CHAPTER JASIM: Pejantan Tangguh 0.3

5.6K 160 56
                                    

Dewi hanya sempat beristirahat beberapa menit sebelum Barin mengambil giliran untuk mencicipi vaginanya. Bahkan ini sudah nyaris setengah jam Barin menindihnya dengan gaya konvensional tanpa lelah sama sekali. Pinggul Barin bergerak maju mundur dengan cepat dan menghentak begitu kuat, seolah batang penis hitam legam itu sedang menumbuk-numbuk liang senggamanya. Gairah Dewi yang mulai pulih juga ikut menyeimbangkan irama goyangan Barin sambil satu tangannya memegang dan meremas-remas lengan Barin yang berotot. Terkadang dia juga meletakkan telapak tangannya pada gumpalan daging montok di dada Barin yang begitu liat untuk kemudian diremas-remasnya dengan gemas.

Karim yang berada di sebelah Dewi melumat bibir mungil Dewi yang mengap-mengap untuk meredam desahannya. Tangan hitamnya yang kasar masih setia menjamah tubuh mulus Dewi yang sudah berlapis keringat. Di sisi lain Dewi, Kesang yang masih bertelanjang dengan keringat yang masih belum surut, hanya terbaring lelah menyaksikan. Kali ini dia tak mengambil bagian karena tampak masih begitu kelelahan, meski begitu tangannya tetap mengurut-urut batang kemaluannya agar bisa bangkit kembali. Sepertinya dia masih ingin mendapat giliran lagi.

Barin sekarang merubah posisi. Dia berbaring di atas dipan sementara Dewi menduduki selangkangannya. Perempuan binal itu menaikturunkan pinggulnya dengan gencar di atas penis Barin. Payudaranya pun ikut terayun-ayun seiring gerakannya. Pemandangan itu membuat Karim beringsut mendekatinya dan seperti kelaparan langsung melahapnya, mulutnya menangkap payudara yang kanan dan mengenyut-ngenyutnya, sementara jemari tangannya bergerilya menyusuri lekuk-lekuk tubuh yang indah itu. Keringat sudah bercucuran membasahi tubuh Dewi yang sudah bekerja keras memompa batang penis Barin.

“Ahhhhhh ... ughhhh ... ehhmm ...,” desahan terdengar di bibir mungil Dewi di antara kenikmatan-kenikmatan yang diterimanya secara bersamaan.

Desahan nikmat Dewi itu memacu Karim untuk terus menggerayangi tubuh sintal Dewi sambil menghujani leher, telinga, dan payudaranya dengan ciuman dan jilatan. Sekarang dia sedang mengulum daun telinga Dewi dan tangannya meremas payudaranya. Tentu saja puting Dewi sudah sangat keras melenting karena dari tadi terus dipelitir dan ditarik-tarik. Dewi sendiri hanya bisa mendesah dan mengerang-ngerang nikmat sambil terus menaik turunkan tubuhnya di atas penis Barin.

Karim manarik wajah Dewi ke samping untuk bisa melumat bibirnya dengan rakus. Dan entah kenapa, Barin semakin bernafsu menyaksikan Dewi dan Karim yang saling beradu mulut dan lidah dalam satu dekapan. Ciuman mereka begitu panas dan menggairahkan. Selama ini, dia memang tak pernah bercinta dengan beberapa orang sekaligus. Tak pernah dia bersetubuh sambil melihat lelaki lain bercumbu dengan wanita yang digagahinya. Dan ternyata melakukan itu sungguh memberikan sensasi lain. Ada perasaan lain yang meronta-ronta. Gairah yang semakin melonjak-lonjak di dalam dirinya, membuat dia begitu bersemangat menghajar selangkangan Dewi dengan pentungan kemaluannya.

“Uggh, mimpi apa aku, bisa ciuman sama cewek cantik?” racau Karim di sela-sela cumbuannya. “Ehmmm ... enak banget bibirnya. Uh, teteknya juga enak banget diremas-remas.”

“Ehhm,” Dewi sendiri tak mau kalah membalas cumbuan Karim dengan menyedot bibir Karim atau menjulurkan lidahnya untuk menjilatinya. Tangan Dewi pun tak mau ketinggalan menjamah kulit hitam Karim yang tampak kasar. Jari-jari halus itu meremas-remas pahatan-pahatan otot Karim yang bertonjolan: di otot perut, lengan dan juga otot dadanya yang dihiasi bulu-bulu halus. Tak ketinggalan Dewi meremas dan mengurut-urut batang penis Karim yang kepalanya terlihat lebih besar di banding milik rekannya yang lain. Dewi juga meremas-remas buah zakarnya yang menggelantung kendor. Sambil melakukan itu semua Dewi dan Karim tetap saling melumat bibir satu sama lain.

Menyaksikan percumbuan Karim dan Dewi yang kian panas, Barin menegakkan tubuhnya untuk bisa ikut mencumbu wajah cantik Dewi. Dia meremas pantat Dewi dan menaik turunkannya sehingga batang penis Barin tetap keluar masuk di dalam lubang senggama Dewi. Sambil ikut mengoyang-goyangkan pinggulnya, Barin menciumi pipi Dewi, sementara Dewi sendiri masih asik berciuman basah dengan Karim. Tiba-tiba Dewi menoleh dan menyambar mulut Barin untuk dilumatnya. Barin yang sudah dibakar nafsu birahi pun langsung membalasnya, tak peduli lagi kalau bibir Dewi belepotan air liur, entah itu air liurnya sendiri atau air liur Karim yang tertinggal. Barin tak peduli, dia kadung bergairah. Apalagi ciuman Dewi begitu menuntut hingga sayang dilewatkan.

L I N G G A - Kuli Jadi GigoloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang