Tidak seperti biasanya, Zelta terlihat tak bersemangat di sekolah. Jika biasanya ia menghabiskan sisa waktu sebelum pelajaran dimulai dengan membaca buku, hari ini ia menaruh kepalanya di meja dengan beralaskan buku dan memejamkan matanya. Saat Abey dan Amey bertanya alasan ia terlihat tidak semangat, Zelta hanya menggeleng pelan sembari memberi senyum simpul.
Saat ini Tessa berada di ruang guru, dan mungkin akan masuk bersama dengan wali kelas di jam pelajaran pertama. Zelta sama sekali tak menantikannya.
Suasana kelas ricuh seperti biasa, kericuhannya nyaris menyamai pasar malam. Saat pintu kelas terbuka, seorang pria berpakaian khas seorang guru memasuki kelas. Kericuhan dalam kelas seketika berhenti, namun hanya berlangsung beberapa saat. Setelah melihat seseorang berjalan mengokori Pak Ditam, kelas kembali ramai.
"Wih! Cakep banget, anjrit!"
"Asik ada murid baru."
"Gawat, guys! Dia tipe gue banget!"
"Saingan Zelta, nih."
Celetukan-celetukan itu tertangkap indera pendengaran Zelta. Saking menyebalkannya perkataan mereka, telinganya sampai terasa panas.
Pak Ditam menyuruh Tessa memperkenalkan diri.
"Hallo semua, perkenalkan nama aku Tessa Putri... Gaharu." Suara Tessa mengecil saat menyebut nama belakangnya. Dia tersenyum canggung sebelum melanjutkan, "Aku harap bisa berteman baik sama kalian, mohon bantuannya."
"Wah, jangan-jangan dia sama Zelta saudaraan, nih. Gimana Zel, ngaku nggak lo kalo saudaraan sama Tessa."
Tidak ada yang menganggap serius perkataan itu. Ada jutaan orang di bumi, memiliki nama belakang yang sama padahal tidak terhubung oleh ikatan keluarga bukanlah hal yang mustahil.
"Jadi anak-anak, dari kecil Tessa homeschooling, jadi mungkin dia agak kesulitan beradaptasi. Bapak harap kalian bisa berteman baik dengan Tessa dan membantunya beradaptasi."
"Baik, Pak."
"Tessa, silakan duduk di bangku kosong yang ada di belakang," pinta Pak Ditam, menunjuk ke bangku kosong yang berada di urutan kedua dari belakang sebelah kanan.
Tessa mengangguk dan melihat ke arah bangku kosong yang dimaksud Pak Ditam. Namun, ia mematung ketika matamya menangkap sosok cowok yang terlihat familiar duduk diantar murid-murid di kelas.
"Tessa?" Pak Ditam menepuk pundaknya membuat ia langsung tersadar. Tessa segera berjalan ke bangkunya dengan perasaan campur aduk.
"Baik, anak-anak, kita akan melanjutkan materi yang sempat kita bahas dipertemuan sebelumnya."
"Maaf telat." Pintu kelas dibuka dengan tiba-tiba oleh seorang cowok jangkung berpenampilan urakan di tengah jam pembelajaran. Kata 'maaf' terdengar tidak diucapkan dengan sungguh-sungguh.
Pak Ditam memperhatikan cowok itu dengan alis mengkerut, menggeleng pelan sambil menghela napas panjang. "Jadi kamu yang namanya Jayden. Ini hari pertama kamu jadi siswa SMA Dalton tapi kamu telat. Udah gitu masuk nggak ketuk pintu atau bilang permisi. Kamu meremehkan saya? Meremehkan sekolah ini?"
Jay tidak menggubris kata-kata Pak Ditam. Masih untung ia tidak bolos di hari pertamanya sekolah di SMA Dalton.
Pak Ditam tidak ingin mengabaikan murid-muridnya yang lain hanya demi mengomeli Jay, jadi dia berhenti sampai di sana dan berniat mendisiplinkan Jay nanti. "Anak-anak, karena kelas ini memiliki jumlah murid paling sedikit, jadi dua murid baru dimasukkan ke kelas ini," jelas Pak Ditam, kemudian mempersilakan Jay memperkenalkan diri.
"Gue Jayden Alardo." Seperti itulah perkenalan diri super singkat dari Jay. Awalnya seisi kelas mengira dia akan bicara lagi, namun semua pada cengo setelah tahu Jay selesai memperkenalkan dirinya hanya dengan tiga kata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zelta's Hatred
Teen Fiction"Gue nggak jahat, gue cuma mau dapetin apa yang saharusnya gue miliki." *** Genre : Drama, Romance. Start : 12 Juli 2021 End : - Yang plagiat pantatnya bisulan. t i t a h g a y a t r i Cover : pinterest