BAGIAN 21

172 11 0
                                    

Kalian baca part ini jam berapa?

Sebelum membaca yuk kita scroll down lalu tekan bintang dibagian pojok kiri

Sudah?

Kalau gitu yuk kita mulai

HAPPY READING 📖

****

Kini Nadia berada di belakang Rumah Sakit, ia sedang duduk dibangku besi panjang dibawah pohon yang rindang sambil meminum minuman yang sempat ia beli dikantin tadi. Sesekali Nadia menarik nafas lalu menghembuskannya. Ia sedang berfikir tentang tuntutan Malapraktik yang dijatuhkan kepada mamahnya mengapa ditunda oleh Arkan, apakah ini permainan barunya untuk menyakiti Nadia lagi?

Karena tidak cukup menahan rasa penasarannya, wanita itu langsung mengambil benda pipih miliknya yang berada didalam saku jas kemudian ia mencari kontak nama di benda tersebut lalu menghubunginya.

"Lo dimana?" tanya Nadia

"Habis ngecek pasien,"

"Temuin gue ditempat biasa," kata Nadia

"Oke,"

Pip!

***

Sementara disisi lain Arkan sedang sibuk mengerjakan pekerjaannya dikantor karena ada beberapa tugas yang belum sempat ia selesaikan sehingga membuatnya meninggalkan Tasya diRumah Sakit seorang diri.

Proyek besar dari Amerika ini sangat membuat Arkan jengkel belum lagi rencana picik dari Bara membuat perusahaannya batal bekerjasama dengan perusahaan terkenal di Indonesia.

Salah satu pilihan terbaik untuk mempertahankan perusahaannya yaitu mendapatkan kepercayaan presiden Syam dari Turki yang mempunyai banyak koneksi pada perusahaan ternama di dunia. Namun Arkan merasa bingung sebab orang yang dimaksud adalah pasien VVIP di Rumah Sakit Medika Indah yang dijaga ketat oleh Nadia. Mustahil sekali jika Nadia mengizinkan Arkan untuk menemui pasiennya apalagi ditambah sakit hati yang diberikan oleh Arkan, karena menurut Nadia itu semua hanya alasan Arkan saja untuk menjebaknya lagi.

Tapi kali ini Arkan benar - benar menyesali perbuatannya, dia tidak ingin memanfaatkan wanita itu lagi demi kepentingan pribadinya, berarti artinya dia harus lapang dada melepaskan proyek besar ini.
Arkan lalu memijit pelipisnya yang merasa sedikit pusing, namun belum saja 5 menit memegang pelipis tiba - tiba ponselnya berdering.

RIKO is Calling

"Hm," deham Arkan

"Gue dapet saksi,"

Arkan cukup terkejut dengan balasan Riko.

"Kirim alamat tempat tinggalnya,"

"Eits tenang bro,"

"Gak usah banyak bacot, cepet kasih." geram Arkan

"Santai pak direktur, biar gue pastiin semuanya dulu setelah itu baru gue kabarin lo lagi,"

"Hm,"

"LO!"

Pip!

Belum saja Riko melanjutkan ucapannya, tiba - tiba Arkan telebih dahulu memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak.

(Sabar ya Riko) kata author

***

Billa yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya ia langsung bergegas menemui Nadia ditempat yang sudah dijanjikan. Saat sedang berjalan diarea koridor rumah sakit tiba - tiba ada seseorang yang berbadan tinggi dengan tubuh yang ideal sedang bersandar didinding koridor tempat yang ingin Billa lewati saat ini pria itu terus menatap Billa tanpa ekspresi sambil memasukkan kedua tangannya disaku celana.

K A N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang