²⁷• 𝑠𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑢

2.6K 487 60
                                    




-Happy reading 🍁
-sorry for typo(s)


🍑

Mereka memang tidak terlalu suka berada di rumahnya sendiri, namun untuk tiba-tiba keluar dan hidup di lingkungan yang baru, untuk mereka sedikit tidak nyaman, mungkin karena belum terbiasa

Dini hari di saat semua orang sudah terlelap, Farel terbangun, menyibak selimut yang ia gunakan bersama dengan Riki. Putra Adhi itu melirik teman-temannya, terlihat nyenyak dalam lelap, namun Farel tau, tidak ada yang benar-benar terlelap di kamar itu.

Menghembuskan nafasnya, Farel menyenderkan punggungnya pada dinding di belakangnya, menatap kosong pada layar lebar televisi yang mati, "adek gua lagi ngapain ya, Mama juga. El, lu nggak kangen Aren?"

"Hmm, kaga" jawab Ikbal, dengan suara purau, seraya menarik selimut sebatas leher

"El"

"Hmm"

"you good?"

"Ya"

Sekarang Akmal pun ikut bangun, dan semuanya pun akhirnya bangun dengan netra memicing, menatap Farel dan Ikbal bergantian. Hanya Ikbal yang masih asik bergelung di bawah selimutnya

Masih dengan mata terpejam, Aban menyentuh kening Ikbal, kemudian masih dengan mata terpejam pula kepalanya mengangguk beberapa kali

"Kalah, siktin yer oled kalah sama cuaca" gumamnya tak jelas

"Apa si dodol, jangan bikin emosi" celetuk Riki, menguap lebar seraya berdiri untuk mengambil air minum di meja dekat pintu

"Ambilin Rik, haus tak tertolong" ujar Athar, meminta Riki mengambilkannya air minum

Karena Riki sudah berpindah, Akmal menggeser duduknya mendekat pada Ikbal, ikut memeriksa kening sang sahabat seperti yang di lakukan Aban, "pusing nggak, El? Gua panggilin Eyang Uti aja kali ya?"

"Kaga usah, AC nya nyalain aja, gua panas"

"Kemasukan jin iprit kali lo El"

Ikbal mengangguki celetukan Athar, "mungkin, besok gua harus ke dukun"

"Ngadi-ngadi, bocah setan. Nge-game aja nyok, disini ada ps kan El?"

Ikbal menendang selimutnya dan mendudukkan diri dengan semangat, "ada, tapi di kamar Eyang, disini kalo malem ngga di bolehin menyemenye berisik, ganggu tetangga"

"Menyemenye gimana anjir, main game oon bukan menyemenye" dengan santainya Farel menempeleng kepala Ikbal

"ish anjir lieur sirah aing, maksud gua tuh lu pada kalo main game kaga mungkin ntu mulut bebas dari hadas dan najis, nanti kelepasan ngumpat, ga enak sama yang denger, disini banyak pekerja, yang jaga malam juga ada, kalo mereka denger ga enak, disangka anak ga bener, ngga sopan juga malem-malem berisik" ujarnya, sembari memegangi kepalanya yang serasa berputar

Semuanya mengangguk dengan fokusnya penuh pada cucu kesayangan Agung dan Yumna, yang berbicara dengan nafas terengah seakan baru saja berlari jauh

Farel menepuk-nepuk pelan punggung Ikbal, "iya iya, kita ngerti, santai aja ngga ada yang ngejar ini El, santai bro" ujarnya

Ikbal mengusak kasar rambutnya, menatap Farel frustasi, tiba-tiba nafasnya tak teratur, membuatnya kesal sendiri "aish, g-gua ambil dulu pspnya"

...

Enam belas tahun katanya, umurnya bukan lagi satu, dua, atau sepuluh, dia bilang dia sudah enam belas sekarang, tapi enam belas bukan berarti dia bisa kuat menahan sakit sendiri.

[8] Parenting || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang