02

2.9K 211 11
                                    

Suara jeritan seorang wanita terdengar sampai luar rumah. Zelta terdiam sejenak di depan pintu masuk utama rumahnya, mencoba menebak-nebak apa yang terjadi sambil berusaha mempersiapkan diri menghadapi apa pun masalah yang terjadi di dalam. Tangannya terulur, mendorong satu gagang pintu.

Dia berjalan dengan langkah pelan, nyaris tak menimbulkan suara. Suara jeritan dibarengi dengan isak tangis itu semakin terdengar jelas di telinganya. Sesampainya di ruang tengah, langkah Zelta berhenti begitu melihat pemandangan di depannya.

Ah, hari buruk ini akhirnya tiba juga. Hari di mana ayahnya membawa wanita simpanan dan anak hasil hubungan gelapnya ke rumah ini dan menghancurkan keluarga yang sudah rapuh ini.

Setiap hari—tanpa terlewat sehari pun—Zelta selalu memikirkan kapan kiranya hari ini akan tiba. Setelah melewati sekian purnama sampai tiba di hari ini, mental Zelta sudah cukup kuat untuk menghadapi apa yang terjadi di dalam.

Kini kondisi ruang tengah yang digunakan sebagai ruang tempat berkumpulnya keluarga terlihat seperti kapal pecah. Bingkai foto keluarga berukuran besar yang biasanya terpanjang di dinding kini tergeletak di lantai dalam kondisi pecah. Kepingan-kepingan dari vas bunga dan guci-guci mahal yang telah hancur juga berserakan di mana-mana.

Zelta menatap ibunya, Bella, yang kini tengah terisak sambil bersimpuh beberapa meter di depan ayahnya, Robi. Tatapan Zelta lantas beralih ke belakang Robi. Dua orang yang menjadi penyebab hancurnya keluarganya; si wanita simpanan dan putrinya.

"Kenapa?" suara parau Bella mengudara di seluruh penjuru ruangan yang sempat diselimuti keheningan itu. Bella yang awalnya menunduk kini mendongakkan kepalanya untuk menatap sang suami. Wajahnya yang dipolesi makeup tebal menunjukkan jejak air mata di kedua pipinya. "Kenapa kamu bawa mereka ke rumah ini?!" bentaknya.

Yang menyedihkan adalah, Bella sudah lama mengetahui suaminya berselingkuh, tetapi ia tidak bisa melakukan apa pun karena Robi benar-benar melindungi wanita simpanan dan anak haramnya. Terlebih, Bella hanya seorang istri sah yang eksistensinya mulai melemah.

Pernikahan Bella dan Robi bearawal dari perjodohan yang diatur oleh orangtua mereka. Hanya Bella yang senang dengan perjodohan itu, sementara Robi terpaksa menerima karena tidak bisa menentang keputusan orangtuanya. Selama pernikahan, tidak sedetik pun Robi pernah menerima Bella. Ditambah dengan tindakan Bella yang menjebaknya dengan obat perangsang agar bisa mengandung anak darinya membuatnya semakin tidak bisa menerimanya.

Di tengah rasa muaknya, Robi bertemu dengan Vania, wanita yang berhasil meluluhkan hatinya. Mereka menjalin hubungan gelap hingga menghasilkan buah hati yang lahir tak lama setelah Bella melahirkan anak kedua hasil menjebak Robi untuk kedua kalinya. 

Keinginan Robi untuk bercerai selalu ditentang oleh orangtuanya, namun setelah orangtuanya meninggal keinginan itu tak bisa juga diwujudkan karena Bella yang selalu mengancam akan bunuh diri jika Robi berani menceraikannya. Rasa muak yang telah menumpuk selama bertahun-tahun itu akhirnya menghasilkan keberanian untuk membawa wanita simpanan dan putrinya ke rumah utama untuk tinggal di sana.

Tanpa menunjukkan emosinya, Zelta segera melangkah menghampiri sang ibu. Berjongkok lalu merangkul ibunya yang dalam kondisi kacau, kemudian tatapannya mengarah ke Robi. "Aku bakal bawa Mama ke kamar," ucapnya dengan tenang. Zelta tidak berusaha untuk menentang ayahnya, karena ia tahu apa pun yang ia lakukan akan sia-sia.

"Bawa ke paviliun." Setelah mengatakan kalimat itu, Robi segera beranjak pergi dari ruang tengah, membawa serta wanita simpanan dan putrinya.

Zelta tidak bisa berkata-kata mendengar perintah itu. Paviliun katanya? Hanya ada satu paviliun di rumah itu, terletak agak jauh dari rumah utama. Paviliun itu adalah tempat kakek dan neneknya menghabiskan masa tua, dan sudah tidak dihuni selama satu dekade sejak kakek dan neneknya meninggal.

Zelta's HatredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang