06

2.2K 186 7
                                    

"Halo, guys! Say hi dulu dong, gue lagi bikin vlog, nih!"

Seorang cewek bergabung ke meja Roger sambil membawa kamera di tangannya. Cewek bernama Jessica itu adalah seorang youtuber dengan hampir satu juta subscriber. Dia merupakan pacar Roger sekaligus teman SMP Jay selama dua tahun sebelum Jay di-drop out dari sekolah pada saat itu. Namun, dia dan Jay masih berhubungan baik hingga saat ini.

"Hai, Jay, udah lama nggak ketemu. Makin ganteng aja lo. Sini masuk ke vlog gue biar makin banyak viewers-nya." Jessica mengarahkan kameranya ke Jay.

"Bayar."

"Ngutang dulu, ya." Setelah selesai menyorot Jay, Jessica menyorot sekelilingnya. Dia berhenti merekam saat kamera menyorot Zelta, lantas ditarugnya kameranya. "Siapa yang duduk di samping Rayan?" tanyanya sambil mengambil kentang goreng milik Dino, teman Roger.

"Nggak tau," jawab Dino.

"Cewek dari kelas gue," sahut Jay tanpa menatap Jessica.

Dengan kening mengkerut, Jessica melihat ke meja Zelta lagi untuk melihat Tessa. "Murid baru juga?"

"Kayaknya."

Jessica mengangguk sambil mengatakan 'oh' tanpa suara. Dia lantas beralih fokus ke Jay. "Kenapa lo pindah ke sini? Dulu katanya ogah satu sekolah sama gue."

"Terpaksa."

Jessica mendengus sebal. Dia mengambil kameranya. "Sayang, aku mau nge-vlog dulu, ya. Dadahhh," pamit Jessica pada Roger, kemudian dia melihat ke arah Dino. "Kak Dino, nanti edit video gue, ya! Makasih! Baik, deh." Jessica segera beranjak pergi tanpa menunggu jawaban Dino.

"Kampret banget emang pacar Roger," gerutu Dino.

"Lucu, kan?"

"Dari Hongkong!"

***

Saat bel berbunyi, para siswa-siswi kembali ke kelas masing-masing untuk melanjutkan aktivitas belajar mereka. Sebelum guru datang, Zelta mengambil ranselnya dan berjalan ke belakang. Dia mendatangi bangku salah satu temannya. "Mau tukeran tempat duduk?"

Cewek yang menempati bangku itu mendongak, menatap Zelta dengan sebelah alis terangkat. "Kenapa mau pindah ke belakang?" tanya cewek itu.

"Gue cuma mau cari suasana baru."

"Oke." Cewek bernama Aina itu setuju. Dia bergegas mengambil ranselnya dan pindah ke bangku depan. Pindah ke bangku depan adalah keuntungan baginya, karena dia cukup kesulitan melihat papan tulis jika duduk di belakang.

Zelta segera duduk di bangku barunya sambil melihat sekeliling dengan puas. Tepat di depan bangkunya adalah bangku Rayan dan di samping bangku Rayan adalah bangku Tessa. Di sini adalah posisi paling strategis untuk memantau interaksi dua orang itu.

Rayan yang baru saja memasuki kelas langsung mendekati Zelta. "Kenapa duduk di sini?" tanyanya.

Zelta mendongak. "Aku mau cari suasana baru."

Rayan mengangguk sambil mengatakan 'oh' tanpa suara, tampak tak curiga. "Yakin duduk di belakang? Bisa liat papan?"

"Bisa, kok."

Rayan mengangguk. "Oke." Setelahnya, cowok itu berjalan ke bangkunya sambil diam-diam mencuri-curi pandang ke arah Tessa.

Zelta yang melihat itu langsung mendengus. Sebenarnya ia tidak sepenuhnya percaya bahwa Rayan dan Tessa hanya berteman. Karena itulah ia sampai melakukan tindakan ini untuk mengawasi mereka. Jika dipikir-pikir, mungkin ia bertindak berlebihan, tapi ia hanya tidak ingin mereka diam-diam menjadi semakin dekat.

Saat Zelta menoleh ke samping, ia baru ingat kalau Jay duduk di meja tepat di sampingnya, juga tepat di belakang meja Tessa. Kini cowok itu menaruh kepalanya di atas bangku dengan mata terpejam. Tanpa sadar Zelta memperhatikan wajah Jay. Seperti yang dikatakan orang-orang, dia tampan.

Tak disangka, Jay tiba-tiba membuka matanya, sehingga tatapan mereka saling bertemu. Meski sudah tertangkap basah, Zelta belum mengalihkan tatapannya. Entah waras atau tidak, cewek itu malah tersenyum, setelah itu barulah dia mengalihkan tatapannya.

Entah apa yang lucu, Jay justru tertawa melihat ketidakjelasan sikap Zelta.

Selang beberapa menit, seorang pria berpakaian formal memasuki kelas. Pria itu menggendong ransel hitam di punggungnya dan membawa beberapa lembar kertas di tangannya. Pria yang merupakan guru sejarah itu menyapa murid-muridnya terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran.

"Di sini ada dua murid baru, ya, kalau nggak salah?" tanya Pak Adinata.

"Iya, Pak."

Pak Adinata melihat Tessa dan Jay, dan langsung mengetahui bahwa mereka murid baru karena wajah mereka terlihat asing. "Semoga bisa mengikuti pelajaran dengan baik, ya," ucap Pak Adinata.

"Baik Pak, terimakasih." Hanya Tessa yang menjawab, sementara Jay tampak tidak peduli.

Sebelum mulai belajar, Pak Adinata mengumumkan hasil ulangan harian yang dilaksanakan minggu lalu. "Seperti biasa, nilai Zelta Gaharu paling tinggi di kelas ini. Bagus, Zelta, pertahankan terus."

Zelta beranjak dari bangkunya untuk mengambil kertas ulangannya. Dia tersenyum puas melihat nilai seratus tertulis di bagian atas kertas ulangannya. Nilai sempurna.

Setelah mengumumkan nilai tertinggi, Pak Adinata melanjutkan memanggil nama-nama siswa sesuai urutan absen tanpa menyebutkan nilai yang didapat.

"Oke, kecuali dua murid pindahan, semua sudah dipanggil, kan?"

"Sudah, Pak."

"Oke. Sekarang Bapak akan bagikan kelompok presentasi untuk materi baru."

Pak Adinata mulai membagikan kelompok secara acak. Abey dan Amey berada dalam satu kelompok yang sama, sementara Zelta sekelompok dengan Rayan, Jay, dan Aina.

"Ada yang belum kebagian kelompok?" tanya Pak Adinata.

Tessa mengangkat tangannya. "Saya belum, Pak."

Pak Adinata mengangguk, lalu mengedarkan pandangannya. Tatapannya kemudian berhenti pada Zelta. "Kamu masuk kelompok Zelta, ya."

Tessa tersenyum cerah dan mengangguk dengan cepat. Dia menengok ke Zelta tanpa bisa menyembunyikan rasa senangnya.

Zelta tidak menunjukkan reaksi apa pun. Namun sebenarnya ia kesal dalam hati.

Setelah pembagian kelompok, Pak Adinata menjelaskan materi pembelajaran. Cara mengajarnya sangat membosankan sehingga kebanyakan murid memilih tidur.

Setelah jam pelajaran sejarah berakhir, Zelta dan kelompoknya berkumpul atas permintaan Aina. Cewek yang mendapatkan peringkat dua di kelas itu ingin berdiskusi sebentar.

"Kita kenalan dulu, dong, biar akrab." Aina memandang Tessa dan Jay secara bergantian. Dia mengulurkan tangan pada Tessa. "Hai, Tessa, gue Aina."

Tessa dengan senang hati berjabat tangan dengan Aina. "Hai, Aina!"

Aina kemudian melihat Jay yang tampak enggan berinteraksi, jadi dia memutuskan untuk tidak memperkenalkan dirinya pada Jay.

"Sebenernya tugas ini bisa dikerjain individu terus kita dijadiin satu, tapi biar kita dapet main, gimana kalau kerjain bareng?" usul Aina. Dia merupakan murid yang rajin belajar, namun juga ingin selalu bersenang-senang.

Tessa yang setipe dengan Aina pun langsung mengangguk. Hitung-hitung jadi salah satu usahanya mengakrabkan diri dengan teman sekelas.

"Gimana? Yang lain setuju?"

Rayan mengangguk, begitu pula dengan Zelta. Hanya Jay yang tidak memberikan tanggapan, sehingga empat orang dalam kelompok itu menyerang Jay dengan tatapan.

"Gimana, Jay?"

Jay yang malas berinteraksi lebih lama dengan orang-orang itu segera mengangguk dengan acuh tak acuh.

****

Semoga suka!

Zelta's HatredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang