Pagi menyambut dengan tenang, kicauan burung dan suara angin terasa menenangkan. Kei berdecak penuh kesal, pasalnya ia belum terlelap sama sekali dari semalam.
Ia beranjak dari ranjang untuk segera mandi dan bersiap pergi ke kantor. Kemeja hitam dan rok span putih menjadi pilihannya.
Keluar dari kamar, Kei di sambut Seirra yang sudah berdiri rapi di depan pintu.
"Ada yang diperlukan Nyonya?" Tanya Seirra sambil mengambil tas Kei.
"Jam tangan hitam kecil." Kata Kei, Seirra segera pergi mengambilnya.
Sedangkan Kei tetap berjalan keluar. Menuruni tangga, dan terkejut melihat Axton di ruang tamu menyesap kopinya.
"Kei," Panggilnya pelan.
Kei melewati Axton dengan acuh. Celotehan apalagi yang harus Kei dengar kali ini. Omong kosong Axton lama-lama bisa membuatnya gila.
"Jujur saja kau bahkan ragu kan bahwa itu anakku?!" Teriak Axton yang bisa di dengar Seirra dan para maid yang ikut terdiam.
Axton berdiri, berjalan menuju ke arah Kei dengan kekehan khasnya.
Kei mengepalkan tangannya menelisik wajah psikopat gila di depannya dengan tajam.
'Plak'
'Plak'
Dua tamparan sukses mendarat di pipi Axton dengan keras. Axton memegang pipinya yang panas, wanita di depannya sudah tersulut emosi rupanya.
"Aku sudah mengandung sebesar ini dan kau terus bicara omong kosong." Kei berbalik akan meninggalkan Axton.
"Kita hanya melakukannya sekali! Kau yakin setelah itu tidak melakukannya lagi dengan Kevin?"
Kei tetap berjalan menghiraukan Axton. Ia memakai kacamata hitamnya dengan santai dan memasuki mobil yang sudah siap mengantarnya.
"Nyonya, jangan dipikirkan." Kata Seirra yang sedang memakaikan jam tangan Kei.
Namun Kei hanya diam sambil melihat jalanan yang tiba-tiba tampak suram. Pikirannya melayang, "Sekali kau bilang? Bajingan."
--
"Seirra, batalkan semua janji dan jangan ada yang boleh masuk ke ruanganku." Perintah Kei segera memasuki ruangannya.
Kei menutup matanya rasanya lelah sekali tidak tidur semalaman. Ia melihat berkas yang menumpuk sangat banyak.
"Haruskah aku pensiun dini?" Tanyanya pada diri sendiri dan mulai tenggelam dengan kertas-kertas di depannya.
Seharian Kei tidak keluar dari ruangannya sama sekali. Seirra hanya melihat pintu Kei dari mejanya dengan khawatir.
Jam kerja hampir berakhir tapi Kei belum juga keluar dari ruangan. Seirra yang penasaran membuka pintu ruangan Kei dan menemukan bosnya itu sedang tertidur pulas di kursinya.
Seirra mengambil selimut dan menyelimutinya dengan pelan. Tanpa sengaja ia menyentuh dahi Kei yang terasa panas menyengat.
"Nyonya, anda demam." Kata Seirra panik berusaha membangunkan Kei.
Keringat membanjiri tubuh Kei yang pucat. Seirra dengan buru-buru menelepon dokter pribadi Kei.
"Halo, dokter! Ini darurat segera kemari!" Teriak Seirra panik.
Ia menunggu dokter datang lumayan lama dengan tangan berkeringat. Kei masih belum sadar, membuatnya tambah panik.
"Dokter Anthony sedang berlibur ke luar negeri. Saya Crishtian Kim, anaknya." Kata seseorang dengan ngos-ngosan.
Seirra segera membuka ruangan Kei dan menyuruh dokter itu untuk masuk.
"Panas sekali." Crishtian mengambil suntikan yang ada di sakunya.
"Ini hanya meredakan panas, untuk selanjutnya di bawa ke rumah sakit saja." Katanya.
Crishtian menggendong Kei turun dan membawanya masuk ke mobilnya yang diikuti Seirra. Mereka pergi ke rumah sakit besar yang dimiliki Anthony.
"Tolong, ke ruangan VIP." Kata Crishtian saat sampai pintu masuk rumah sakit.
Ia membawa Kei ke lantai atas, sedangkan Seirra harus mengisi data pasien di resepsionis.
Crish membaringkannya di ranjang dan pergi keluar supaya dokter bisa memeriksa dengan leluasa.
Setelah setengah jam menunggu dokter dengan tiga perawat keluar. Crish segera mendekat penasaran.
"Kandungan ibunya lemah, kemungkinan karena stres." Crish hanya mengangguk.
Dokter tersebut berjalan akan memasuki lift, Crish mengikutinya dari belakang.
"Bagaimana kabar Anthony?"
"Good. Mungkin akan kembali dua minggu lagi Anna." Jawab Crish.
"Sepertinya aku tahu siapa wanita itu." Kata Anna.
"She's Guinnavarre." Kata Crish di sambut dengan anggukan Anna.
Mereka berbicara sampai lift terbuka menampilkan seorang laki-laki yang terlihat panik. Laki-laki itu berlari menuju ruangan Kei.
Dilihatnya Kei dengan baju biru milik rumah sakit, dengan mata terpejam dan bibir pucat.
"Anda siapa?" Tanya Crish pada Axton yang melihatnya tidak suka.
Sebenarnya Crish sudah tahu siapa yang ada di depannya. Hamilton junior.
"Anda bau alkohol sebaiknya bersihkan diri dulu." Lanjut Crish.
"Kau siapa beraninya memerintahku, eh," Jawab Axton dengan gigi yang mengerat.
"Berisik! Keluar kau Axton!" Kata Kei tiba-tiba.
Axton dan Crish melihat Kei yang setengah terbangun.
"Kau sudah bangun? Kau dengar aku?" Tanya Crish mendekat ke arah Kei.
Kei hanya mengangguk lemas. Sekujur tubuhnya terasa sakit. Kepalanya pusing. Crish mengelus dahi Kei yang mengernyit. Axton menatapnya tidak suka.
"Kau! Aku kesini karena khawatir pada--" Ucapan Axton terpotong saat Kei mulai menyahut,
"Khawatir pada siapa? Aku? atau anak yang bukan anakmu?" Timpal Kei sinis.
"Daripada membuang waktu lebih baik kau pergi." Lanjutnya dan kembali menutup mata.
Terdengar suara kaki diiringi dengan suara pintu tertutup membuat Kei bisa bernapas lega.
Bersambung...
Vote + komen yang banyak biar defon semangat 🙈
KAMU SEDANG MEMBACA
Strangers I'm In Love
RomantizmDON'T COPY MY STORIES! Axton Milan Hamilton, lelaki sempurna dengan sebutan 'Prince Charming'. Pewaris utama keluarga Hamilton, keluarga kaya nomor satu di dunia. Billioner yang hartanya tidak akan habis tujuh turunan. Sifat Arogan, egois, dan...