CHAPTER BAGANTARA: Hukuman Kenikmatan 0.3

16.3K 504 163
                                    

Nyanyian persenggamaan Baga dan Lingga, tak ayal membuat Lando panas dingin. Ditambah wine putih yang beberapa kali diteguknya semakin membangkitkan libidonya. Itu membuatnya menyesal mengambil sebotol Chardonnay tadi.

Sebenarnya ini bukan persenggamaan pertama yang disaksikannya secara live. Sebelumnya, dia pernah membayar dua orang escorts profesional untuk melayani seorang sopir truk straight pengangkut batu agregat yang bekerja di tempat proyeknya dahulu. Dan juga pernah membayar dua orang securities yang bekerja di tempat berbeda untuk saling menjamah tubuh kekar masing-masing padahal keduanya sama-sama lelaki normal. Namun kedua live shows itu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan pergulatan nafsu yang disuguhkan Lingga dan Baga saat ini. Hal itulah yang membuatnya tak kuasa lagi menolak penisnya yang kian menyembul dan mengintip dari balik ban pinggang celana dalamnya.

Namun di sisi lain, dia kesal mendapati pejantan yang dipujanya akan mendapati perlakuan yang tak sesuai dengan imajinasinya. Baginya Lingga adalah pejantan dominan yang tak pantas didominasi. Dari dulu dia tak pernah mau bercinta dengan lelaki yang memiliki role bottom, bahkan dengan versatile sekalipun. Itulah sebabnya dia lebih cenderung mencari pejantan straight.

Lando marah pada Baga, karena berkeinginan membuat Lingga seperti itu. Tapi dia tetap berharap, Lingga akan menolak keinginan Baga itu. Dan jika perlu, dia tak keberatan bila Lingga menyerang Baga dengan pukulan ataupun tendangan. Membayangkan Lingga menjadi bottom membuatnya dilanda kecewa yang berat karena tak bisa kembali menikmati lelaki jantan itu.

Dia juga marah pada Baga yang tampak menikmati bermesraan dengan lelaki lain di hadapannya. Seingatnya, bahkan Baga tak seliar itu saat mencumbunya. Lingga memang seksi dan jantan yang mampu membuat pria gay manapun menjadi kesetanan, tapi tetap saja Lingga itu kan bukan pacarnya.

* * *

Baga menarik jarinya dari lubang anus Lingga dan menghentikan oralnya. Baga kemudian menindih tubuh kekar Lingga dan mulut mereka pun saling menjemput. Mereka kembali terlibat ciuman yang panas. Lingga mencengkeram baju seragam polisi Baga sambil menggeram lirih melampiaskan desakan birahinya yang sudah tak terbendung lagi.

Baga benar-benar penuh nafsu. Penisnya sudah sangat keras. Sambil terus memagut bibir kenyal Lingga, penisnya itu digesek-geseknya dengan penis Lingga yang juga tak kalah kerasnya. Baga bisa merasakan precum membanjir dari ujung penisnya mereka; terasa lengket di permukaan perutnya. Precum lengket itu semakin memberi kenikmatan pada pergesekan penis mereka.

Seluruh wajah Lingga mendapat serbuan mulut Baga yang rakus. Bibir tebalnya, pipi, cuping telinga, rahang kerasnya, dagu hingga ceruk di leher Lingga. Mulut Baga mencium, menjilat dan melumat semuanya itu yang membuat Lingga mengerang lirih. Sementara kedua tangan Baga asik meremas-remas sepasang dada gempal Lingga setelah sebelumnya sempat mengubel-ubel ketiaknya.

Lingga mengerang dan menggigit bibir bawah Baga, saat polisi itu memelintir dan mencubit kedua putingnya secara bersamaan. Gigitan itu membuat Baga semakin beringas melumat bibir tebal Lingga dan menarik-narik pentil Lingga yang sudah sangat melenting. Lingga tampak begitu terbuai oleh kenikmatan, tubuhnya hanya mampu mengejang sambil mencengkarm baju polisi Baga yang sudah basah oleh keringat. Napasnya menderu hebat menerpa wajah sang pemberi kenikmatan.

Baga merasa di atas angin. Ini peluangnya untuk menuntaskan keinginannya. Tanpa memberikan kesempatan Lingga untuk bernapas normal, Baga terus memberikan rangsangan dengan cumbuan yang dahsyat untuk mengalihkannya saat Baga berusaha mengangkat paha lelaki itu dengan perlahan dan tanpa kentara.

L I N G G A - Kuli Jadi GigoloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang