³⁰• 𝑣𝑒𝑟𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 𝑑𝑖𝑟𝑖𝑚𝑢

3K 524 107
                                    






-Happy reading 🍁
-sorry for typo(s)




🍑

"Kalian bisa tenang? saya ndak nyuruh kalian datang malam ini, saya bilang saya akan bicarakan dulu dengan anaknya. Jangan egois, anak-anak butuh waktu"

Sore menjelang malam hari itu, Agung juga Yumna di kejutkan oleh kedatangan orang-orang dari Jakarta, yang salah satunya adalah anak juga menantunya sendiri, lengkap dengan cucunya

"Bapak, tapi Ael anakku loh. Bapak seharusnya ndak berhak sembunyikan anakku begitu, jangan mentang-mentang dia cucu bapak"

Agung terkekeh mendengar penuturan sang putra, padahal memang tidak ada yang lucu, tapi mendengarnya, rasanya Agung ingin saja tertawa

"Mari duduk, biar mbak buatkan teh hangat dulu, pasti lelah kan sudah jauh-jauh dari Jakarta ke rumah. Aji juga, apa ndak kangen rumah kamu, nang?" ujarnya, seraya mendudukkan dirinya terlebih dahulu bersama para bunda, meninggalkan enam pria dewasa lain yang masih keras kepala tak mau duduk

Sementara Mbak yang di maksud langsung pergi ke dapur, meninggalkan juga keributan yang beberapa menit lalu terjadi.

"Bapak" sapa Bunga, menyalami mertuanya, "bapak sehat?" Tanyanya

"Alhamdulillah sehat nduk, dari Jakarta jam berapa kalian?" Tanya Agung

"Sekitar habis Ashar pak. Waktu Aren bilang Ael disini, mas Aji langsung konfirmasi kan ke rumah, dan nggak lama setelah itu mereka mau langsung saja datang" jelasnya

Agung mengangguk paham, begitu juga dengan Yumna yang sekarang sudah duduk memeluk cucu kecilnya.

Di pelukan sang nenek, Aren tersenyum tipis, mendongak menatap wanita paruh baya yang menjadi favoritnya setelah bunda, "mas Ael ada, Uti? Aren mau ketemu, Aren kangen" cicitnya

Yumna pun membalas senyumnya, menyibak surai sang cucu sebelum menjawab, "ada, nanti ya, mas lagi pergi keluar sama Ajis"

Mengangguk mengerti, Aren melepas pelukannya pada Uti, beralih pada Abim yang duduk di sebelahnya persis, "ayo ke kamar kita mas Abim, kita tunggu mas Ael di sana" ujarnya

"Sana kamu sama Leon aja, mas tunggu disini"

Abim awalnya memang hendak menunggu adiknya bersama papa dan bunda saja, namun tatapan juga senyuman yang di tujukan padanya dari Uti, membuatnya menghela nafas kecil, dan pada akhirnya beranjak dari sana, menggandeng tangan adiknya untuk meninggalkan ruang tengah

"Ayo cas, leon" ajaknya pada Lucas juga Leon, yang tanpa protes sedikitpun langsung mengikuti

.

Sekepergian anak-anak, Agung tersenyum kecil, saat melirik enam laki-laki dewasa yang masih enggan bergabung

"Duduk cah bagus, kalian teriak-teriak panggil anaknya juga ndak ada guna. Uti sudah bilang kan, anak-anak sedang keluar" ujar Eyang

"Bapak——"

"Ajishaka, bapak minta kamu duduk, bapak ndak minta apa-apa, bapak minta kamu duduk di sini, kita bicarakan perihal anakmu. Susah sekali ya nang, sabar sebentar susah sekali?"

Aji menghela nafas, pada akhirnya pun egonya akan kalah jika sudah berhadapan dengan bapak.

Kini ruang tamu luas rumah Eyang ramai, duduk masing-masing pasangan suami istri yang datang dengan tujuan yang sama

"Bagaimana? Capek ndak ngurusin versi kecil dari dirimu? Kalian, yang dulunya orang-orang panggil anak kecil, sekarang sudah jadi bapak dan punya anak kecil, bagaimana?"

[8] Parenting || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang