¹¹•𝑠𝑎𝑚𝑎 𝑚𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 𝑘𝑜𝑘 𝑐𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑔

2.9K 507 63
                                    





-Happy reading 🍁
-sorry for typo(s)

🍑

Saat sinar matahari berusaha membuat netranya terbuka, Abim tak ingin menundanya seperti hari biasanya, lantas anak itu mendudukan dirinya, kemudian melirik adiknya yang masih terlelap di sebelahnya.

Dulu, dia akan semangat sekali bangun pagi hari hanya untuk melihat bayi kecil yang terbungkus selimut, kata Bunda dulu bayi itu adalah adiknya, dan Abim sangat senang mempunyai Adik.

Dan beberapa tahun belakangan, dia tidak bisa melihat wajah si adik, dan hari ini ketika dia melihatnya, wajah halus yang dulu membuatnya gemas, kini tidak lagi sama, banyak gurat sedih dan lelah disana, juga bekas lebam yang terlihat memudar.

"Dek, sekolah nggak? Udah jam setengah tujuh"

Abim kembali diam, memerhatikan Ikbal yang terlihat sedang mengulet. Terakhir dia melihat adiknya adalah saat si adik masih menggunakan seragam merah putih, waktu itu Ikbal berada di tingkat akhir sekolah dasar, sekarang adiknya sudah menginjak masa putih abunya.

Saat dulu dia sampai di Jogja ditempat kakek nenek, Abim langsung mendapat telefon dari Bunda katanya adiknya nangis kejer waktu tau temen mainnya pergi. Kalo menurut Abim, dari Ael kecil adiknya itu terlihat sangat ketergantungan sama dia, apa-apa sama Mas Abim, bahkan sampai Papa dan Bunda bingung harus gimana untuk mengambil kembali perhatian si putra.

"Sekolah nggak?" tanyanya lagi saat Ikbal menatapnya dengan mata sayunya.

"Kalo nggak sekolah bisa nggak si, Mas? badan Ael sakit-sakit banget, Ael nggak becanda, beneran sakit"

Abim lama menjawab, untuk beberapa saat dirinya menatap lekat manik sayu adiknya, "kalo mas bilang gapapa kalo kamu ngga sekolah dulu tapi mas suruh kamu pulang, gimana?"

"Mas—"

"Ael, Bunda gimana? Kamu nggak mikirin, gimana khawatirnya Bunda kalo tau anaknya tiba-tiba ngilang, ga pulang semaleman? Walaupun kadang sikap Bunda sering pilih kasih antara Kamu sama Aren, tapi Bunda tetep Bunda-mu Dek, yang bakal khawatir setengah mati kalo anaknya ga pulang kerumah, ga ngasih kabar lagi dimana dan sama siapa"

"Tapi Ael makan dulu yaa, Mas mau kasih Ael makan kan? Ael takut Bunda kelupaan lagi sisain makan buat Ael, Ael udah laper banget soalnya Mas" ucapnya setelah menghela nafas berat

Abim mengangguk, lantas mengusak surai si adik.

"Pasti Mas kasih, Mas ga setega itu biarin kamu pergi tanpa makan dulu, Dek"

Abim berdiri bersiap untuk ke bawah, menyiapkan makan untuk adik, dan teman-temannya yang masih menginap, mereka tidur di sofa juga karpet ruang tengah.

"Cuci muka sana, terus keluar, Mas buatin makan, sama bangunin pembantu dulu"

Ael terkekeh, pagi itu Abim melihat kembali kekehan gemas dari adiknya, hanya karena sebuah candaan garing yang ia buat yang sejatinya ia tak berniat bercanda.

"Temen lu itu Mas, dikata pembantu kasian amat"

"Mereka emang pembantuable, jadi halal aja si dikatain gitu, yaudah gih cepet bangun, cuci muka"

"Iya Mas"

"Iya Mas"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[8] Parenting || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang