¹⁰• 𝑖𝑦𝑎....𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑚𝑎𝑚𝑎

3.3K 485 60
                                    




-Happy reading 🍁
-sorry for typo(s)

🍑

Pulang sekolah, Aban tidak langsung pulang kerumahnya pasalnya dia harus masuk rumah tetangga dulu, untuk mengantarkan Tas juga sepeda milik anak tetangga.

"Loh, Aban. Kenapa, nak?"

Aban meringis kecil saat Bunda dari Ikbal keluar, Aban akui Bunda Ikbal memang sangat cantik, bahkan hanya dengan memakai daster rumahan seperti sekarang.

"Ini Tante, anterin tas sama sepeda, Ael"

"Ohh iyaa terimakasih ya Aban, terus Aelnya dimana, sayang?"

"Tadi pergi sama Om Aji, Mmm Tan.."

"Iya, ada apa?"

Aban tampak ragu-ragu ingin berbicara, takut Bunda dari sahabatnya itu tersinggung, "Maaf ya Tante, bukannya Aban ikut campur, tapi, Aban minta tolong jagain Ael dari Papanya"

Melihat senyum Bunda Ikbal terlihat memudar, Aban menggaruk tengkuknya, buru-buru menyalimi tangan Bunga, setelah meletakkan sepeda di pekarangan rumah juga memberikan tas Ikbal kepada bundanya, "Aban permisi dulu ya Tan, Assalamualaikum"

"Eh iya, Waalaikumsalam, makasih ya sekali lagi, Aban"

"Iya Tante, sama-sama"

...

Alasan kenapa hanya dirinya yang mengantarkan tas juga sepeda Ikbal adalah, karena Akmal yang biasa bersamanya dan Ikbal, harus pulang tepat waktu. Aban hafal, pasti jika siangnya ada ulangan atau pengambilan nilai, pasti pulang sekolah anak itu akan di sidang oleh Papa atau Mamanya.

Walaupun terlihat begitu menuntut, tapi dimata Aban tindakan orang tua Akmal adalah bentuk peduli yang salah, tapi garis besarnya adalah sebuah kepedulian, Akmal harus lebih bersyukur karena masih ada yang mau peduli, tidak seperti dirinya yang hari ini sudah makan atau belum pun kedua orang tuanya tak ada yang perduli.

Jika sudah melihat anaknya masih ada dan bernafas, ya sudah, urusan lainnya seperti bukan urusan mereka.

Aban menuntun sepedanya untuk pulang, terlihat enggan tapi perut berkata lain, ingin segera pulang dan memakan masakan Mama, ahh cuci piring dulu maksudnya, baru bisa makan.

Saat dirinya hendak menutup pintu gerbang, terlihat mobil Mama Athar melaju didepan rumahnya, yang artinya Mama dari sahabatnya itu sudah pulang dari bekerja.

"Siap-siap kamar gua jadi penampungan anak capung" gumamnya terkekeh miris dan membuka pintu gerbang rumahnya.

...

"Asalamualaikum Mamanya Aban" salamnya dengan ceria, walau hanya lirikan juga jawaban sangat lirih yang ia dapat Aban tetap tersenyum.

"Waalaikumsalam"

Aban menghampiri sang Mama kemudian mencium tangannya, "hari ini Aban dapet nilai hampir sempurna Mah, padahal Aban ngerjainnya agak asal-asalan karena males sama gurunya, Mama seneng ga Aban dapet nilai bagus?"

Selalunya dirinya yang memulai cerita, karena menunggu ditanya Aban lelah, dan mungkin nanti dia akan lupa kejadian yang ia alami hari ini.

"Iya, Alhamdulilah berarti, udah sana itu cuci piring dulu, Mama mau pergi kerja"

Masih dengan senyumnya, Aban mengangguk, "iya Mah" namun setelah dirinya berbalik membelakangi Mama raut sendu dan helaan nafas sangat lirih Aban keluarkan.

Maya tampak melirik kembali sang putra, ada sedikit rasa bersalah saat mengingat dirinya tak mendengarkan cerita sang putra tadi.

"Sayang" panggilnya pada akhirnya

[8] Parenting || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang