Warning!: Ada adegan straight. Yang alergi sama vagina, mungkin bisa waspada! Tapi tetap berusaha mendeskripsikan ketelanjangan lelakinya, kok. Jd aku rasa tetap aman buat para homo sejati.
——————————————————
“Semoga anda menikmati masa menginap anda,” ucap seorang resepsionis hotel dengan ramah sambil mengangsurkan cardlock di atas meja kerjanya, setelah dia menyebutkan letak dan nomor kamar hotel yang direservasi. Dia juga mengembalikan kartu kredit yang sempat dimintanya untuk proses deposit tadi.Jasim meraih kartu kreditnya terlebih dahulu untuk diletakkan kembali ke dalam dompet sambil matanya menyempatkan untuk menikmati melirik resepsionis tampan di hadapannya. Seragam berwarna pastel dengan corak batik di sekitar garis kancingnya membuat pegawai hotel itu semakin gagah dan menawan. Belum lagi, kerah shanghai seragam itu semakin mempertontonkan lehernya yang kokoh. Dia jadi membayangkan menyurukkan wajahnya ke leher itu.
“Apakah ada hal lain yang bisa saya bantu?” resepsionis tampan itu kembali bertanya dengan senyum yang memikat.
“Kapan sif kerjamu berakhir?” sambil meraih cardlock, Jasim bertanya dengan percaya diri dan tanpa sedikit pun ragu.
Yang ditanya malah tampak keheranan dan terlihat tak tahu harus menjawab apa. Sebenarnya sudah lama Jasim mengagumi resepsionis hotel ini, cuma belum pernah ada kesempatan untuk menggaetnya.
“Setelah sif kerjamu berakhir, saya mau kamu ke kamar saya, oke?!” tanpa memberi kesempatan resepsionis itu merespon, Jasim malah berbalik dan segera menuju ke kamar tempat dia akan menginap malam ini. Sempat dia melihat wajah resepsionis tampan tadi masih diselimuti kebingungan.
Jasim berjalan menyusuri lobi menuju pintu lift. “Wildan,” gumamnya sambil mengingat tulisan yang tertera pada name tag yang menempel di dada resepsionis tadi. “Ehm, nama yang gagah ... segagah orangnya.”
Setelah sampai di depan pintu lift, Jasim langsung mengetukkan cardlock pada kotak sensor yang berada di bawah tombol lift. Lampu sensor menjadi berwarna hijau dan beberapa saat setelahnya pintu lift pun terbuka. Dengan bergegas Jasim memasuki lift dan menekan tombol lantai tujuannya. Dan pintu lift pun kembali tertutup.
Di dalam lift, Jasim kembali mengingat, bagaimana saat mengantar istrinya ke bandara tadi siang, tiba-tiba dia mendapatkan pesan dari Markus, lelaki yang sempat membuatnya terangsang sekaligus kesal secara bersamaan. Tentu saja dia merasa excited saat membaca pesan itu yang berisi kesanggupan Markus untuk menjadi bottom baginya. Dan bertambah excited lagi saat Markus menyampaikan ada pria jantan lain yang siap menyerahkan lubang analnya untuk disodomi. Membayangkan menyodomi Markus saja sudah membuatnya dilanda birahi tak karuan, apalagi kalau sampai harus menghabiskan semalam suntuk untuk menikmati dua lelaki maskulin secara bersamaan. Jasim benar-benar tak sabar menunggu itu tiba. Dia kemudian merogoh saku celana untuk mengeluarkan ponselnya. Membuka galeri untuk melihat kembali foto lelaki telanjang yang dikirimkan Markus padanya.
Ugghh ... aku nggak sabar ngentoti kamu, sayang.
Jasim terkesima pada ketelanjangan lelaki pada layar ponselnya. Sepasang dada kembar yang luar biasa montok membuatnya tak sabar menjamah dan melumatnya. Saat dia menggeser gambar berikutnya, penisnya langsung berdenyut tak karuan melihat lelaki di dalam foto menungging ke arah kamera memamerkan lubang sempit dengan kerutan cincin anal kehitaman yang diapit dua bongkahan bokong yang besar.
Ugh! Aku nggak sabar jilat memek-mu.
Ting!
Pintu Lift secara otomatis terbuka. Jasim kembali mengantongi ponselnya sebelum dia melangkah keluar dan mencari nomor kamar yang disewanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L I N G G A - Kuli Jadi Gigolo
Random⚠️ Warning: 21+ content. Apa jadinya jika seorang kuli bangunan yang straight terpaksa menjadi seorang gigolo bagi para pria penyuka sesama jenis demi memenuhi tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga? Lantas pria-pria seperti apa saja yang aka...