Ricky Pradipta

961 31 5
                                    

Pagi yang cerah, belum tentu mencerahkan hati semuanya. Mia pergi ke sekolah dengan muka yang kusut.

Tidak ada yang bisa menemaninya dalam perjalanan ke sekolah. Mengapa?

1. Via dan Alvin sedang di rumah sakit.

2. Rio izin, menemani gebetannya, Via.

3. Arel dan Marco sudah berangkat pagi-pagi sekali untuk pacaran.

Tentu saja sisa dirinya.

Lagipula, sudah beberapa hari ini ia mencoba mencari Ricky, mantan kekasihnya dulu. Tapi tidak sepintaspun ia melihat bayangan Ricky.

Melamun dalam perjalanan, sampai-sampai ia baru menyadari ia sudah tiba di sekolah. Bahkan, ia sudah duduk manis di dalam kelas.

Tak berapa saat, Erlina--temannya yang dulu mengabarkan keberadaan Ricky di sekolah--masuk ke kelasnya dengan tergesa-gesa.

Awal ia bertemu Erlina, ya saat pertama kali ponsel mereka tertukar saat di kantin. Sampai-sampai mereka bertukar cerita masing-masing. Ceritanya panjang sekali.

"Mia! Mia!" serunya heboh.

Mia menyerngit heran. Apa ada gerangan? Mengapa Erlina heboh sekali hari ini?

"Ricky lagi di lapangan!" lanjut Erlina.

Mata Mia melotot seketika. Haruskah ia percaya? Tapi tidak ada salahnya mengecek terlebih dahulu, bukan?

"Sini!" Erlina segera menarik Mia, menuntunnya menuju lapangan.

Sesampainya di lapangan, tampaklah Ricky yang sedang bermain basket. Keringatnya bercucuran, membasahi baju olahraganya.

Mia tak bisa berbohong, bahwa ia kembali jatuh ke dalam pesona seorang Ricky Pradipta.

"Mau aku bantu panggilin, ga?" tawar Erlina. Mia mengangguk pelan. Ia masih ragu, apakah lebih baik menyapa Ricky atau tidak?

"KAK DANIEL!" serunya memanggil nama pacarnya.

Daniel segera menoleh ketika mendengar sang pacar. Dengan keringat bercucuran dan nafas terengah-engahnya saat menghampiri pacarnya, membuat Erlina menggelengkan kepalanya.

"Istirahat dulu bentar. Gue mau ngomong, Kak," ujar Erlina serius. Daniel menatap Erlina dengan mata melotot.

"Oh ... ja-jangan. Jangan ngomong," tolak Daniel.

"Lho? Kenapa?" tanya Erlina dan Mia bingung. Daniel kembali menggeleng dengan kencang.

"Entar lo minta putus. Ga-ga-ga! Gue ga mau ngomong," tolak Daniel lagi. Pemuda itu melempar bola di tangannya lalu segera menutup telinganya dengan erat.

"Kak, dengerin du--"

"Gagagagagagagaga! Gak! Gak boleh!" potong Daniel. Setelah itu pemuda itu berlari kembali ke lapangan.

Lalu ia berteriak dengan lantangnya, "GUE GA MAU DENGER LO NGOMONG, ERLINA! ENTAR LO MALAH MINTA PUTUS. GUE MASIH SAYANG SAMA CINTA KE ELO. GUE BELUM SIAP DIPUTUSIN, OKE! BUKTINYA, TANPA RASA MALU GUE TERIAK-TERIAK DI LAPANGAN GINI BUAT ELO!"

"DENGERIN DU--"

"SETOP! SHAT AP! JANGAN NGOMONG!" potong pemuda itu lagi. Ia semakin menutup telinganya dengan erat. "ALALALALALALELALO! GUE GA DENGER! ALELALO! LELALOLALILELULILO!"

Entah apa yang dinyanyikannya.

"BUKAN PUTUS, KAK! DENGERIN DULU! KALAU GA MAU DENGER, BENERAN PUTUS!" ancam Erlina.

Ricky, dan teman-teman Daniel yang lain ikut tertawa, membuat Mia semakin terjatuh ke dalam pesona Ricky.

Daniel menurunkan tangannya saat Erlina menyuruhnya mendekat. Dengan patuh, Daniel berlari menghampiri Erlina.

I Love My Twin [COMPLETED✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang