05

2.2K 201 7
                                    

Ada satu tempat yang lebih kecil dari pasar tradisional, namun dapat bersaing dalam hal kebisingannya. Tempat bernama kantin sekolah itu hari ini pun tidak mengenal tenang. Hampir seluruh siswa-siswi SMA Dalton menetapkan kantin sebagai tujuan utama mereka setelah bel istirahat berbunyi. Mengisi perut yang sudah keroncongan setelah mengikuti kegiatan belajar yang membosankan.

Meja di sudut kantin ditempati oleh Zelta, Abey, dan Amey. Mereka makan dengan tenang sambil sesekali mengobrol ringan.

"Murid baru di kelas sebelah itu?"

"Iya! Namanya Jay."

"Kok bisa?"

"Katanya karena nonjok temennya sampai dirawat di rumah sakit."

"Wah, gila. Wajar aja sampai di-drop out."

Zelta, Abey, dan Amey dapat mendengar pembicaraan kakak kelas perempuan yang duduk di meja samping mereka. Mereka bukannya sengaja menguping, tapi karena jarak meja yang berdekatan, jadi mau tidak mau mereka mendengar obrolan itu.

Kakak kelas itu membicarakan Jay, si murid baru kelas sebelas yang sudah mendapatkan label murid paling tidak sopan di hari pertamanya bersekolah di sekolah ini. Katanya, Jay di-drop out dari sekolah lamanya karena menghajar teman ssekolahnya sampai dirawat di rumah sakit.

Abey memajukan wajahnya. "Jay itu cowok yang kemarin kita liat di cafe, kan?" bisiknya.

"Kenapa bisik-bisik, sih? Kayak orang lagi gosip aja," cetus Amey, lalu menggigit coklat batangan yang tadi dibelinya.

Abey berdeham pelan sebelum merubah posisi duduknya seperti semula. "Bener, kan?" Dia bertanya lagi.

Zelta mengangguk.

"Eh, panjang umur," celetuk Amey.

"Siapa?"

"Itu... Jay." Amey menunjuk Jay dengan dagunya, dan sontak membuat Zelta dan Abey mengikuti arah tunjuknya.

Jay memasuki area kantin, dan kedatangannya sukses menarik perhatian seisi kantin, terutama yang perempuan. Dalam persekian detik, kantin mendadak sunyi, namun di detik selanjutnya bisikan-bisikan dari tiap meja terdengar sehingga kantin pun kembali bising.

"Anjir, ganteng."

"Tapi kayak preman."

"Preman goodlooking."

Seperti itulah bisikan-bisikan yang Zelta, Abey, dan Amey dengar dari meja yang berada di samping meja mereka, membuat mereka secara reflek memutar mata malas.

"Woy, Jay!" sapa seseorang yang membuat Jay menoleh.

Roger, cowok yang menyapa Jay itu adalah murid kelas dua belas yang dikenal sebagai premannya SMA Dalton. Bertubuh besar dan kekar, rambut gondrong, wajah sangar, kepribadian buruk, hobi adu jontos. Hanya dari penampilan fisiknya, Roger sudah membuat takut banyak orang.

Jay menggerakan alisnya sebagai balasan atas sapaan Roger. Cowok itu berjalan ke meja Roger, yang juga ditempati oleh teman-teman Roger. Jay bergabung ke meja itu, dia terlihat akrab dengan Roger dan yang lainnya.

"Pantesan sifatnya begitu, temennya aja yang modelan Kak Roger," celetuk Abey.

Amey memukul pelan lengan Abey. "Jangan ngomong gitu! Nanti kalau mereka denger, gimana?" tegurnya.

"Nggak bakal didenger, meja mereka jauh," balas Abey.

Seakan ada gelombang kedua, seisi kantin kembali dibuat heboh dengan dua orang yang memasuki area kantin bersama. Jika bukan Rayan yang memasuki kantin bersama cewek yang bukan Zelta, maka orang-orang tidak akan seheboh ini. Pandangan orang-orang lantas beralih ke Zelta untuk melihat reaksi cewek itu.

Zelta's HatredTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang