³⁴• 𝐴𝑏𝑎𝑛𝑢 𝑅𝑒𝑠𝑡𝑢 𝑆𝑎𝑔𝑎𝑟𝑎

2.4K 465 57
                                    



-Happy reading 🍁
-sorry for typo(s)


🍑

Ia kira, dia terlahir untuk menjadi matahari, untuk menjadi cerah sepanjang waktu, untuk menjadi terang sepanjang waktu, nyatanya dia keliru, matahari pun akan redup kala gulita datang lepas senja dan saat waktu itu tiba, Abanu Restu Sagara menjadi matahari yang redup, matahari kecil yang kehilangan sinarnya

Abanu kecil terbiasa melangkah dengan kaki kecilnya sendiri, tak perduli seberapa jauh perjalanan, Abanu harus berusaha melangkah mandiri, hanya sesekali tangan dengan jemari kecil itu di genggam, agar tidak jatuh dan kembali luka

Si kecil pernah bertanya, saat kaki kecilnya hampir tidak bisa melangkah sangking lelahnya

"Papa, Abanu bisa di gendong juga kaya mas Lucas enggak? Kalau enggak Papa, Mama aja bisa? sebentar aja deh janji, Abanu cape sekali"

"Papa kan lagi gendong Mamas, Mama udah berat bawa tas. Abanu jalan aja sendiri, kan anak laki-laki, Abanu lagi sehat juga kan"

"Iya Papa, Abanu jalan sendiri lagi deh"

Waktu itu bocah berumur lima tahun itu hanya bisa mengangguk patuh, tersenyum dan melanjutkan langkahnya kembali, berusaha tidak jatuh dan akan merepotkan mama nanti

.....

• 2015

Abanu tidak terbiasa menyimpan dendam, sesering apapun ia mendapat perlakuan berbeda dari Papa atau Mama, Abanu tidak pernah dendam atau kesal, si kecil itu sudah terbiasa tersenyum bagaimanapun keadaan hatinya

"Aban, main yuk"

Minggu pagi di 2015, di saat teman-temannya pergi bermain setelah sarapan dan mandi pagi, si kecil Aban lain. Anak itu harus membantu banyak pekerjaan rumah Mama, menjemur baju, menyapu rumah, membereskan piring, dan banyak lagi

Paginya Aban kecil sudah lelah, bahkan sebelum dia beraktifitas lain layaknya anak-anak seumurannya. Aban kecil sudah lelah duluan sebelum pergi bermain bersama teman-teman

"Aku enggak bisa main, ini di suruh Mama jemur baju. Kalian main aja dulu, nanti Aku gabung kalo udah selesai" ujarnya, pada teman-temannya yang berdiri di depan rumahnya

"Mau kita bantu enggak Aban? Biar cepet"

Aban tersenyum atas tawaran Akmal, dan dirinya mengangguk mengiyakan, "boleh, sedikit aja ya tapi, nanti kalian cape"

"Aman, Aban. Kita bantu sampai selesai" timpal Riki

"Makasih ya"

Pekerjaan menjemur pakaian pagi itu, menjadi acara bermain tersendiri untuk Aban, di mana dia punya teman untuk merespon segala celoteh tidak jelasnya, lelahnya tidak lagi ada kala teman-temannya sudah tertawa karenanya

"Finish. Aban kalo cape istirahat aja ya. Kita mainnya besok-besok aja, Aku juga mau pulang, laper hehe"

Farel juga yang lainnya mengerucutkan bibirnya kesal, "kok pulang sih Ael, masa aku sama yang lain udah lama nunggu kamu, kamunya mainnya bentar doang" cicit Riki

"Iya, kita main yang lama ayo, kan kamu yang ngajak aku semalem main, sekarang aku udah boleh main" ujar Akmal menimpali

Aelshaka meringis, menggaruk kepalanya, "eum...itu, kan aku punya adek, nanti kalo nangis aku tinggal gimana, kasian. Besok aku main juga kok, janji"

Aban di sana hanya memerhatikan, sesekali mengerjap, di tangan kanannya ada keranjang tempat cucian tadi. Bungsu Sagara itu sedang memerhatikan putra Satria, yang jelas sekali dari gelagatnya, sahabatnya itu sedang berbohong

[8] Parenting || 𝙽𝚌𝚝⁰⁰Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang