"Ya ampun, Beb, kenapa bisa begini?" seorang wanita yang suaranya cukup kukenal tiba-tiba mendekati Dahlia.
Spontan mata kami langsung tertuju pada wanita tidak sopan tersebut. Pengganggu!
"Diana?" ucapku begitu melihat wajah wanita itu.
Sejak kapan sahabat Dahlia ini pindah ke kota ini juga? Apa semua orang sekarang ada di sini?
"Waow, Bas? Kamu di sini?" tanyanya dengan wajah heran. "Apa aku mengganggu?"
Dahlia menggeleng. Menepuk brankar tempat dia terbaring. Memberi kode pada Diana untuk duduk di situ.
"Kalian ...?" Diana sepertinya sengaja menggantung pertanyaannya.
"Aku tak sengaja menabraknya," jelasku.
"Omo, omo, apa ini?" ujarnya sambil menutup mulut, dengan mata bergantian memandangku serta Dahlia.
"Rese, luh!" ucap Dahlia kesal.
"Beb, aku ...."
"Enggak!" bentak Dahlia memotong kalimat Diana.
"Tapi ...," lanjut Diana.
"Kamu enggak kasian liat aku kayak gini?" ujar Dahlia.
"Tapi, kan ...."
"Udah, deh!" ucap Dahlia.
Wajahnya tampak sedikit cerah dengan kedatangan Diana. Tak mau mengganggu mereka akhirnya aku yang mengalah pergi.
Usai pamit pada mereka, kuputuskan untuk menyusul Paula dan Kirana. Kuhubungi Paula untuk menanyakan keberadaannya.
Setelah kususuri koridor rumah sakit cukup jauh, akhirnya kutemukan mereka berdua. Tampak keduanya sedang asyik makan sambil bercanda.
Aku tak menyangka, Paula bisa akrab dengan anak-anak. Secara dia adalah anak bungsu yang manja.
"Hei!" sapaku saat telah berdiri di dekat meja mereka.
"Gimana mamaku, Om?" tanya Kirana.
"Sedang ditemani Tante Diana," jawabku sambil tersenyum pada Kirana. Kemudian menarik kursi dan duduk di depan Kirana.
"Mau pesan apa, Bas?" tanya Paula.
"Samain aja," jawabku.
Paula beranjak memesankan makanan untukku.
"Om!" panggil Kirana.
"Ya?" jawabku sambil menatap wajahnya yang persis Dahlia. Anak itu tampak serius memperhatikanku.
"Apa sebelumnya kita pernah ketemu?" tanya putriku.
Aku menatapnya beberapa saat. "Kiran berpikir begitu?" tanyaku tak mau langsung menjawab.
"Rasa-rasanya Om kaya enggak asing," ucapnya.
"Masa sih?" tanyaku pura-pura.
"Iya, Om. Tapi ketemu dimana ya?"
Kirana terlihat cukup kritis dan pemberani untuk anak seusianya. Terlihat begitu mandiri. Hatiku merasa sedikit tercubit kala memikirkan anakku ini harus dewasa lebih dini karena kondisi.
"Nama lengkap Om siapa?" lanjutnya.
"Nama lengkap Om?" ulangku sedikit tidak enak. Karena anak ini pasti sudah mengerti dengan pasti namaku dan Dahlia.
Aku belum berani berterus terang tanpa persetujuan Dahlia. Bagaimanapun aku menghargai wanita itu yang selama ini telah membesarkan Kirana seorang diri.
"Om? Kok malah bengong?" protesnya.
"Oh, iya, apa tadi?" tanyaku pura-pura lupa.
"Nama lengkap Om siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU JALAN PULANG (DINOVELKAN 0895355156677)
General FictionMenceritakan penyesalan Bastian yang sudah meninggalkan anak dan istrinya karena orang ketiga. Akankah Bastian bisa kembali meraih keluarga kecilnua yang sudah ia tinggalkan begitu saja?