan bulir-bulir keringat yang memenuhi seluruh tubuhnya. Lando membayangkan senikmat apa wangi dan rasa area selangkangan Lingga yang pastinya juga diserang peluh itu. Membayangkannya saja membuat penis Lando bergelinjangan.

Sebenarnya Lando sudah tak sabar untuk bisa menikmati tubuh berkeringat itu sedari tadi, namun dia terlalu mahir memasang poker face di wajahnya sehingga membuat Lingga menjadi bingung ke mana arah permainan ini akan dibawanya. Semakin Lingga bingung dan tak sabar, maka akan semakin panas permainan Lingga nanti, itulah yang dipikirkannya.

"Kamu mau punyaku?" Lando menawarkan sushi yang masih beberapa potong di piringnya, yang langsung dijawab dengan gelengan kepala oleh Lingga.

Wajah kusut Lingga membuat Lando gemas. Membuatnya ingin terus menggoda lelaki pemikat birahi ini, lagipula dia ingin agar Lingga yang terlebih dahulu mengemukakan hasratnya dan dengan sukarela menyerahkan tubuh menggiurkannya itu untuk dimangsa.

"Kalau kamu lelah, kamu boleh istirahat."

Perkataan Lando itu sukses membuat Lingga tercengang. Nampaknya dia tak mengharapkan kata itu keluar dari mulut Lando saat ini. Lando nampaknya benar-benar telah mengobrak-abrik segala hal yang ada di dirinya: hasrat, keinginan, perasaan, nalar dan tentu saja syahwatnya.

"Aku mau seperti yang kamu lakukan ke security sialan itu." Lingga seperti tak menyangka kalimat itu bisa keluar dari mulutnya begitu saja. Bukan karena menyebut Markus sebagai security sialan, bukan juga karena menyebut Lando dengan kata 'kamu' yang biasanya dengan sapaan hormat 'Pak' sebelum menyebut namanya. Tapi sepertinya Lingga sudah tak peduli, dia sudah terbakar oleh hasratnya sendiri, sudah tak memikirkan lagi bagaimana reaksi Lando yang akan diterimanya. Dia pun kini menatap tajam ke arah Lando dengan dada yang turun naik, menunggu keputusan sang Pembeli Tubuhnya.

L I N G G A - Kuli Jadi GigoloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang