⁷• 𝑠𝑒𝑟𝑒𝑙𝑎𝑐

3.1K 519 47
                                    




-Happy reading 🍁
-sorry for typo(s)


🍑

Dalam pikiran Adhi, mendidik anak sulung untuk menjadi mandiri ialah dengan caranya, dengan tak terlalu memanjakannya, dan memberikan tugas-tugas kecil yang mampu membuat mereka merasa memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikannya. Jika dibaca sekilas memang ada benarnya.

Baginya, cara didiknya terhadap dua putranya sudah sama rata, mendidik Farel layaknya mendidik seorang sulung, dan mendidik Leon layaknya mendidik bungsu.

Tapi masalahnya, bagi Farel, dia taunya dia sama-sama seorang putra, yang terkadang ingin merasakan bagaimana sang papa memanjakan adiknya, bagaimana hubungan mereka terlihat layaknya ayah dan putra.

Papa tidak begitu dengannya, disini setelah Leon datang, dia hanya dianggap sulung yang harus dan wajib menjaga adik. Papa jarang ingat jika dia juga wajib ada sebagai sosok seorang ayah untuk Farel.

Papa pernah bilang—

‘Kan masih ada Farel kenapa Papa harus nyuruh Leon, Farel kan kakak, ya ga pa-pa dong ngalah sama adeknya’

Basi.

..

Sore itu, Farel bangun, setelah tidur karena kelelahan sepulang sekolah tadi.

Baru saja dia mendudukkan dirinya dan meregangkan otot-otot tubuhnya, suara Papa dari lantai bawah mengagetkannya.

"Farel!!"

Farel berdecak, tanpa menjawab langsung bangkit dan berjalan keluar kamar untuk menghampiri sang Papa dibawah.

"Kenapa lagi?" Tanyanya saat sudah berada di lantai bawah, tepatnya di hadapan sang Papa

"Kenapa Papa panggil ga jawab"

Farel mengerling, "yang penting kan Farel nyamperin, ada apa?"

"Beliin papa rokok di warung depan"

Farel melirik Leon yang sedang asik tiduran di karpet sembari bermain ponsel, kemudian kembali menatap sang Papa, "Papa ga mau nyuruh Leo aja?"

"Leo cape abis pulang les, mas aja yaa" celetuk Leo cepat

Adhi menatap si sulung, "tuh denger kan, gih udh kamu aja sana" ujarnya, seraya menyodorkan uang

Menghela nafas lirih, Farel menerima uang dari sang Papa, kemudian dengan begitu saja keluar dari rumah, mengambil sepedanya di garasi dan mengayuhnya untuk membeli pesanan sang Papa.

..

Raut kesalnya saat tadi di suruh Papa berubah dengan senyum tipis saat angin sore menyapa wajahnya, kakinya mengayuh sepeda dengan santai, toh tadi Papa juga ga nyuruh buat buru-buru kan.

"Tinn tinn kiww cowo, mau kemana euy teu ngajak-ngajak maneh teh"

Suasana damai yang baru saja di rasakannya seketika memudar saat tiba-tiba sepeda dengan merk yang sama seperti miliknya tiba-tiba berjalan di sebelahnya, seseorang mengemudi dan satu lagi berdiri di boncengan belakang.

"Babi" umpatnya

Yang menegur tadi terkekeh, mereka Aban dan Ikbal, Aban menyetir dan Ikbal membonceng di belakang, tangan yang tak berpegangan di bahu Aban ia gunakan untuk memegangi plastik berisi ice marimas jeruknya yang sedang ia minum.

"Mau kemana cil" tanya Ikbal

"Cal cil cal cil lu kira gua kancil, gua Farel"

"Oke, mau kemana Rel"

[8] Parenting || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang