08

2.1K 169 25
                                    

Setibanya Jay dan keluarganya di rumah, ia segera mengambil motornya dan pergi ke rumah salah satu temannya, tak berniat bertemu lebih dulu dengan ranjang yang empuk. Alex yang malas berdebat dengan Jay membiarkan saja remaja itu pergi. Setidaknya Jay mau menurut ikut pergi ke rumah keluarga Gaharu.

Jay pergi ke rumah Bruno. Di dalam salah satu kamar di rumah besar itu terdapat empat orang temannya yang tengah asik menonton film porno. Jay langsung mengambil toples kacang polong yang ada di meja, lalu duduk bersandar di sofa.

"Bro, kenapa lo nggak bilang kalau pindah ke SMA Dalton?" tanya Bruno. Dia adalah anak SMA Dalton sering bolos hingga berada di titik di mana teman-teman kelasnya selalu lupa bahwa dia bagian dari kelas tersebut. Jika bukan karena Jessica yang memberitahukannya, maka mungkin ia sama sekali tidak tahu tentang kepindahan Jay ke SMA Dalton.

"Males."

"Tau gitu gue nggak bolos tadi, iya nggak, Im?

Cowok bernama Daim mengangguk. "Yoi."

"Oh iya, gimana tuh, acara percomblangan hari ini? Ceweknya gimana?"

Jay tersenyum namun lebih terlihat seperti seringaian. "Lumayan," jawabnya, lalu memasukkan kacang polong ke mulutnya.

"Wih, cantiknya udah ngalahin Kak Rena?"

Jay tak menjawab. Sesungguhnya, dibanding dengan Tessa, Zelta jauh menarik perhatiannya. Bukan karena fisik atau prestasinya, tapi karena kehidupan cewek itu yang tampaknya cukup menarik.

***

Rayan meletakkan ponselnya di atas nakas. Ia lantas merebahkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit kamar sambil menghela napas beberapa kali. Baik Zelta maupun Tessa sama-sama tak membalas pesannya.

Ngomong-ngomong soal Tessa, ia jadi teringat masa kecilnya yang penuh warna. Bisa mengenal cewek ceria dan polos seperti Tessa mungkin menjadi suatu keberuntungan baginya. Tessa remaja kini terlihat jauh lebih cantik, tak dipungkiri kecantikan cewek itu mampu menarik perhatiannya, bahkan cowok-cowok lain di sekolah.

Teringat Rayan tentang kenangan masa kecil mereka. Kesedihan bocah SMP ketika dengan terpaksa meninggalkan cinta pertamanya. Saat itu ia merengek bahkan menangis di hadapan ibunya agar tidak perlu pindah rumah. Namun, itu semua tidak merubah apa pun, dia tetap harus pergi meninggalkan rumah masa kecilnya karena pekerjaan sang ayah.

Rayan tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kepindahan Tessa ke SMA Dalton. Dia takut perasaannya yang belum sepenuhnya hilang pada cewek itu malah akan menyakiti Zelta. Dia tahu betul bahwa ia tidak boleh membagi hatinya, namun semua itu terasa diluar kendalinya.

Rayan tiba-tiba tak lagi tenggelam dalam lautan pikirannya ketika kantuk mulai menyerang. Perlahan kelopak matanya tertutup, memasuki dunia mimpi yang mana ada Tessa terlibat di dalamnya.

***

Hari ini kelas Zelta mendapat jam pelajaran olahraga. Setelah semua penghuni kelas mengganti pakaian mereka, mereka pun pergi bersama ke lapangan indoor. Setelah beberapa menit diberi materi mengenai bola basket, guru olahraga menyuruh mereka semua untuk praktek.

"Liat deh Jay, badannya bagus bener. Jadi males gue olahraga, pengen di sini aja sambil pantengin dia. Siapa tau dia ngangkat bajunya untuk ngelap keringet," celetuk salah satu teman kelas Zelta.

Zelta yang berada di samping cewek itu pun otomatis mengedarkan pandangannya mencari sosok berbadan atletis yang disebut tadi. Saat matanya berhasil menangkap sosok cowok itu, Zelta tanpa sadar memperhatikannya cukup lama.

Fisik cowok itu terlalu sempurna untuk menjadi suami masa depan Tessa. Anak tidak sah itu rupanya memiliki keberuntungan yang cukup baik.

Sesaat setelah sadar ia memperhatikan Jay cukup lama, Zelta langsung merubah arah pandangannya ke Rayan. Dengusan kasar keluar dari hidungnya ketika melihat Rayan diam-diam memperhatikan Tessa. Sebenarnya hubungan macam apa yang mereka miliki di masa lalu?!

Untuk menghilangkan kekesalannya Zelta berjalan ke tengah lapangan setelah mengambil satu bola basket. Zelta melakukan dribbling dengan agak malas, menggiring bola ke dekat ring lantas hendak memasukkan bola ke dalam ring. Dia sedikit melompat, namun kakinya tak mendarat dengan sempurna sehingga membuat tubuhnya oleng, dan bertepatan dengan momen itu Jay mendekat sambil men-dribbling bola. Tak dapat dihindarkan, tubuh Zelta yang oleng pun akhirnya jatuh menabrak Jay sehingga membuat posisi mereka terlihat canggung dengan Zelta yang berada di atas tubuh Jay.

Seisi lapangan melihat kejadian itu, tak terkecuali Rayan.

Otak Zelta tak bekerja selama beberapa saat, tapi Jay yang otaknya masih baik-baik saja malah menarik senyum simpul. Zelta hendak bangun sesaat setelah tersadar, namun Jay malah menahan cewek itu dengan melingkarkan tangannya di pinggang Zelta.

Rayan yang tak terima dengan pemandangan itu langsung berjalan mendekati Jay dan Zelta. Dengan kasar ia menghempaskan tangan Jay dari pinggang Zelta, lalu menarik tubuh pacarnya menjauhi Jay.

"Kamu nggak pa-pa?" tanya Rayan, masih memapah Zelta.

"Tessa pingsan!"

Zelta belum sempat menjawab saat suara teriakan itu mengalihkan fokusnya. Di sisi lain lapangan, Tessa telah tak sadarkan diri setelah bola mengenai belakang kepalanya dengan keras.

Rayan yang mendengar hal itu langsung berlari menghampiri Tessa yang sudah tak sadarkan diri dan tanpa sadar melepaskan papahannya sehingga membuat Zelta terjatuh.

"Aw!" reflek Zelta.

Lagi-lagi orang-orang melihat kejadian itu. Si kesayangan SMA Dalton diabaikan lagi oleh pacarnya yang lebih memilih si anak baru.

Zelta meringis, merasakan sakit pada pergelangan kakinya. Namun rasa sakitnya kalah dengan rasa sakit hati ketika ia melihat Rayan yang menggendong tubuh Tessa dan membawanya ke UKS dengan panik.

Jay tertawa kecil melihat pemandangan menarik di depannya, ia langsung menghampiri Zelta dan berjongkok di dekatnya. "Pacar lo lebih milih saudara lo, tuh," kompornya.

Zelta melihat Jay, ingin sekali rasanya mengatakan, "Urusannya sama lo apa?" pada Jay, namun ia memilih untuk tersenyum tipis dan menjawab, "Tessa pingsan, sementara gue cuma jatuh, jelas aja Rayan lebih milih nolong Tessa dulu."

Jay tak merespon jawaban Zelta yang penuh kepalsuan. Dia membalikkan badannya namun masih dalam posisi jongkok. "Naik, biar gue yang bawa lo ke UKS."

"Makasih ya, Jay, tapi gue bisa jalan sendiri, kok," tolak Zelta dengan agak kesal. Dia hanya terjatuh, tidak sampai lumpuh, jadi Jay tidak perlu sok membantunya dengan berlebihan.

Jay berdiri, ia menaikan sebelah alisnya sambil memperhatikkan Zelta dengan wajah meremehkan.

Zelta bangun tapi rasa nyeri di pergelangan kakinya membuatnya terjatuh kembali. Jay yang tahu itu akan terjadi dengan tidak sabaran langsung menggendong tubuh Zelta ala bridal. "Kaki lo itu namanya keseleo, paham?"

Zelta hanya terdiam, lebih tepatnya tak tahu harus berbuat apa.

Orang-orang yang sedari tadi terhanyut dengan adegan menarik yang terjadi di lapangan seketika langsung tersadar bahwa yang tadi jatuh adalah si kesayangan SMA Dalton, dan bodohnya mereka sama sekali tidak berusaha membantu. Tersadarnya mereka terbilang cukup terlambat karena Jay sudah membawa Zelta pergi dari lapangan tersebut.

***

SEMOGA SUKA!!

Kalo ada salah kata mohon dikoreksi ya, biar aku edit. Terimakasih

t i t a h g a y a t r i
09 Juni 2022

Zelta's HatredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang