Rio (2)

2.1K 79 1
                                    

Alvia's POV

"Bagaimana keadaan Rio?" Tanya kami pada seorang perawat yang barusan keluar dari ruang UKS.

"Dia...." perawat itu tidak melanjutkan kata katanya membuat kami benar benar penasaran serta gelisah.

"Gue disini," kata seseorang yang tepat di belakang perawat itu. "Rio!" Teriak Arel lalu memeluk kakak kembarnya itu, "sorry kak.. maafin Arel ya kak.. Arel minta maaf kak.. please.." pinta Arel dengan muka memelas.

"Gak. Mau." Kata Rio tegas. Arel menangis dengan keras. Rio.. ada apa dengannya? Kami semua sangat terkejut terutama Arel. "Bro, lo kenapa?" Tanya Alvin khawatir. "Lo gak sakit kan?" Sambung Marco. "Gue baik baik aja Vin, Co. Calm down lah.." kata Rio menenangkan.

"Serius deh! Rio lo gak boong kan? Lo beda banget loh, Ri! Lo biasanya pasti maafin adek lo, tapi kali ini lo gak maafin dia? Lo super aneh, Ri!" Kata Mia.

"Ehm.. boleh saya bicara dengan salah satu dari kalian?" Tanya perawat tersebut. Kami mengangguk. "Sama saya saja," kata Arel berusaha meredakan tangisnya.

"Maaf, jangan dengan keluarga. Bagaimana kalo adek saja?" Perawat itu berjalan ke arahku. Aku masih terbengong. "Kok.. saya?" Tanyaku bingung. "Sebaiknya adek saja, yuk ikut saya sebentar!" Ajak perawat itu. Aku pun mengikutinya. Aneh. Kok bukan Arel saja? Kok aku?

Kami tiba dilapangan sekolah. "Nama adek Alvia Alexandra yang biasa dipanggil Via kan?" Tanya perawat itu. "K-kok.. tau?" Tanyaku bingung. Aneh. Benar benar aneh.

"Ya.. saat Hario mulai siuman, dia terus menggumam nama adek, terus sampe saat dia sadar, dia terkejut lalu bertanya pada saya, 'dimana Alvia Alexandra?! Dimana Via-ku?!' Dan itu benar benar membuat saya shock. Apakah adek ada hubungan sama Hario?"

Aku menggeleng. "Adek gak barusan campakin dia kan? Dia terus menggumam nama adek." Kata perawat itu. Ya Tuhan.. aku? Mencampakkan Rio? Oh my God!

"Ehm.. sebenarnya saya bukan mau ikut campur sih.. oke, saya katakan yang penting saja kalau begitu. Ada yang mau saya tanyakan, apakah Hario kehabisan nafas saat dia pingsan?" Tanya perawat itu.

"Sepertinya.. iya." Jujur, aku gak tau. Tapi itu menurut feeling sih.. "apakah dia sering disiksa?" Tanya perawat itu. "Eh? Maaf?"

"Tadi saya melihat ada bekas cekikan di lehernya yang sedikit memerah dan saya rasa.. itu memang bekas cekikan yang luar biasa kuat," jelas sang perawat. Ya ampun Arel! Kuat sekali tenagamu!

"Sebelum pingsan sih.. Rio memang lagi dicekik," jelasku. "Oh, begitu. Baiklah, terima kasih. Saya harap Hario jangan sering disiksa, dia kelihatan seperti orang yang selalu tersiksa. Maaf kata katanya menusukkan. Saya pamit." Kata si perawat lalu pergi.

Saat aku kembali, ada yang benar benar aneh disini. Arel kelihatan malu dan kesal. Buktinya saja mukanya cemberut dan memerah. Sedangkan Alvin dengan raut wajah tidak suka. Rio dengan.. muka memerah. Sedangkan Marco juga memerah. dan Mia dengan tatapan bingung sambil menggoda Marco. Apa yang terjadi?

***

Alvin's POV

"Ehm.. boleh saya bicara dengan salah satu dari kalian?" Tanya perawat tersebut. Kami mengangguk. "Sama saya saja," kata Arel berusaha meredakan tangisnya.

"Maaf, jangan dengan keluarga. Bagaimana kalo adek saja?" Perawat itu berjalan ke arah Via. Kok Via? Aku dan Via masih terbengong. "Kok.. saya?" Tanya Via bingung. "Sebaiknya adek saja, yuk ikut saya sebentar!" Ajak perawat itu. Via pun mengikutinya. Aneh. Kok bukan Arel saja? Kok Via? Asli, aneh sekali!

Setelah Via pergi, Arel kembali menangis sekencang kencangnya. "Perawat itu bilang jangan keluarga, pasti ada yang buruk kan? Huaaaaa~ sorry Ri~" Arel menangis terisak isak.

"Hmmmft! Hahahahahaha! Lucu muka lo, Rel! Hahahaha! Susah gue tahan tawa!" Tiba tiba Rio ketawa. Kami semua terkejut. "Bukan cuma lo, Rel. Muka mereka semua kayak orang blo'on! Hahahaha! Lucu!" Dan Rio kembali tertawa.

Arel tampaknya kesal. "Sebagai balasannya, gue bocorin rahasia lo!" Teriaknya. "Yaudah bocor-- eh tadi lo bilang apa?! Rahasia gue?! Jangan pernah bocorin! Awas lo!" Balas Rio.

"Hario Marcello suka sama--" Marco tiba tiba membekap mulut Arel. "Hahaha! Gue bilang juga apa? Jangan bocorin kan? Kalo gue pake tangan gue buat bekap mulut lo, entar tangan gue jadi korban gigitan elo. Tapi kalo tangan Marco, gak bakalan jadi korban gigitan elo kan? Yaudah gue nyuruh Marco bekapin." Jelas Rio. Kami terdiam.

"Aurelia Marcella suka sama-- adu-duh!" Tiba tiba Rio meringis karena Arel menendang kaki Rio dengan sangat kuat.

"Akh!" Kini Marco yang berteriak sambil memegang telapak tangannya yang memerah dan terdapat bekas gigitan. Mia menghampirinya. "Kamu gak papa?" Tanya Mia panik. Marco tersenyum lalu menggeleng. "Ini akan abadi selamanya!" Teriaknya senang. Kami memandang Marco bingung.

"Rio suka sama Via!" Teriak Arel. Kami -terutama aku- terkejut bukan main! Aku.. aku.. aku tidak tau harus bagaimana mengatakan bagaimana perasaanku kini.. yang jelas.. sakit. Saingan baru nih.. mampus-mampus..!

Muka Rio memerah. "Eh--Arel awas lo! Arel suka Marco!" balas Rio. Muka Marco dan Arel memerah. "Muka lo merah, Co! Hahaha!" Ejek Mia. Muka Arel merah karena antara malu dan kesal.

"Ada apa ini?" Suara Via mengagetkan kami semua. "Eh--oh--uhm.. Via udah datang ya?" Tanyaku gelagapan. Aish! Jelas dia udah datang, tolol! Orangnya aja udah didepan. "Apa kata perawatnya?" Tanyaku. Via terlihat seperti menimang nimang. "Kata perawat itu sih.. Rio gak boleh sering disiksa." Jelasnya.

"Denger lo, Rel!" Kata Rio. Mukanya masih memerah. "Ciyeeee.. Rio.. ciyeeee.." goda Mia.

Alvia's POV

"Ciyeeee.. Rio.. ciyeeee.." goda Mia. Ada apa ini? "Euhm.. kalian tadi ngobrol apa sih? Kok kayaknya serius banget? Sampe muka Rio, Arel, Marco dan Alvin merah banget. Mi, apa yang kalian bicarakan?" Tanyaku pada Mia.

"Muka gue terlihat jelas merah ya..?" Gumam Rio lalu mengusap mukanya kasar. "Euhm.. eh.. kita.. pulang yuk?" Ajak Alvin. Alvin juga aneh.

"Oke, yuk!" Kataku. Lalu kami segera jalan pulang bersama. Pikiranku masih berusaha mencerna perkataan perawat itu tadi.

" ...saat Hario mulai siuman, dia terus menggumam nama adek, terus sampe saat dia sadar, dia terkejut lalu bertanya pada saya, 'dimana Alvia Alexandra?! Dimana Via-ku?!'"

"Adek gak barusan campakin dia kan? Dia terus menggumam nama adek."

Aku aja bingung kok perawat itu berkata begitu. Yang jelas aku tidak tau apapun.

Loh? Dimana ini? Kok tinggal aku sendirian? Oh my God! Aku baru sadar kalau aku.. salah arah. Mampus! Dimana yang lainnya? Kok gak kasih tau sih kalo aku sih kalo aku salah arah?!

***

Makin gaje ya? Wkwk.. no idea, jadi sorry-sorry deh.. oke, sekian dulu ya! Jangan lupa Vote and Comment ya! Thx~~

I Love My Twin [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang